“Kehilangan dua orang yang berarti dalam hidup itu menyakitkan." —Agatha
***
Agatha mendapat kabar bahwa sang Mama mengalami kejang-kejang, ia pun langsung menuju rumah sakit dengan seragam yang masih basah ditemani dengan Rafa.
Sepanjang jalan ia terus merapalkan doa agar mamanya baik-baik saja, sudah cukup ia kehilangan orang yang ia cintai, hari ini benar-benar hari yang menyakitkan.
Di depan ruang ICU sudah ada sang Ayah dan kakaknya yang ikut menunggu keadaan sang Mama.
“Ayah, Kakak, gimana keadaan Mama?” tanya Agatha dengan air mata yang mengalir.
“Mama lagi ditangani dokter, kita berdoa saja ya,” jawab Iqbal.
Tak tahu lagi ia harus berbuat apa selain berdoa dan menyerahkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
Seorang dokter ke luar dengan raut sedih, membuat Heru, Iqbal dan dirinya mengernyit bingung.
“Dokter, istri saya baik-baik aja, 'kan?” tanya Heru sambil memegang kedua bahu dokter tersebut.
“Maaf, Pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun Tuhan sudah berkata lain, pasien tidak bisa kami selamatkan,” jelas dokter tersebut.
“MAMAAAAA!!! NGGAK, DOK! DOKTER SALAH PERIKSA, MAMA SAYA MASIH HIDUP, DOK!” Teriakan histeris dari Agatha membuat hati Rafa berdenyut sakit.
“Agatha tenang, sudah ikhlaskan Mama Hana pergi,” ujar Rafa.
“GIMANA GUE BISA TENANG, MAMA GUE PERGI, FA! PERGI BUAT SELAMANYA!” jerit Agatha.
Rafa langsung menarik gadis itu ke dalam pelukannya, membiarkan Agatha memukul dadanya. Dirinya pun ikut terpukul dengan kepergian Mama Hana, walaupun ia belum mengenalnya tetapi ia seperti merasakan bahwa Mama Hana adalah wanita baik. “Tuhan sayang Mama Hana, makanya Tuhan ambil Mama Hana,” tutur Rafa.
“Dan hari ini, gue kehilangan dua orang yang gue cintai. Apa gue nggak pantas bahagia? Sampai dua orang yang gue cintai pergi begitu aja,” lirihnya dengan isak tangisnya yang masih terdengar.
“Lo pantas bahagia, Tuhan udah mengatur skenario yang indah buat lo! Dan tinggal diri lo mau percaya atau tidak.”
Hatinya sesak, napasnya memburu, air matanya terus mengalir deras. Kehilangan sosok Ibu adalah patah hati terberat, di mana menurutnya seorang Ibu adalah malaikat dunianya. Jantungnya seolah ikut berhenti berdetak.
Iqbal menghampirinya. “Dik, udah jangan nangis, nanti Mama nggak tenang di sana. Sekarang kita urus jenazah Mama dulu biar Mama cepat dimakamkan.”
Rafa mengangguk di hadapannya seolah memberi isyarat bahwa ia harus kuat, perlahan Rafa membopong tubuhnya. Tetapi tiba-tiba saja Agatha jatuh pingsan.
“Om, Agatha pingsan!” seru Rafa panik.
“Suster! Tolong Adik saya, dia pingsan!” Iqbal memberitahukan seorang suster dan Agatha langsung dibawa ke atas brankar.
Rafa mengikuti suster tersebut, Agatha dibawa ke ruang rawat. Betapa khawatirnya Rafa kepada gadis itu, tanpa Rafa sadari ia sudah menaruh rasa pada Agatha.
“Oleskan terus kayu putih ya, Mas. Biar pasien cepat sadar,” perintah suster tersebut.
“Baik, sus,” ucap Rafa.
Suster itu melesat pergi, kini Rafa terus melakukan apa yang baru saja suster tersebut perintahkan. Rafa mengamati wajah cantik Agatha. Pantas saja gadis itu disebut princess-nya Garuda, sudah jelas bahwa Agatha mempunyai wajah yang sempurna, kulit putih cerah, rambut lurus, bibir pink alami, hidung mancung, dan mata cokelat gelapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Berbeda [END]
Teen FictionApa yang terjadi jika mencintai terhalang oleh sebuah perbedaan? Kisah cinta yang begitu rumit dialami oleh gadis SMA bernama Agatha Almasyifa Morgan. Hubungannya terus diuji dan dihantam banyaknya perbedaan, membuat dirinya sedikit putus asa. Ras...