Musim panas tahun berikutnya. Hah.... waktu bergulir sangat cepat. Rupanya, hari-hari yang tenteram tetap dapat dinikmati Kakashi, bersama Shizune, tentunya. Ia pikir, perubahan hanya terjadi ketika dia pernah kehilangan Shizune selama beberapa minggu. Rupanya perubahan juga telah menghampiri caranya memandang Shizune hingga detik ini.
Begitulah mereka sekarang. Meskipun tidak memiliki hubungan yang pasti, tetapi keduanya menyukai teka-teki mengenai masa depan yang menanti.
"Kau jahat, Kakashi! Kau memilih liburan bersama Shizune daripada denganku!"
Lagi, Guy bersama dramanya. Pria itu mendecak kesal dari atas kursi roda ketika dia mengantar Kakashi dan Shizune di gerbang utama.
"Yare-yare... Guy, kita sudah sepakat untuk ke onsen setelah aku kembali." Rival sekaligus sahabatnya memberi pengertian. Itu terlihat seperti Kakashi berusaha adil kepada dua istrinya—poligami.
"Lagipula kau, 'kan, berjanji untuk menemani Metal mencari serangga di liburan musim panasnya, Guy-sensei!" Lee, dari belakang kursi rodanya, terlihat berapi-api.
Ahli taijutsu itu mendengus kesal. Dia masih ngambek. Sungguh tidak cocok bagi pria kepala empat.
"Kakashi-sensei," Nanadaime memanggilnya. Safirnya yang indah terlihat serius, membuat Kakashi sedikit takut.
"Ada apa, Naruto?" Pria itu bertanya. Suatu kegembiraan melihat Naruto sudah tidak begitu depresi dengan pekerjaan barunya. Bahkan Naruto menyempatkan diri untuk mengantarnya hingga Gerbang An.
"Kalian pergi berdua, tetapi saat pulang, jangan mengejutkan kami dengan membawa bayi seperti Sakura—"
Sakura memukul kepala Hokage, kencang sekali hingga melahirkan benjol yang berumpuk-tumpuk di kepala Naruto.
"KURANG AJAR!" Pimpinan rumah sakit yang baru berteriak murka pada Hokage.
Hampir—yang lain hampir tertawa. Namun, dalam situasi ini, tertawa sama dengan mati.
"AKU AKAN MENGADUKANMU PADA HINATA!"
Ah....
"Hei, hei, sudah cukup. Kami harus segera pergi." Kakashi mengangkat satu tangannya, dia berusaha melerai.
Sakura dan Naruto sama-sama mendengus kesal. Mereka enggan berpandangan. Bahkan Naruto menggeser posisinya untuk menjauh dari Sakura.
"Ya sudah," Kakashi pasrah. "Kalau begitu kami pergi dulu."
"Hati-hati di jalan, Kakashi-sensei! Shizune-san!"
Hanya Rock Lee yang berseru riang mengantar mereka liburan. Tiga orang lainnya masih murka dengan alasannya masing-masing.
Biarlah. Mereka sudah dewasa.
Tujuan perjalanan liburan kali ini adalah sebuah pantai di Kirigakure. Desa itu bukan lagi desa kabut berdarah seperti dulu. Infrastruktur yang modern meninggalkan kesan kelam yang telah dikenal selama beberapa dekade.
Dari negara api, mereka menembus lautan menggunakan kapal. Karena ini untuk bersenang-senang, Kakashi membeli tiket kapal pesiar dengan balcony stateroom.
"Wah~ lihat, Shizune, lautnya luas sekali!" serunya, seperti anak kecil yang baru pertama kali melihat laut. Pria itu berada di atas tempat tidur, dia menikmati pemandangan dari balik jendela kamar di kapal itu.
Menyadari tidak ada tanggapan dari Shizune, onyx Kakashi mencari-cari di setiap sudut kamarnya. Sayangnya, Shizune lepas dari penglihatannya.
"Shizu—"
Kakashi berhenti memanggilnya ketika dia mendengar sesuatu dari kamar mandi. Cepat, pria itu turun dari ranjang dan mendekati pintu kamar mandi. Dari balik sana, Shizune terdengar tidak berdaya.
"Shizune? Kau baik-baik saja?"
Shizune tak kunjung menjawab. Beberapa kali Kakashi bertanya, hingga akhirnya pintu itu terbuka, menampilkan sosok wanita yang pucat, berkeringat, dan terlihat sangat lemah.
"Kau mabuk laut?"
Shizune memberi anggukan kecil. Sebetulnya, jarang sekali dia mengalami hal itu.
Kakashi menuntunnya untuk berbaring di ranjang. Pria itu mengambil telepon yang tersedia di sisi ranjang—dia menekan angka 2.
"Aku pesan secangkir teh jahe,"
"Di balcony stateroom nomor 3,"
"Ya. Terima kasih."
Kakashi menutup teleponnya.
Kakashi menatap Shizune yang memejamkan mata. Wanita itu memegangi perutnya, menahan rasa mual yang terus datang dalam jangka waktu yang tak terduga.
"Tidak apa-apa. Kita sudah lama tidak bepergian dengan kapal, jadi mungkin tubuhmu harus beradaptasi lagi." Suaranya yang menenangkan membawa Shizune untuk membuka matanya.
"Maaf," lirih Shizune dengan nada bersalah. Sorot matanya sendu.
"Kenapa minta maaf? Kau juga tidak menyangka hal ini akan terjadi," Kakashi meraih tangan Shizune yang lebih kecil darinya, memberi tekanan ketika ia menggenggamnya. "Tidurlah. Aku di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After Eleven
Fanfiction' Kakashi Hatake x Shizune fanfiction ' Tidak ada yang baik-baik saja setelah berpisah dengan cara yang baik-baik saja. Apalagi bersama fakta bahwa sebetulnya mereka berdua tidak terikat oleh hubungan apa-apa. Hanya bertemu, bersama untuk waktu yang...