Pukul 10 malam. Kakashi belum kelihatan batang hidungnya. Sebelum pergi sore tadi, dia memang tidak menyebutkan akan pulang di pukul berapa.
Shizune duduk di sofa ruang keluarga. Televisi dibiarkan menyala walaupun dia sedang bergulat dengan catatan pengeluaran. Sesekali dia menggerutu kesal karena hitungannya tidak balance atau karena struk dari toko buku—Kakashi membuang-buang uang untuk membeli Icha-Icha Paradise dengan seri cover yang glossy, meskipun isinya sama saja.
Di tengah suasana itu, Shizune dapat merasakan chakra yang familiar. Itu Kakashi. Tak lama, pintu utama dibuka bersama ucapan "tadaima" yang menggema.
"Okaerinasai," balas Shizune ketika Kakashi muncul dari balik lorong. Pria itu sudah tidak dalam penyamarannya.
Kakashi berjalan mendekati wanitanya dengan sedikit sempoyongan. Bau alkohol terpaksa masuk ke dalam lubang hidung Shizune dan membuat wanita itu mengernyit.
"Habis minum bersama siapa?" tanya Shizune langsung ke intinya.
"Iruka-sensei dan Guy." Kakashi menempatkan diri untuk duduk di sebelah Shizune, meskipun sedikit dipisahkan dengan uang, struk, dan buku catatan.
"Bagaimana dengan wawancaranya?"
Kakashi tak langsung menjawab. Shizune menduga ada hal yang tidak disukai sang mantan Hokage.
"Buruk," benar saja. "Generasi saat ini benar-benar..." Hatake itu mengganti kata selanjutnya dengan helaan napas berat.
"Lalu apa yang kau cari? Kau tahu kalau dunia sudah berubah. Perubahan itu—"
"Apakah ini kesalahanku saat menjadi Hokage?"
Akhirnya, fokus Shizune dari laporan keuangan benar-benar teralihkan. Dia bahkan mematikan televisi.
"Karena kau yang menjadi pelopor untuk membawa Konoha ke dunia yang baru? Dunia yang modern dan berkembang secara ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga kebutuhan ninja semakin merosot?"
Kakashi mengangguk. Tatapan matanya kosong dan mengantuk.
Shizune menyingkirkan semua benda yang memisahkan jarak mereka. Wanita itu mendekat, lalu membawa kepala Kakashi menuju bahunya yang terbuka 24 jam untuk pria itu seorang.
"Bukan salahmu, Kakashi-san. Nilai-lah yang sudah berubah, tak peduli apakah kita suka atau tidak. Aku mendukungmu saat kau cekcok dengan Dewan Tetua karena kau ingin mengubah Konoha. Aku membelamu saat orang-orang konservatif di desa mencomoohmu—mengatakan kalau kau meninggalkan nilai-nilai tradisional. Namun, lihatlah sekarang. Kalau bukan karena kau yang menjadi penggerak kami, maka tidak akan lahir ponsel genggam yang selalu kita gunakan untuk memgirim pesan setiap 30 menit sekali," Shizune menggenggam tangan Kakashi erat. "Tidak ada yang salah dengan jawaban anak-anak itu terkait esensi dari ninja. Mereka bisa menentukan jalan mereka sendiri dengan cara mereka. Kau tahu, saat ini sudah giliran generasi kita untuk disebut konservatif."
Kakashi mendengarkan. Namun, itu lebih seperti lagu yang nyaman di pendengaran. Mabuk benar-benar akan mengambil alih akal pikiran.
"Shizune, terima kasih..." Dan entah untuk apa ucapan terima kasih itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After Eleven
Fanfiction' Kakashi Hatake x Shizune fanfiction ' Tidak ada yang baik-baik saja setelah berpisah dengan cara yang baik-baik saja. Apalagi bersama fakta bahwa sebetulnya mereka berdua tidak terikat oleh hubungan apa-apa. Hanya bertemu, bersama untuk waktu yang...