Setelah makan malam, mereka kembali ke penginapan. Sebetulnya tadi Kakashi mengajak Shizune untuk pergi ke bar, tetapi ditolak. Wanita itu lebih memilih untuk minum di kamar mereka—untuk jaga-jaga apabila dia minum terlalu banyak dan berakhir meracau yang aneh-aneh.
"Wine tidak membuatku mabuk," komentar Kakashi setelah meninggalkan kamar mandi. Di musim panas ini, tubuh mereka menjadi cepat gerah dan memproduksi lebih banyak keringat.
"Memangnya Anda ingin mabuk?" tanya Shizune. Dia menuangkan cairan merah itu di gelas Kakashi, begitu pria itu duduk di sofa dan menikmati cahaya bulan yang masuk melalui jendela besar.
"Tidak juga." Kakashi menerima gelasnya. Dia membiarkan Shizune duduk di sisinya, sama-sama memandang bulan dan laut di hadapan mereka dari balik sebuah kaca.
Kamar mereka menghadap ke laut—sebuah penginapan bintang 5 yang dibangun di pesisir pantai.
Cahaya remang-remang membuat keduanya tenang. Masing-masing mereka menikmati keheningan yang bukan kecanggungan.
Shizune telah selesai dengan segelas wine-nya. Dia berdiri, melangkah menuju jendela. Tangannya menarik gorden, menutupi seluruhnya sehingga ruangan itu hanya mendapat pencahayaan dari lampu kecil dengan sinar oranye yang tidak begitu terang.
"Ada apa?" Kakashi bertanya, berusaha biasa saja ketika pemandangannya diblokade oleh Shizune. Wanita itu berdiri di hadapannya, memegangi ikatan bathrobe yang masih terpasang kencang.
Perlahan, kaki Shizune terangkat. Kedua lututnya ia daratkan pada sofa, dengan artian, dia duduk di atas pangkuan Kakashi tanpa bersuara.
Hatake Kakashi mundur secara spontan, membuat punggungnya menekan kepala sofa. Bulir keringat jatuh dari pelipisnya, dia menatap Shizune bersama ribuan tanda tanya.
Seluruh tubuhnya menegang, termasuk ketika saat ini Shizune dengan berani membuka ikatan bathrobenya, meninggalkan kain berwarna putih itu dari tubuhnya—seluruhnya. Barulah dari sana, Kakashi dihadiahi pemandangan yang luar biasa.
Shizune hanya memakai pakaian mematikan berwarna merah yang menggoda. Tipis, bahkan Kakashi dapat melihat bagaimana rupa dari dua puncak di sekitar dada Shizune. Tali yang mengikat juga sangat tipis, lebarnya tidak sampai 2 sentimeter, seolah akan langsung putus jika dia menyentuhnya.
"O-oh, kau memamerkan pakaian renangmu? Haha,"
Wajah Shizune semerah tomat. Dia merasa seperti terkena demam mendadak.
"Ini lingerie!"
Oh, ya, Kakashi tahu apa itu. Namun, dia tidak tahu kalau ada lingerie secantik itu. Atau mungkin karena Shizune-lah yang memakainya.
Tanpa sengaja, pria itu meneguk salivanya, jakunnya naik-turun. Dia bisa merasakan jantungnya hampir lepas karena memompa darah terlalu cepat.
"Shizune, aku—" Kakashi menjeda sebentar. Dia berusaha keras untuk baik-baik saja. "Maukah menunggu sebentar?"
Raut Shizune tampak kebingungan.
"Aku harus membeli... pengaman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After Eleven
Fanfic' Kakashi Hatake x Shizune fanfiction ' Tidak ada yang baik-baik saja setelah berpisah dengan cara yang baik-baik saja. Apalagi bersama fakta bahwa sebetulnya mereka berdua tidak terikat oleh hubungan apa-apa. Hanya bertemu, bersama untuk waktu yang...