Part 24

1.5K 150 1
                                    

"Kamu udah makan, hm?" Alden bertanya kepada sang adik yang saat ini tengah menyuapinya.

"Udah kok, kak!" Jawab Erland sambil tersenyum.

"Kapan? Kakak nggak liat kamu makan dari tadi. Kamu kan sejak tadi disini ngobrol sama kakak sampai suster datang buat anterin makan malam!"

'Sialan, kalau sudah tau kenapa masih bertanya?' batin Erland sambil tersenyum pahit.

"Kamu laper? Makan bareng kakak aja!" Erland menggeleng ribut, enak saja dia disuruh makan makanan hambar ini, tidak mau!

"Tidak, inikan makanan kakak!" Sahut Erland sambil memaksakan senyumannya.

Alden tau apa yang ada dipikiran adiknya saat ini, "Nggak apa-apa, makan punya kakak aja dulu, lagian Papa sama Mama juga belum datang buat bawa makan malamnya, sebelum kamu lapar, mending makan bareng kaka aja dulu. Nanti kalo papa dan mama udah datang, kamu makan lagi!" Ujarnya, namun lagi-lagi Erland menggeleng.

"Nggak kak, kakak makan aja! Ini punya kakak," tolak Erland, "Lagipula mana mau aku makan bareng kakak yang sakit, bisa-bisa aku ketularan!" Sambungnya lagi, membuat Alden terkekeh.

"Mana ada luka-luka gini ketularan?" Kekeh Alden.

"Bisa aja, kan?" Sahut Erland.

"Jangan ngada-ngada deh kamu, dek!" Ujar Alden.

"Aku bilang kan bisa aja, kak!" Balas Erland.

"Iyain deh! Tapi itu nggak mungkin, kok! Makan bareng kakak, ya?"

"Tidak!"

"Kenapa?" Tanya Alden kala lagi-lagi menerima penolakan.

"Hanya tidak mau saja," jawab Erland, membuat Alden mendengus kesal. Gagal sudah rencananya mengerjai Erland, jika adiknya itu seperti ini.




ʕ⁠´⁠•⁠ ⁠ᴥ⁠•̥⁠'⁠ʔ




Varen sore ini sedang berada dikantornya, dia baru saja selesai meeting dengan klien nya dan saat ini tengah berjalan menuju ke ruangannya.

Drrtt drttt

Handphone nya bergetar ketika ada seseorang yang meneleponnya, membuat pria itu segera merogoh saku untuk mengambil benda pipih itu. Senyumannya merekah ketika melihat siapa yang meneleponnya saat ini.

"Hallo sayang?" Sapanya setelah panggilan terhubung.

("Anakmu ini sungguh membuatku sakit kepala!") Ujar Dania dari seberang sana, mengabaikan sapaan sang suami.

"Anak kita yang mana, hm?" Tanya Varen dengan suara lembutnya.

("Alden!")

Varen terkekeh pelan, dia sudah menebak. "kenapa dengan Alden, memangnya apa yang sudah anak itu perbuat pada Mama nya yang cantik ini?" Terdengar hembusan nafas kasar dari seberang sana.

("Dia terus memaksa untuk pulang! Bahkan tadi punggung tangannya sampai berdarah karena dia mencabut paksa infus yang terpasang ditangannya!") Varen membuka pintu ruangannya dan masuk kesana, sambil mendengarkan ucapan sang istri.

"Anak itu benar-benar, yah... Tunggu sebentar lagi, aku akan menyelesaikan pekerjaan ku dan akan segera kesana!" Ujar Varen.

"Apapun yang terjadi, apapun yang dia katakan, bagaimanapun dia merengek, jangan izinkan dia pulang! Luka diperutnya masih basah!" Sambungnya.

("Huff baiklah!") Varen tersenyum mendengar suara sang istri, saat ini dia sudah duduk dikursi kebesarannya.

"Sekarang kau lagi dimana? Kau tidak diruangan Alden, kan?" Varen bertanya.

♔ Transmigration King ♔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang