Maybe I'm too busy being yours to fall for somebody new
Now I've thought it through
Crawling back to you
***Claire
Kalau ditanya apa yang paling gue benci di dunia ini, jawabannya adalah rumah sakit. Bukan karena gue takut ketemu dokter atau ditusuk pakai jarum suntik, tapi karena rumah sakit adalah tempat berkumpulnya orang-orang yang diselimuti perasaan khawatir.
Khawatir menunggu keluarganya yang sakit, khawatir menunggu istrinya yang sedang melahirkan, khawatir menebak-nebak apakah kerabatnya yang terbaring di ruang ICU itu akan bangun lagi atau tidak, dan masih banyak kekhawatiran lainnya yang gak bisa gue sebutkan satu-satu.
Setiap kali ke rumah sakit, perasaan kita jauh dari kata tenang.
Dan kebencian gue akan tempat ini makin bertambah karena kali ini gue juga menjadi salah satu dari mereka. Mereka yang mungkin secara tiba-tiba diberi kabar buruk bahwa orang yang mereka sayangi mengalami sesuatu yang tidak diinginkan. Mereka yang tidak siap menerima kenyataan bahwa mungkin orang yang disayanginya itu berada dalam keadaan yang buruk. Mereka yang berlari tergesa-gesa dengan perasaan cemas luar biasa.
Kekhawatiran itu, sekarang gue merasakannya.
Tepat ketika gue menapakan kaki di ruang Seruni 301 dan melihat Laskar terbaring lemah dengan beberapa perban yang menutupi bagian pelipis dan tangannya, tubuh gue sontak melemas seiring dengan air mata yang entah sejak kapan sudah turun deras di pipi gue.
"Kar..."
Gue menyentuh lembut tubuhnya yang kini sama sekali tidak bergerak, "please... jangan kaya gini..."
"Bangun kar..."
Gue menunggu jawaban dari pria itu namun nihil, Laskar tetap bergeming dengan matanya yang terpejam sempurna.
"Kenapa gini sih? Kenapa tiba-tiba kaya gini?" protes gue seolah-olah pria itu akan langsung menjawab pertanyaan itu.
Rasanya sesak... begitu sesak sampai gue kesulitan untuk bernafas.
"Laskar bangun!" Gue menggoncangkan tubuhnya cukup keras supaya cowok itu bisa segera membuka matanya.
Namun dia tetap diam.
"Jangan tinggalin gue...." saking lirihnya, mungkin suara gue saat ini hampir tidak terdengar, "Nanti gue sama siapa kalau lo gak bangun-bangun?"
Melihatnya tidak menjawab membuat tangisan gue semakin keras. Gue bahkan sudah tidak sanggup berkata-kata lagi, yang gue lakukan saat itu hanya terus menangis dan menenggelamkan kepala gue di telapak tangannya.
"Ssssttt kenceng banget nangisnya?"
Suara itu sontak membuat gue mengangkat kepala.
"Hai sayang..."
Tau kan rasanya marah tapi lega secara bersamaan?
Laskar Abednego... cowok yang satu menit lalu hampir membuat gue gila karena keadaannya yang mengenaskan itu kini dengan santainya menatap gue sambil tersenyum lebar.
Dan dia dengan wajah tanpa dosanya itu manggil gue apa? Sayang?
"Anjing lo!" Gue benar-benar gak tahan untuk mengumpat,
Karena kesal, gue langsung menghapus air mata gue dengan cepat kemudian menatapnya tajam.
"Setakut itu ya kehilangan gue?" Sumpah kalau bukan karena melihat tubuhnya yang sekarang penuh luka dan perban itu, mungkin sekarang gue sudah menghujaninya dengan pukulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accismus
RomanceAccismus adalah suatu keadaan dimana seseorang cenderung berbohong atau berpura-pura tidak menyukai atau menolak sesuatu, padahal ia sangat menyukainya dan menginginkannya. *** Laskar Abednego dan Claire Leviona Keduanya sama-sama mencari satu oran...