Part 25

1.6K 141 8
                                    

Satu minggu dirawat dirumah sakit, hari ini Alden sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, Varen sebenarnya masih ingin menahan anak sulungnya itu disana, namun mengingat bahwa pemuda itu sudah menjadi penurut selama beberapa hari ini, diapun mengangguki ucapan dokter.

"Pelan-pelan jalannya, atau mau pakai kursi roda aja?" Alden menatap jengah kearah sang papa yang kelewat posesif itu.

"Aku bisa jalan kok pa, lagipula luka jahitannya tidak akan kebuka kok!" Sahut Alden.

"Awas saja kalau sampai kenapa-napa, akan papa kurung kau dirumah sakit selama satu bulan!" Balas Dania.

"Varen, sudahlah! Jangan bertengkar seperti anak kecil dengan anakmu!" Tegur Dania.

"Baiklah sayang..." Sahut Varen.

"Giliran sama ayang langsung nurut!" Celetuk Alden.

"Iri ya, jomblo?" Tanya Varen dengan nada mengejek.

"Enggak! Siapa yang iri?!" Bantah Alden.

"Kita kapan pulang kalau kalian terus kayak gini?!" Erland menghentakkan kakinya, dengan perasaan kesal. Pasalnya, gara-gara pertengkaran itu, langkah mereka menjadi lambat.

"I-ya dek! Kita pulang sekarang yuk!" Alden segera merangkul pundak sang adik dan segera berjalan mendahului orang tua mereka, sebelum papa atau mamanya berubah pikiran.




(⁠●⁠’⁠3⁠)⁠♡⁠(⁠ε⁠'⁠●⁠)




"Ma, Pa, dek!" Panggil Alden, kepada anggota keluarganya, saat ini mereka tengah berkumpul diruang keluarga sambil memakan camilan setelah makan malam.

"Sebenarnya hari itu aku baru aja pulang setelah bikin tugas kelompok di rumah teman. Terus pas lewat jalan sepi, aku dihadang sama preman. Badannya besar, berotot, wajahnya juga sangar."

Varen yang mendengar itu segera menatap ke arah putra bungsunya, mengingat bagaimana anaknya itu memukul si preman pada waktu itu.

"Lalu?" Tanya Dania sambil mengangkat satu keningnya.

"Dia suru aku kasi dompet sama hp aku ke dia, tapi aku nggak mau dan dia maksa aku. Hingga akhirnya terjadilah baku hantam diantara kami, aku pikir aku bisa ngalahin dia karena dia cuman sendiri. Tapi ternyata dia bawa pisau, waktu aku mau mukul dia, tiba-tiba aku merasakan rasa sakit diperut aku, dan pas aku liat dia udah nikam aku. Dia ambil dompet, hp dan bawa motor aku, sampai pada akhirnya aku pingsan." Erland mengepalkan tangannya mendengar hal itu.

"Seharusnya aku langsung membunuhnya saja pada waktu itu..." Desisnya pelan.

"Ha? Apa dek?" Tanya Alden yang duduk disamping adiknya, apakah dia salah dengar?

"Eh? T-tidak ada..." Erland menggeleng pelan, dia pikir Alden tidak bisa mendengar suaranya.

"Dia sudah ditangkap dan mendapatkan hukuman sesuai dengan perbuatannya, dan setelah ini tidak ada satupun diantara kalian yang keluar tanpa pengawasan! Papa akan suruh bodyguard buat ngawasin kalian!" Ujar Varen kepada istri dan anak-anaknya.

"Mama sama kakak saja, aku tidak usah..." Balas Erland.

"Jangan membantah Erland!" Ujar Varen.

"Papa lupa?" Erland memandang sang papa dengan senyuman miringnya, membuat Varen seketika terdiam.

"Loh, kenapa tidak usah sayang? Terus, lupa apa?" Tanya Dania yang menuntut jawaban dari putra bungsunya.

"Iya dek, seharusnya kamu yang dapat pengawalan yang lebih ketat!" Timpal Alden.

"Maksudnya, kalian jangan lupa kalau aku hanya dimansion setiap hari!" Balas Erland, membuat Varen bernafas lega. Entahlah, dia juga belum siap jika istri dan anak sulungnya mengetahui fakta baru tentang anak bungsu mereka, biarlah rahasia ini hanya antara dia dan Erland saja yang tau.

♔ Transmigration King ♔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang