9. I Never Was Ready

60 10 5
                                        

Claire

Selepas kepergian Laskar dan Jidan dari gedung auditorium, gue berjalan menghampiri Gilang.

Cowok itu sekarang sedang mengobrol dengan tamu undangan dari UKM fotografi kampus lain yang lagi tanya-tanya soal kegiatan ini.

"Lang," panggil gue dan Gilang langsung menoleh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lang," panggil gue dan Gilang langsung menoleh. Ia izin berpamitan dengan orang-orang itu sebelum akhirnya menghampiri gue.

"Kenapa?" tanyanya.

"Gue kayanya mau pamit balik sekarang deh, gak papa kan?"

"Gak papa kok, udah sore juga. Lo mau gue anter?"

Gue langsung menggelengkan kepala cepat, "eh gak usah, gue udah dijemput kok."

"Sama Laskar?" tanyanya.

Gue cuma diam, gak berniat menjawab. Bukannya menyudahi pembicaraan ini, cowok itu malah kembali bertanya

"Lo sedekat itu ya sama Laskar?"

"Kenapa emangnya?" ujar gue bertanya balik.

"Ya penasaran aja sedeket apa sih lo sama dia sampe lo jadiin tempat-tempat kalian sebagai objek foto."

Gue tersenyum, gak tahu kenapa gue gak terusik sama pertanyaannya. Padahal biasanya gue seanti itu untuk terbuka soal hubungan gue dengan laskar. Mungkin karena udah terlanjur ketahuan juga kali ya makannya gue santai-santai aja pas Gilang tanya soal itu.

"Gue sama dia sahabatan dari SMP, jadi ya gitu deh."

Gilang menganggukan kepalanya, "iya tadi lo udah bilang juga. Cuma lo yakin cuma temenan sama dia?" Dia diam sejenak, menyadari kalimatnya yang cukup aneh, "maksud gue, temenan se lama itu antara cewek dan cowok dan gak saling menyimpan perasaan satu sama lain sounds impossible for me. Apalagi tadi dia kelihatan gak suka gitu lihat gue, he looks like a jealous boyfriend."

Gue tertawa kecil. Iya emang impossible sih. Pasti salah satunya ada yang suka, dan itu gue. And it's so pathetic cause i fall in love alone.

"Well, you can see that it is possible now. Gue sama Laskar emang cuma temenan, gak lebih. Dan soal sikapnya tadi, kayaknya dia cuma lagi badmood aja deh, biasanya gak gitu kok."

Gue gak tahu apa yang membuat gue gak langsung saja mengaku ke Gilang kalau gue diam-diam suka sama Laskar. Mungkin karena gue males cerita atau gue gak pengen aja orang asing tahu terlalu jauh soal kehidupan pribadi gue.

"Ohh.. bagus deh," jawab cowok itu sambil tersenyum.

"Kenapa bagus?" tanya gue bingung.

"Ya jadi gue gak perlu ragu untuk deketin lo."

Gue diam cukup lama

Sebelumnya gue emang curiga kalau Gilang ada perasaan lebih kepada gue, Elea juga udah berulang kali bilang ke gue soal ini. Cuma gue gak nyangka aja kalau hari ini officially dia akan menyatakan perasaannya ke gue.

AccismusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang