Accismus adalah suatu keadaan dimana seseorang cenderung berbohong atau berpura-pura tidak menyukai atau menolak sesuatu, padahal ia sangat menyukainya dan menginginkannya.
***
Laskar Abednego dan Claire Leviona
Keduanya sama-sama mencari satu oran...
Guys chapter hari ini lumayan panjang ya, jadi selamat menikmati ☺️☺️
***
Laskar.
Gue kadang bingung sama yang namanya takdir, kok dia tuh bisa banget mempermainkan hidup gue kayak gini?
Disaat gue sudah hampir 100 persen melepaskan masa lalu gue dan fokus untuk jalani masa kini untuk masa depan yang lebih baik, takdir justru menarik gue kembali ke belakang.
3 tahun adalah proses yang lama untuk membuat gue lupa dengan kenangan buruk gue bersama Ameta Riani dan sekarang ketika nama itu kembali muncul di kehidupan gue, perasaan sesak dan kecewa itu hadir lagi.
Kenapa ya? Kenapa dia harus kembali? Dan kenapa dia harus mengobrak-abrik hidup gue lagi disaat gue sudah nyaman dengan kehidupan gue yang sekarang?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hi Laskar, apa kabar??"
Gue mematung cukup lama ketika tiba-tiba cewek ini berdiri di depan pintu apartemen gue.
Dua hari lalu ketika Jidan bilang bahwa ia melihat Claire bertemu dengan seorang cewek, gue benar-benar berharap kalau dia hanya salah lihat. Gue berharap kalau cewek yang dilihat Jidan saat itu hanya kebetulan mirip dengan cewek yang ada di hadapan gue saat ini.
Tapi ternyata enggak, dia benar-benar di sini. Dengan percaya dirinya tersenyum kepada gue seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara kita, seolah dia tidak pernah menolak gue di depan umum dan menghilang tiba-tiba selama 3 tahun.
"Sorry, gue lagi sibuk," ujar gue dengan nada datar. Tanpa ingin berbicara lebih banyak, gue langsung menutup pintu apartemen gue yang sayangnya terlambat karena cewek itu sudah lebih dulu menahan tangan gue untuk melakukannya.
"Laskar, please, bisa bicara sebentar?"
"Gak!" jawab gue penuh penegasan sambil melepas kasar tangannya dari tangan gue, "mending lo cabut sekarang, gue banyak kerjaan."
Gue hampir saja kembali menutup pintu apartemen gue rapat-rapat sebelum dia mengeluarkan kalimat yang membuat gue mengurungkan niat tersebut.
"Claire yang minta gue untuk temuin lo."
Tatapan mata gue yang awalnya tajam sedikit melunak mendengarnya. Gue menghela nafas panjang untuk mengurangi rasa kesal yang menyelimuti perasaan gue sejak tadi.
"Dia yang minta gue untuk jelasin semuanya ke lo, alasan kenapa gue pergi tiba-tiba waktu itu, alasan kenapa gue juga tolak lo saat itu."
Satu hal yang tidak pernah berubah dari Claire. Dia adalah orang yang paling berperan untuk meluruskan kesalahpahaman dan memperbaiki hubungan antara gue dengan siapapun, termasuk Ameta. Dulu, gue sangat berterimakasih akan hal itu, tapi sekarang gue justru gak suka jika dia kembali ikut andil untuk memperbaiki hubungan gue dengan Ameta.