19

4.6K 303 4
                                    

Kerena menaiki kuda langsung, perjalanan dapat disingkat menjadi lebih cepat. Kulihat Manor Duke yang semakin dekat.

"Buka gerbangnya!" titah Irish pada penjaga begitu sampai didepan gerbang.

"Nona Muda?" penjaga nampak terkejut melihat kondisi Irish yang sangat berbeda dari saat dia berangkat. Lebih terkejut lagi, melihat kesatria berbakat Ackerley yang sama keadaanya dengan mayat dibelakang tubuhnya. Mayat? Membola terkejut ketika dia sadar.

"Cepatlah!" ujar Nolan melihat penjaga yang termenung. Tidak seharusnya dia membuat Nona Muda nya menunggu.

"Ba-baik. Maafkan saya." tersadar dengan suara dingin Nolan, dia segera melakukan tugasnya.

Akhirnya, inilah yang paling kunantikan sedari tadi, aku pulang.

• • •









"Kalian?"

"Kalian juga tahu? Bagaimana?"

"Dimana Irish?"

"Bagaimana keadaannya?"

"Sebaiknya kita--"

Tok Tak! Tok Tak! Tok Tak!

Suara tapak kaki kuda melangkah  terdengar, menghentikan aksi adu argumen dan mematahkan kegelisahan mereka.

"IRISHH...!!!" semoga tenggorokan mereka baik baik saja setelah berteriak sekeras itu.

Mereka berlari mendekat. Begitu sampai, Duke membantu Irish turun.

Nolan hendak menurunkan jasad sikusir. Seorang penjaga yang peka, datang menghampiri dan membantunya.

"Bagaimana keadaan mu?"

"Ada yang luka?"

"Bagaimana bisa terjadi?"

Bingung, aku yang sedang memproses keadaan, pusing dengan Duke yang tiba tiba mengangkat tubuhku turun dari kuda dan dia memutar mutarnya membuatku semakin pusing.

"Saya baik baik saja."

"Jangan bohong!"

Aku tersadar kala mendengar nada tinggi Duke. Wajahnya pucat dan matanya memerah. Namun, dimatanya itu hanya kulihat kemarahan yang menyiratkan kekhawatiran.

Duke marah ah-tidak, mereka marah. Mengetahui Irish dalam keadaan tidak baik baik saja mereka sudah khawatir, ditambah kenyataan Irish kembali dalam keadaan yang jauh dari kata baik. Kotor disekujur tubuh, kumal-dekil-kusut, luka dengan tambalan tambalan perban dan menggigil kedinginan. Haruskah mereka melarang Irish untuk keluar kediaman setelah ini?

"Ayah...!" Theo memperingati Duke begitu melihat raut terkejut Irish.

"Hahh!! Maaf. Ayah hanya khawatir." ujar Duke sambil melepas jubah dipundak dan memakaikannya pada Irish.

"Irish, kepalamu berdarah?" tanya Maxime, dia yang pertama kali menyadari bercak darah didahi Irish.

"Benarkah?" Duke menyibak surai Irish, dan benar ada luka darah yang telah mengering.

Ah! Aku ingat. Aku terbentur dan lupa mengobatinya.

"Akhhh...!!"

Tanpa aba aba, Duke mengangkat dan menggendongku bridal style. Reflek terkejut aku berteriak.

Aku malu karena banyak yang melihat. Bila dulu, aku pingsan jadi tidak terasa malunya. Sedangkan sekarang aku sadar. Aku tahu karena Dena yang cerita kejadian waktu itu.

"Duke saya bisa berjalan sendiri."

"Diam!" wajah Duke datar dan suaranya dingin. Hal yang tak pernah dia tunjukkan lagi setelah meminta maaf. Sepertinya lebih baik diam, saat ini suasana hati Duke sedang tidak baik. Aku diam dan memilih menyembunyikan wajah didada bidang Duke. Hehehe! Ini terasa hangat dan nyaman.

Part Of Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang