Shizune menyimpan lima buah test pack yang menyiratkan satu garis ditambah satu garis samar di dalam laci. Dia hampir telat, sebab itu dia memutuskan untuk periksa ke dokter kandungan saat sudah lebih senggang.
Di depan pintu, napasnya ditarik kuat-kuat, kemudian dihembuskan perlahan-lahan. Sejak tadi pikirannya kacau, hatinya galau. Selain karena (mungkin) akan ada nyawa manusia yang terlahir, kehamilan di usia 40-an juga berisiko.
"Tidak apa-apa, Shizune. Kalaupun benar, yang hanya dia punya saat ini adalah kau, ibunya. Jadi, jangan lemah."
Ibu.
Lidah Shizune kelu begitu selesai mengucapkannya. Dia tidak mengetahui apa arti menjadi seorang ibu.
Selanjutnya dia benar-benar meninggalkan kamar hotelnya.
Tujuannya adalah Gedung Hokage. Semakin bertambah hari, intensitasnya dalam membantu Hokage sudah tidak begitu tinggi. Shikamaru-lah yang sudah jauh lebih banyak menangani kantor. Untuk beberapa bulan ke depan, Shizune berencana untuk melepaskan kantor, membiarkan anak-anak muda mengambil alih tanggung jawab yang lebih besar sepenuhnya.
Dia berjalan menyusuri koridor. Kakinya belum terbiasa untuk menyesuaikan dengan sepatu tanpa hak. Langkahnya menjadi tidak nyaman.
Sebelum Shizune memberi ketukan pada pintu ruangan Hokage, seseorang dari dalam sana sudah lebih dulu membuka. Mereka berdua saling bertatapan, sedikit lama, seolah mengingat-ingat bahwa dulu pernah terjadi situasi yang serupa.
"Selamat pagi, Kakashi-sama,"
-sama.
Lama. Kakashi membiarkan suasana hening cukup lama.
"Selamat pagi, Shizune."
"Canggung sekali. Kalian benar-benar sedang bertengkar, ya?" Naruto dari kursinya asal mengeluarkan celetukan.
"Pasti begitu," sahut Shikamaru. Dia bukan tipe manusia yang suka mencampuri urusan orang lain, tetapi untuk yang satu ini, bibirnya gatal untuk ikut-ikutan.
Pemuda Nara itu telah bersama Kakashi dan Shizune selama belasan tahun. Dia tahu bagaimana Shizune yang benar-benar marah pada Kakashi. Dan dari banyaknya masalah yang pernah kedua orang itu hadapi, Shikamaru dapat menilai bahwa kebanyakan bermula dari Kakashi—karena pria itu sering menggoda Shizune.
Lagi, Shizune menatap Kakashi, kali ini benar-benar memperhatikannya.
Lingkaran hitam terlihat di sekitar matanya, Kakashi menatap sayu, bahunya terlihat lebih kecil, rambutnya semakin liar. Pria itu lebih mirip mayat hidup sekarang.
Shizune menahan napas, berusaha untuk tidak peduli.
"Saya ingin masuk,"
Kakashi bergeming. Tubuhnya masih menutupi jalan masuk.
"Permisi—"
"Kembalilah, Shizune."
Dengan tidak tahu malunya, pria itu berbisik, kemudian menyingkir dari hadapan Shizune.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After Eleven
Fanfiction' Kakashi Hatake x Shizune fanfiction ' Tidak ada yang baik-baik saja setelah berpisah dengan cara yang baik-baik saja. Apalagi bersama fakta bahwa sebetulnya mereka berdua tidak terikat oleh hubungan apa-apa. Hanya bertemu, bersama untuk waktu yang...