12. Selfless (2017)

61 10 0
                                    

3 tahun lalu, tahun 2017...

Claire

Hidup gue gak sempurna, tapi setidaknya ada satu hal yang selalu gue syukuri karena gue memilikinya. Gue lahir di keluarga harmonis dengan finansial yang sangat baik. Gue adalah anak tunggal dari seorang Head Manager di salah satu BUMN Indonesia dan pemilik toko kue "Denti's Cake" yang brand nya sudah punya 5 cabang di jabodetabek.

Walaupun gak punya saudara, gue gak pernah sekalipun merasa kesepian. Orang tua gue tentunya sering sibuk dengan pekerjaaannya, apalagi nyokap yang harus menghandle toko kuenya yang tersebar berada di beberapa kota. Tapi walaupun mereka sibuk, mereka selalu menyempatkan waktu untuk gue setidaknya satu minggu sekali untuk berlibur. Mereka adalah orang tua yang selalu mendukung apapun yang gue lakukan, selalu memfasilitasi apapun yang gue butuhkan, dan selalu memberikan kasih sayangnya seratus persen kepada anaknya.

Gue lahir dan besar di Bandung namun di usia gue yang menginjak 14 tahun, gue harus berpindah ke Jakarta karena tiba-tiba bokap gue diminta kantor untuk menghandle company yang ada di Jakarta Pusat. Sebagai anak yang tahu diri karena punya orang tua yang super baik, gue gak protes sama sekali saat bokap meminta gue untuk pindah sekolah walaupun saat itu gue sudah berencana untuk mendaftarkan diri gue ke Sekolah SMP impian gue di Bandung.

Meskipun dengan mudah gue mangatakan setuju kepada bokap saat dia mengajak gue untuk pindah ke Jakarta, ada satu hal yang membuat gue sempat ragu untuk pindah dari Bandung.

Untuk anak seusia gue saat itu, tentunya keraguan tersebut gak jauh-jauh dari masalah pertemanan. Gue takut gue akan sulit bergaul di sini, gue cukup termakan cerita-cerita sinetron yang tayang di jaman gue saat itu sehingga menganggap bahwa anak-anak di Jakarta itu kebanyakan tipe anak yang songong dan tukang bully.

Tapi ternyata setelah gue resmi menjadi murid SMP Negeri 1 Jakarta, gue disambut dengan sangat ramah dengan teman-teman baru gue di sana. Jadi semua asumsi gue soal pergalulan keras yang ada di Jakarta itu salah, atau mungkin gue kebetulan masuk ke sekolah yang gak banyak dramanya kayak di yang di ceritakan di sinetron-sinetron itu aja kali ya?

Satu hal yang cukup unexpected di masa-masa awal gue pindahan adalah ketika gue secara random berkenalan dengan tetangga sebelah rumah.

Saat itu gue lagi asik makan es krim di balkon kamar sambil melamun, entahlah saat itu gue lagi mikirin apa, tapi lamunan gue tiba-tiba pecah ketika gue mendengar ada suara petikan gitar yang menurut gue bagus banget. Gue mencari-cari sumber suara itu dan akhirnya menemukan ada seorang anak cowok yang lagi nyantai duduk di balkon kamarnya sambil main gitar. Gue ingat banget saat itu dia memainkan petikan intro lagu Stairway to Heaven-nya Led Zeppelin.

Gue emang gak terlalu paham soal musik tapi gue juga pernah belajar gitar dan menurut gue fingerstyle tuh susah banget. Boro-boro fingerstyle, main chord biasa aja kadang masih sumbang.

Jadi waktu gue lihat anak cowok yang usianya kayaknya gak beda jauh dari gue kala itu memainkan lagu Stairway to Heaven dengan perfect dari awal sampai akhir, gue benar-benar kagum.

Waktu itu dia gak sadar kalau gue memandanginya diam-diam cukup lama.
Lagu Stairway to Heaven berlanjut ke lagu Hotel California, lalu Love of My Life, dan beberapa lagu lainnya sampai gue gak sadar kalau gue sudah duduk di balkon ini mendengarkan permainan gitar dari orang yang gak gue kenal itu selama 2 jam.

Yang bikin gue cukup takjub juga adalah cowok itu benar-benar fokus dan menikmati kegiatannya sampai kehadiran gue selama 2 jam itu bagaikan hantu, alias gak kelihatan sama sekali sama dia. Padahal ya, balkon kamar kita tuh deketan, jadi kalau misalnya dia peka dan gak terlalu fokus sama gitarnya, eksistensi gue harusnya kelihatan.

AccismusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang