Chapter ini cukup berat, karena bahas soal keluarga.
Siapin hati, jiwa, dan raganya ya
Selamat membaca!
***
Laskar
Rumah ini punya satu ciri khas.
Sunyi.
Walaupun punya 3 penghuni, rumah ini gak pernah sekalipun diisi dengan kegaduhan.
Gak ada suara ibu yang ngomel karena anaknya bangun siang. Gak ada sosok Ayah yang suka heboh nonton TV karena pertandingan bola. Gak ada suara tawa yang memenuhi meja makan setiap malam.
Rumah ini selalu bersahabat dengan keheningan.
Mungkin itu alasan kenapa gue gak pernah betah berada di sini. Mungkin juga itu adalah alasan kenapa gue lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sebelah di banding rumah gue sendiri.
Karena rumah ini gak pernah terasa seperti rumah.
Rumah ini selalu mengingatkan gue dengan rasa kesepian.
Namun hari ini berbeda. Hari ini entah kenapa meja makan ini tidak sehening dan sedingin biasanya.
Ada suara music classic yang mengalun memenuhi ruang meja makan.
Ada suara gaduh mama yang sibuk menyiapkan makanan bersama para asisten rumah tangganya.
Ada suara gonggongan anjing kecil berwarna putih yang sejak tadi mengikuti mama kesana-kemari.
Tapi di banding senang, gue justru merasa aneh.
Sejak kapan rumah gue jadi begini?
Apa kepergian gue 6 bulan lalu yang membuat semuanya jadi berubah?
Bukan hanya suasana rumah ini yang berbeda, bahkan wanita yang selama ini selalu bersikap dingin kepada gue tiba-tiba tersenyum riang dan dengan semangat menyajikan banyak menu makanan di meja makan.
"Ini mama masak sup ikan, ada sambel tempe sama ayam goreng juga, kamu suka kan?"
Lidah gue rasanya kelu. Lebih tepatnya sekarang gue kaget.
Bukan berarti gue gak senang dengan sikap mama sekarang, gue senang kok. Senang banget malah.
Gue hanya gak terbiasa melihat mama bersikap seperti ini.
Melihat gue gak menjawab, mama akhirnya menarik kursi, duduk di hadapan gue, kemudian menatap gue lamat, "gimana kabar kamu?"
Selama lebih dari dua puluh tahun hidup, gue gak pernah mendengar mama bertanya dengan nada selembut ini.
Oh bahkan ini pertama kalinya mama bertanya tentang kabar gue, karena biasanya dia gak peduli. Biasanya dia akan sibuk dengan dunia sendiri sampai seakan lupa kalau punya anak laki-laki.
Mama adalah sosok yang dingin, cara bicaranya singkat namun tegas, dan tatapannya selalu mengintimidasi. Mama selalu tahu apa yang ingin dia sampaikan, mama selalu bisa mengontrol lawan bicaranya supaya bisa tunduk dengan perkataanya.
Sebagai wanita, mama adalah orang yang sangat hebat.
Tapi sebagai ibu, mama adalah orang yang sangat apatis dan keras kepala.
Begitu pandangan gue selama ini.
Namun semua pemikiran itu berubah ketika melihat mama sekarang. Sikap mama hari ini membuat pandangan yang selalu tertanam di otak gue selama bertahun-tahun bisa langsung lenyap begitu saja.
"Baik," jawab gue mantap tanpa keraguan, "agak sibuk juga sih, banyak job soalnya," tambah gue.
Mama kembali tersenyum, "hebat deh, kapan-kapan undang mama ke konser kamu, dong!"
![](https://img.wattpad.com/cover/367526400-288-k626436.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Accismus
RomanceAccismus adalah suatu keadaan dimana seseorang cenderung berbohong atau berpura-pura tidak menyukai atau menolak sesuatu, padahal ia sangat menyukainya dan menginginkannya. *** Laskar Abednego dan Claire Leviona Keduanya sama-sama mencari satu oran...