Bab 01 || Salah Tingkah

5 2 0
                                    

"Nggak boleh ada yang ganggu lo kecuali gue!" —Algi

***

Kini Agatha sedang menunggu bus yang berada di halte, karena dirinya tidak membawa mobil. Ia ingin merasakan naik bus lagi setelah sekian lamanya.

Tetapi ada sekumpulan remaja cowok yang sedang berbincang-bincang, yang membuatnya risih adalah mereka membicarakan dirinya. Agatha menjauhkan langkahnya dari sekumpulan remaja itu, tetapi justru mereka malah menghampirinya. Sungguh Agatha sangat ketakutan, keringat dingin mulai menjalari tubuhnya.

“Ka–kalian mau ngapain?” tanya Agatha dengan terbata-bata sambil memundurkan tubuhnya.

“Enaknya kita apain?” tanya salah satu remaja itu.

“Biasa, gilir enak kali ya.”

Mereka tertawa. Dan kini Agatha semakin ketakutan. Ia tidak bisa kabur karena dirinya dikepung oleh sekumpulan remaja itu, ia hanya bisa berdoa sambil memejamkan mata, berharap ada seseorang menolongnya.

Saat salah satu tangan remaja itu ingin menyentuhnya, tiba-tiba suara hantaman terdengar jelas di telinganya. Ia memberanikan diri untuk membuka matanya dan melihat apa yang terjadi. Ternyata Algi sedang baku hantam dengan sekumpulan remaja itu.

Agatha tidak bisa diam membiarkan Algi melawan mereka sendirian, ia pun menyapu pandangannya sekeliling apakah ada barang atau benda yang bisa ia gunakan untuk membantu Algi melawan remaja sialan itu. Akhirnya ia menemukan sapu lalu mengambilnya, perlahan ia memajukan langkahnya dengan kemantapan hati, tangannya langsung memukul kepala remaja sialan tersebut.

Bugh!

Lalu mereka pun pergi karena kalah baku hantam dengan Algi. Agatha melirik ke arahnya guna memastikan cowok itu baik-baik saja atau tidak. Ia meringis saat melihat luka lebam yang berada di sudut bibir cowok itu.

Agatha mencoba menyentuhnya. Namun Algi menahan tangannya dan tatapan mereka bertemu.

“Nggak boleh ada yang ganggu lo, kecuali gue!” ucap Algi dingin.

Agatha diam, ia tidak mengerti apa yang dimaksud dari ucapan lelaki itu. “Sekarang ikut gue!” titah Agatha yang langsung menarik lengan Algi dengan kasar.

***

Sekarang mereka berdua berada di rumah Agatha, gadis itu tinggal sendiri karena mamanya sedang ke luar kota untuk mengurus neneknya, dan ayahnya sedang dinas, entah kapan ayahnya itu akan pulang. Ya! Dia anak dari seorang prajurit TNI AD.

Algi duduk di sofa berwarna hitam itu, matanya menyapu seluruh rumah gadis itu. Terlihat mewah dan elegan. Ia melihat sebuah figura besar terpampang rapi di dinding, di sana ada kedua orang tua Agatha, abangnya,  dan gadis itu.

Agatha datang dengan tangan yang membawa kotak P3K dan baskom berisi air hangat. “Sini tangan lo! Itu ada yang luka juga,” ujarnya dengan ketus.

Algi diam, dan menuruti gadis itu. Agatha dengan telaten mengobati luka lebam tersebut. Algi menatap gadis di hadapannya dengan seksama, wajah cantik sempurna itu mampu membuat hatinya berdetak cepat.

Sudah lama ia memendam rasa kepada gadis itu. Namun ia terlalu pengecut karena tidak berani mengungkapkannya. Hanya kejahilannya yang bisa membuat dirinya selalu dekat dengannya, dan memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja dalam jangkauannya.

Mungkin, suatu hari nanti ia akan mengungkapkannya. Tapi entah kapan.

Agatha yang tersadar dirinya ditatap oleh Algi pun mendengus kesal, “apa lo lihat-lihat?!”

Kita Berbeda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang