Part 11

2.4K 191 3
                                    

"Gimana belajarnya hari ini, nak? Semuanya berjalan dengan baik, kan?" Malam ini Keluarga Dixon sama-sama berkumpul diruang keluarga, dan pertanyaan itu berasal dari kepala keluarga Dixon, yaitu Varen.

"Baik," jawab Erland sambil tersenyum tipis.

"City of glory, terletak dimana? Jauh tidak, dari sini?" Tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari mulut Erland.

"City of glory? Kota itu sangat jauh dari sini, kita bahkan harus naik pesawat, dan kapal laut dulu jika ingin kesana, kenapa memangnya, dek?" Jawab Alden sambil bertanya.

"Kapan-kapan aku ingin kesana, boleh?" Erland menatap tiga orang dihadapannya yang kini saling menatap satu sama lain.

"Kenapa tiba-tiba sekali ingin kesana, nak?" Tanya Dania kepada putra bungsunya.

"Aku tadi belajar tentang kerajaan yang ada di sana, dan aku tertarik ingin kesana, dan melihat kerajaan itu secara langsung," jawab Erland.

"Jika kau mau, Papa akan ambil cuti minggu depan, dan kita bertiga akan kesana!" Ujar Varen sambil tersenyum, namun membuat Alden memicingkan kepalanya.

"Bertiga?" Tanya pemuda itu untuk memastikan.

"Iya bertiga, Papa, Mama, dan adikmu," jawab Varen dengan santainya, tanpa melihat ekspresi putranya yang sudah menjadi masam.

"Terus, aku?" Tanya Alden.

"Kamu juga ingin ikut? Bukannya kamu kuliah?" Tanya Varen kepada anak sulungnya.

"Ish! Gimana sih! Masa iya kalian semua pergi, terus aku ditinggal! Ya aku mau ikut, lah! Aku mau izin ke kampus!" Varen tertawa kecil, melihat ekspresi kesal putra sulungnya.

"Iya sayang iya, kamu juga diajak kok. Papa mu itu cuman bercanda, masa kami pergi terus ninggalin kamu sih, kan nggak mungkin," ucap Dania kepada putra sulungnya.



。◕‿◕。



Erland berdiri dipinggiran kolam renang yang ada di rooftop mansion, dengan kaki yang dia rendamkan ke dalam air.

Matanya memandangi kaki yang terlihat kecil dimatanya itu, sambil berdecih pelan.

Dia memalingkan pandangannya ke langit, namun ternyata langit sepertinya sedang mendung malam itu, terlihat dari tidak adanya bintang maupun bulan yang terlihat dilangit.

"Land, masuk yuk! Udah larut loh..." Pemuda itu memalingkan pandangannya ke arah pria paruh baya yang berjalan mendekati nya, sambil tersenyum samar.

"Kenapa kaki nya ditaruh dalam air, hm? Ntar masuk angin loh..." Varen berjongkok tepat disamping putra bungsunya itu.

"Tapi aku nyaman..." Balas Erland dengan nada pelan, membuat Varen mengusap pelan rambut nya.

"Iya nyaman, tapi kamu bisa sakit. Terkadang, kita jangan terlalu larut dalam sebuah kenyamanan, karena bisa saja itu akan membuatmu sakit pada akhirnya..."

Degh! Degh! Degh!

Jantung Erland berdetak dengan cepat saat mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Varen kepadanya tadi.

"Pa?" Panggil Erland dengan nada pelan.

"Hm?" Sahut Varen dengan dehaman.

"Sebenarnya..." Erland menggigit bibir bawahnya, haruskah dia mengatakan bahwa dia sebenarnya bukanlah anak dari pria yang berada didepannya? Haruskah dia mengatakan bahwa dia sebenarnya hanya sebuah jiwa yang tidak diterima kematian nya, dan terpaksa harus bertransmigrasi ke tubuh seorang anak yang jiwanya telah lama pergi, namun jantungnya masih berdetak?

♔ Transmigration King ♔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang