Keduanya bertatapan. Sebetulnya bukan hal yang tidak biasa ketika kedua onyx itu saling bertemu. Namun, kali ini situasinya berbeda.
Pada detik yang sama, mantan Hokage Konoha baru saja menyadari akan datang perubahan besar dalam hidupnya.
Bibirnya terbuka, hendak bersuara tetapi dunia tidak mendukungnya berterus terang. Yang pada akhirnya, kata-kata yang mampu ia utarakan hanya, "terima kasih atas kerja kerasmu selama belasan tahun ini."
Wanita di seberangnya tersenyum, seperti biasa, tetapi dalam situasi yang berbeda. Dia memberi anggukan kecil. Bibirnya ikut terbuka, suaranya dengan jelas berkata, "terima kasih juga atas kerja keras Anda selama ini. Sehat selalu, Kakashi-sama." Hanya itu, meski hatinya masih memiliki miliaran kata untuk diledakkan.
Hatake Kakashi ikut tersenyum. Tangannya terangkat untuk mengusap tengkuknya. Canggung—tidak biasanya mereka berdua seperti itu.
"Kau tahu, mungkin lebih baik untukmu memanggilku seperti dulu. Dengan -san...?" Rupanya, pria itu masih terganggu dengan honorifik yang selalu disematkan Shizune di belakang namanya.
Mantan asistennya menggeleng kecil. "Anda tetap orang yang saya hormati."
Kakashi menghela napas. Selama belasan tahun, tidak pernah sekalipun Shizune menuruti keinginannya. Dia kesal, tetapi dia menikmati setiap momen itu. Barangkali Shizune senang mengganggunya—kapan lagi bisa mengganggu Hokage hanya dengan honorifik?
"Baiklah, kalau begitu," Kakashi menjeda. Sedikit lama, tatapannya seolah menembus sepasang hitam Shizune. Pria itu menarik napasnya perlahan, menahan sesuatu yang tak terdefinisi di dalam benaknya.
"Sampai jumpa, Shizune."
Malam itu, Kakashi kembali ke apartemen lamanya. Memang sudah bersih dan rapi, tetapi dia perlu beradaptasi kembali setelah menempati Kediaman Hokage bertahun-tahun. Perlu pembiasaan, dan dia harus terbiasa dengan hal lain yang tidak akan sama lagi.
Dia berjalan sendirian. Tidak lagi mengantar pulang sosok wanita yang selalu berada di sisinya selama belasan tahun, tidak lagi menikmati makan malam berdua sembari membicarakan banyak hal—masa lalu, masa kini, dan masa depan, tidak lagi bertemu dengannya setiap hari.
Rupanya, yang berubah dari hidupnya adalah dia kehilangan Shizune. Namun, kehilangan hanya untuk sesuatu yang pernah dimiliki. Apa yang dia lakukan selama bertahun-tahun? Kakashi menganggap semuanya akan berjalan tenteram seperti dulu. Dia sama sekali tidak memprediksi bahwa perubahan yang akan terjadi ke depannya bisa saja membuatnya.... kesepian—perasaan yang sudah lama tak ia rasakan.
Kakashi naik ke ranjang baru. Itu dipilihkan oleh Shizune beberapa waktu lalu. Empuk, membuatnya nyaman. Pandangannya mengarah ke atas, menatap langit-langit kamar bersama pikiran yang melayang kemana-mana.
Malam ini dia tidak harus tidur larut, besok tidak harus bangun terlalu pagi. Mulai besok tidak perlu hidup terburu-buru, seolah esensi hidup hanya tentang dikejar dan mengejar. Besok tidak perlu berkutat dengan tumpukan dokumen, meskipun dia tetap dibutuhkan di kantor. Besok dia akan kembali seperti Kakashi belasan tahun lalu. Kakashi, hanya Kakashi.
Otaknya memerintahkan untuk bangun dari posisinya. Masih pukul 9 malam, dia ingin tidur lebih cepat untuk bersiap menikmati masa pensiunnya besok. Sebab itu, kakinya melangkah menuju dapur, menyiapkan air panas, dan membuka bingkisan yang sebelumnya ia dapatkan dari Shizune.
Pria itu menuang racikan bunga-bungaan secara asal ke dalam cangkir teh, menuangan air yang telah mendidih, mengaduknya—entah memang diaduk atau tidak, kemudian menyesapnya setelah dirasa cukup mudah untuk menelan panasnya.
"Tidak enak."
Perubahan telah datang melalui secangkir teh kamomil yang tak lagi sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After Eleven
Fanfiction' Kakashi Hatake x Shizune fanfiction ' Tidak ada yang baik-baik saja setelah berpisah dengan cara yang baik-baik saja. Apalagi bersama fakta bahwa sebetulnya mereka berdua tidak terikat oleh hubungan apa-apa. Hanya bertemu, bersama untuk waktu yang...