Bab 02 || Hujan

4 2 0
                                        

Hujan pagi menyambut dirinya yang ingin berangkat ke sekolah, ia kebingungan karena ban mobilnya kempes. Lalu ia ke sekolah bagaimana? Ia menggigit jarinya cemas untuk mencari solusi dan akhirnya ia menghubungi seseorang.

Algi si bagong

Bisa jemput gue nggak?

Ban gue kempes.

Nggak!
Gue malas.

Agatha menggerutu sebal dengan pesan yang dikirim cowok itu, jika Algi tak bisa menjemputnya lantas ia berangkat sekolah dengan siapa?

Tin! Tin!

Ia terlonjak kaget mendengar suara klakson yang menggelegar di lingkungan rumahnya. Sang pemilik mobil membuka kaca mobil lalu menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobil.

“Cepetan naik! Atau gue tinggal,” teriaknya.

Tanpa pikir panjang ia langsung berlari menuju mobil HRV merah yang terparkir rapi di depan gerbang rumahnya, lalu masuk ke dalam mobil.

“Makasih udah mau jemput gue, gue pikir lo nggak mau jemput gue,” ujarnya sambil membenarkan pakaiannya yang sempat terkena hujan.

Algi diam, lalu membatin, nggak mungkin gue tolak permintaan lo, Tha.

Mereka berdua langsung menuju ke sekolah, dan ini pertama kalinya Agatha berangkat bersama dengan Algi.

Tiba di sekolah ternyata hujan sudah reda, namun masih ada gerimis kecil tetap saja akan membuat seragam basah bila terkena hujan kecil itu. Algi mengambil jaket yang berada di jok belakang, saat ia ingin memberikan jaket itu kepada Agatha, ternyata gadis itu sudah turun duluan dari mobil. Dengan sigap ia pun ke luar dari mobil dan memakaikan jaket itu ke tubuh mungil Agatha.

“Pakai! Biar nggak kedinginan,” ujarnya datar.

Agatha tercengang dengan sikap Algi.

“Malah ngelamun, cepetan pakai!” ujarnya lagi.

Agatha mengangguk lalu memakainya, dan cowok itu langsung melesat pergi. Tanpa pikir panjang dirinya langsung menuju kelasnya berada.

Siang ini, dirinya ada kelas olahraga. Semua murid XII IPA 1 berkumpul di lapangan. Rambut cokelat legam itu terjepit rapi dengan jedai rambut. Hingga membuatnya semakin terlihat cantik.

“Rain, lo udah selesai belum?” gerutu Agatha kesal karena menunggu Rain yang sedang dandan. Padahal hanya olahraga ngapain dandan segala. Pikirnya.

“Sabar ih, dikit lagi, kok!”

Agatha mendengus kesal.

Rain yang sudah selesai langsung menghampiri sahabatnya itu. “Ayo, gue udah selesai.”

“Hm.”

Mereka berdua berjalan menuju lapangan, tetapi saat di tengah lapangan tiba-tiba kepala Agatha terhantam sebuah bola basket yang begitu kencang hingga membuatnya hilang keseimbangan, dan ia pun jatuh pingsan.

Algi yang sedang berjalan di koridor sambil melihat lapangan, terkejut saat melihat Agatha jatuh pingsan. Ia berlari menuju lapangan dan menghajar cowok yang sudah melemparkan bola basket terhadap gadisnya.

Eh? Gadisnya? Pacaran saja belum, sudah main klaim saja.

Persetan, kini ia memberikan pukulan di wajah Rafa, hingga menimbulkan lebam di sudut bibir cowok itu.

Bugh!

“Sampai Agatha kenapa-kenapa, nyawa lo taruhannya!” ancam Algi datar.

Ia berlari menghampiri Agatha yang sudah terkapar di lapangan. Ia langsung membawa gadis itu ke UKS.

Kita Berbeda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang