Bab 15 || Asing

5 2 0
                                        

“Lo boleh mencintainya. Tapi lo nggak boleh ambil dia dari Tuhannya.”

***

Mall ternama di ibu kota Jakarta kini padat pengunjung, lintasan lalu lintas yang macet akibat banyaknya kendaraan yang berlalu lalang hingga menyebabkan polusi udara.

“Algi, kita makan yuk!” ajak Angel dengan wajah antusiasnya sambil menarik lengan Algi.

Pria itu hanya tersenyum tipis menanggapi ajakan gadis di hadapannya, mereka pun langsung menuju salah restoran yang berada di Pondok Indah Mall.

Tanpa disengaja matanya menangkap sosok dua insan yang sedang tertawa di ujung meja makan. Tatapan yang dulu ia dapatkan kini digantikan oleh Rafa, ingin sekali ia mengulang waktu dulu bersama Agatha. Entah apa penyebab gadis itu memutuskan dirinya secara sepihak dengan alasan yang menurutnya sepele.

“Algi, lo lagi ngelamunin apa, sih!” tanya Angel dengan kesal karena pria itu terus melamun sedari tadi.

“Hah? Eng–nggak, kok!” elaknya.

Angel tahu pria itu berbohong, tetapi ia hanya mengiyakan saja.

Lagi-lagi Algi menatap Agatha yang sedang bercanda gurau dengan Rafa, tiba-tiba mata mereka bertemu dan saling berpandangan beberapa detik. Setelah itu Agatha memutuskan kontak mata.

Tanpa diketahui Algi, Angel mengetahui penyebab pria itu melamun.

“Gue mau tanya, dong! Lo masih sama Agatha?” tanya Angel.

“Nggak usah kepo,” jawabnya.

Angel berdecak sebal, tetapi jauh di lubuk hatinya ia merasa senang atas berpisahnya hubungan Algi dengan Agatha. Ia jadi mendapatkan kesempatan emas untuk masuk ke dalam kehidupan pria itu.

Kedekatan Rafa bersama Agatha kini membuat hatinya semakin panas. Perubahan ekspresi dirinya tak pernah luput dari pandangan Angel. Gadis itu terus tersenyum smirk dalam hati.

Bagus deh, tanpa tangan cantik gue ikut campur. Hubungan mereka putus sendirinya, batin Angel.

Sorry, Al. Gue bukannya mau ikut campur, tapi lo sama dia, 'kan berbeda. Jadi ya nggak papa kalau dia sekarang udah bisa nemuin pasangan seimannya,” celetuk Angel yang sontak mendapat tatapan tajam dari sang empu.

“Apa lo bilang? Nggak papa? GUE CINTA MATI SAMA DIA, DAN NGGAK SEMUDAH ITU NGELUPAIN DIA!” bentak Algi sambil menggebrak meja, “dan lo? Lo orang baru di kehidupan gue, lo nggak tahu apa-apa dan nggak usah sok paling tahu!”

Angel mengeraskan kepalannya, dan ia pun ikut emosi. “IYA, GUE EMANG ORANG BARU. TAPI SEHARUSNYA LO SADAR, AL! LO NGAPAIN CINTA SAMA ORANG YANG BEDA IMAN, INGAT! TUHAN LO SAMA DIA BERBEDA!”

“Jaga mulut lo!” ucap Algi.

“Apa yang gue katakan emang benar, kok. Harusnya lo buka mata lo! Ada gue yang benar-benar tulus, cinta sama lo! Gue sama lo juga seiman, seaamiin. Tapi lo sama sekali nggak mau buka celah di hati lo untuk gue,” ucap Angel dengan getir.

Keributan yang mereka ciptakan membuat pengunjung restoran dan sepasang insan yang sedang bergurau sontak menatap mereka berdua dan mendengar percakapan yang sedang mereka ributkan.

Algi tiba-tiba saja menghampiri Agatha yang sedang memakan makanannya.

“Eh, lo mau ngapain?” tanya Agatha bingung.

“Lepasin dia!” pinta Rafa.

“Tha, lo mau, 'kan balikan sama gue? Gue cinta sama lo, Tha. Dengan semua pengorbanan yang gue lakuin itu kurang buat buktiin semuanya?” ucap Algi sambil menatap manik mata cokelat miliknya.

Kita Berbeda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang