Bab 11 || Lemas

2 2 0
                                    

Usai pulang sekolah, Agatha mendapat telepon dari pihak rumah sakit yang mengatakan bahwa Hana mengalami kecelakaan di jalan, yang membuat sang Mama mengalami koma.

Langkahnya menyusuri lorong rumah sakit dengan tergesa-gesa, langkahnya terhenti di depan ruang ICU. Air matanya mengalir dengan deras.

“Neng anaknya Ibu yang kecelakaan itu?” tanya seorang Bapak-bapak yang mungkin menolong mamanya saat kecelakaan.

Agatha mengangguk lemah. “Iya, Pak, saya anaknya. Mama saya baik-baik aja, 'kan, Pak?”

“Lagi ditangani sama dokter, Neng. Neng berdoa aja semoga mamanya baik-baik aja,” ujar Bapak sebelahnya.

“Neng, kita berdua pamit pulang ya. Salam sama mamanya kalau udah sadar,” pamit Bapak tersebut.

“Iya, Pak, hati-hati di jalan. Terima kasih ya, Pak, udah tolong Mama saya.”

Kedua Bapak-bapak itu mengangguk lalu melesat pergi dari sana.

Agatha duduk di bangku yang disediakan di rumah sakit, air matanya terus mengalir. Tak lupa ia mengirimkan pesan kepada sang Ayah dan sang Kakak.

Tiba-tiba saja dokter muda ke luar dari ruang ICU dengan raut yang sulit diartikan. “Apakah di sini ada keluarga pasien?” tanya dokter tersebut.

“Saya anaknya, dok!” sahut Agatha.

“Suaminya ada, Mbak?”

“Ayah saya lagi dinas, dok.”

“Baiklah, jadi gini. Pasien mengalami koma akibat benturan yang cukup keras di bagian kepalanya. Karena benturan itu mengakibatkan pasien kehabisan banyak darah,” terang dokter muda itu.

“Lalu, kapan Mama saya sadar dari komanya, dok?”

“Saya tidak bisa memastikan kapan pasien akan sadar dari komanya. Yang jelas kita hanya bisa berserah diri kepada Yang Maha Kuasa.” Ucapan dokter muda itu sukses membuat dirinya terkejut sekaligus sedih mendengar kabar itu. “Saya pamit permisi dulu, pasien boleh dijenguk.”

Tangan putih mulus itu mulai mendorong ruang ICU, langkah gontainya seketika terhenti saat melihat sang malaikat dunianya sedang terbaring lemah di atas brankar dengan banyak selang yang terpasang di tubuhnya.

“Ma, kenapa Mama bisa kayak gini, kenapa Mama nggak ngomong sama Atha kalau Mama mau pulang ke Jakarta.”

***

Hana ingin memberikan supraise kepada sang putri atas kepulangannya dari Bandung. Saat tiba di bandara Soekarno Hatta ia berjalan ke luar bandara untuk mencari taxi.

“Pasti Atha senang dengan kepulanganku,” gumamnya dengan senyum yang terus tercetak di bibirnya.

Saat dirinya sedang menyeberang, ia tak sadar bahwa ada mobil yang sedang melaju kencang ke arahnya. Sang pengendara pun tidak melihat Hana yang sedang melintas, karena sang pengendara sedang mengambil ponselnya yang terjatuh dari dashboard mobil.

Sontak hal itu membuat kecelakaan tragis yang membuat Hana terpental jauh dengan keadaan kepala yang sudah bocor dan darah yang mengalir deras.

Orang-orang yang melihat kecelakaan tragis itu langsung mengerubungi Hana, lalu menelepon ambulans dan polisi agar Hana bisa segera dilarikan ke rumah sakit.

***

Semenjak kecelakaan yang menimpa sang Mama. Ia tidak masuk sekolah selama seminggu.

Algi dan sahabatnya berusaha mencari keberadaannya, mereka semua menghubunginya tetapi dirinya langsung men-silent agar tak ada seorang pun yang bisa menghubunginya.

Kita Berbeda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang