“Kamu boleh mencintainya, tetapi jangan ambil dia dari Tuhannya.”
***
Algi beranjak ke luar dari ruang kerja pria arogan itu. Tangan kekarnya membanting pintu kerja papanya hingga terdengar suara dentuman keras. Bahkan Dina yang mendengarnya terkejut, dengan langkah yang tergesa-gesa ia berusaha menghampiri suaminya itu.
“Mas, kamu debat lagi sama Algi? Udahlah, Mas, dia sudah besar. Dia udah bisa menentukan pilihannya sendiri, toh kekasihnya itu baik, sopan, terus ramah lagi. Apa yang kurang?” jelas Dina lembut, agar suaminya itu mengerti ucapannya.
“Dia itu nggak sederajat sama kita, saya malu punya menantu yang tidak sederajat dengan keluarga kita. Buka matamu Dina!” bentak Marcel pada istrinya.
Dina terkejut bukan main, namun ia hanya diam. Berusaha sabar menghadapi sifat suaminya itu. “Kamu tahu dari mana, Mas? Lagi pula kalaupun dia berbeda derajat dengan kita, masalahnya di mana? Algi cinta dia, tahu sendiri Algi keras kepala dan bakal bertahan dengan pilihannya, dan itu semua ajaran kamu, Mas!”
Marcel memijat pelipisnya, lalu tangannya mengetik sesuatu di dalam benda pipih lebar itu. Ia menyodorkan laptopnya agar istrinya itu membacanya.
Dina menerima laptop itu. “Apa ini, Mas?”
“Kamu baca saja, biar kamu tahu siapa kekasih anakmu itu.”
Dina mulai membacanya dengan seksama, ternyata suaminya itu memberikan informasi asal usul tentang gadis itu yang berstatus kekasih anaknya.
Ia terkejut saat mengetahui fakta bahwa Agatha dan putranya berbeda keyakinan. “Be–beda agama, bagaimana bisa,” lirihnya.
“Bagaimana, sudah baca? Apa kamu masih ingin membela anakmu itu? Saya tidak mengerti pola pikirmu sebagai seorang Ibu, sekarang bagaimana? Masih tidak percaya dengan saya,” tanyanya.
Dina mengangguk lirih.
Ia beranjak dari kursi lalu meninggalkan ruang kerja suaminya untuk menemui putranya. Sesampainya di depan kamar putranya ia mengetuk pintu bertulisan 'Room Algi'.
“Sayang, ini Bunda, Nak!” ujar Dina lembut.
Algi yang sedang duduk di tepi ranjang, langsung membukakan pintu kamarnya, dan membiarkan bundanya masuk. “Kenapa, Bun?”
Dina berjalan mendahului Algi, ia duduk di tepi ranjang milik putranya lalu mulai berbicara.
“Tadi kamu kenapa berantem lagi sama Papa?” tanya Dina yang hanya sekedar basa-basi, padahal dirinya sudah tahu semuanya apa yang terjadi.
Algi duduk di samping bundanya, lalu mulai menceritakan semuanya tentang perdebatan dirinya dengan papanya.
Dina diam menyimak ucapan sang anak, setelah putranya selesai bercerita ia mulai mengeluarkan suara. “Apa yang dibilang Papa itu benar, Papa tahu siapa gadis itu walaupun ia belum pernah bertemu dengannya. Kamu lupa siapa papamu itu?”
Algi diam.
“Bunda terkejut, saat tahu bahwa Agatha berbeda keyakinan dengan kamu. Bahkan Bunda udah jatuh hati sama dia. Tapi saat Bunda tahu kamu sama dia berbeda keyakinan, Bunda tidak bisa berbuat apa-apa selain menasihati kamu. Sekarang Bunda tanya sama kamu, kamu masih mau melanjutkan hubungan dengan Agatha?”
Algi diam sejenak lalu mengangguk.
Dina menepuk bahu putranya lalu berbicara, “sayang, dengerin Bunda. Bunda tahu dan Bunda paham kamu cinta sama dia, tapi ... apa kamu ingat dengan firman Tuhan yang mengatakan bahwa ‘kamu boleh mencintainya, tetapi jangan ambil dia dari Tuhannya'. Mau sekuat apa pun cinta kamu sama dia, kalian tetap tidak bisa bersama. Karena ada dinding yang tidak bisa kalian robohkan. Sudah jelas-jelas kalian berbeda, antara tasbih dan kalung rosario milikmu. Cara beribadah dan caramu berdoa. Sekarang Bunda katakan sekali lagi, pikirkan baik-baik,” lanjutnya lalu meninggalkan putranya di kamar.
![](https://img.wattpad.com/cover/367762899-288-k108957.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Berbeda [END]
Teen FictionApa yang terjadi jika mencintai terhalang oleh sebuah perbedaan? Kisah cinta yang begitu rumit dialami oleh gadis SMA bernama Agatha Almasyifa Morgan. Hubungannya terus diuji dan dihantam banyaknya perbedaan, membuat dirinya sedikit putus asa. Ras...