VI. Dinner and Plan

138 19 0
                                    

Kakashi dan Shizune memilih restoran sushi sebagai pilihan makan malam. Tempat itu pernah mereka datangi beberapa kali, baik untuk makan siang maupun makan malam. Seperti biasa, Shizune memilih meja di sudut ruangan, untuk menghindari beberapa pasang mata yang menaruh perhatian.

Mereka duduk, memesan, berbincang santai, kemudian pesannya datang. Selain sushi, mereka juga memesan sashimi. Keduanya makan dengan tenang-yah, Kakashi tidak begitu tenang karena dia perlu menutupi wajahnya.

"Ngomong-ngomong, apa rencanamu besok?" Kakashi memulai kembali perbincangan dengan topik baru.

Shizune menelan salmonnya sebelum menjawab. "Ke kantor seperti biasa, ke rumah sakit bila ada operasi darurat."

Pria di hadapannya mengangguk. "Hiduplah lebih santai, Shizune. Kau tahu, kita sudah tidak muda lagi."

"Saya mengerti, kok," Shizune menuangkan ocha ke dalam gelas Kakashi yang sudah kosong. "Anda juga tahu kalau sebentar lagi saya akan menyerahkan rumah sakit pada Sakura."

"Itu bagus," Kakashi menaruh gelasnya. Dia sudah selesai makan-sangat cepat. "Bukan maksudku untuk memintamu berhenti bekerja sepenuhnya, tetapi kita juga perlu percaya dengan generasi di bawah kita. Selain itu, yah, untuk menikmati hidup."

Shizune tertawa mendengar ucapan Kakashi. Tindakannya membawa Kakashi yang menunjukkan raut heran.

"Bicaranya seperti kakek-kakek saja," ejek Shizune.

"Begitulah," Kakashi menyunggingkan senyum simpul. "Lagipula, setelah itu apa? Kau menjadi penasihat di rumah sakit, kemudian lepas dari jabatanmu sebagai asisten Hokage. Hidupmu hanya tinggal bersantai saja."

Shizune menghela napas. Barulah raut frustrasi terlihat melalui pelipisnya yang mengerut. Dia memang jauh lebih awet muda ketimbang teman-teman wanita seangkatannya, tetapi malam ini Shizune terlihat banyak pikiran.

"Itu dia masalahnya. Apakah saya sanggup untuk tidak produktif lagi atau tidak. Saya tidak tahan kalau terus berdiam diri dan hanya santai-santai."

Kakashi paham hal itu. Ah, bukan kasusnya. Dia paham kalau Shizune akan merasa seperti itu.

"Kalau begitu kita liburan saja, berdua," usul Kakashi, asal berbunyi.

Shizune cepat-cepat mengambil airnya. Tiba-tiba dia merasa secuil daging ikan menyangkut di kerongkongannya.

"Tunggu-apa?"

Kakashi menopang dagunya dengan tangan kiri. Dia menatap Shizune bersama senyuman penuh arti.

"Kau mendengarnya dengan jelas, Shizune. Liburan bersama. Bagaimana kalau Negara Uap? Aku ingin mencoba onsennya."

"Onsen?!"

Kakashi mengangguk. "Tentu saja onsen. Dan tentu saja onsen terpisah. Oh, kalau kau mau pergi ke onsen campur denganku, aku bisa mereservasinya sehingga hanya ada kita berdua di sana-"

"Kakashi-sama!"

Seruan, hentakan sumpit yang bertemu meja, semua itu mengundang perhatian beberapa pengunjung restoran. Wajah Shizune memerah, tetapi pria di hadapannya malah terkekeh tanpa rasa bersalah.

"Maa, maa, aku minta maaf," Kakashi tidak sepenuhnya menyesal. Masih ada sedikit tawa di akhir kalimatnya.

Shizune menghela napas. Dia tahu bagaimana selera humor Kakashi: mesum. Sebab itu, dia memutuskan untuk tidak ambil hati. Ayolah, mereka baru saja bertemu kembali. Tidak perlu menambah konflik.

"Saya tidak mau ke onsen. Anda saja yang pergi dengan Guy-san." Shizune menolaknya.

"Lalu, kau mau liburan ke mana?"

"Pantai."

Satu alis perak Kakashi terangkat. Pantai adalah pilihan yang cukup bagus, dia bisa melihat Shizune dengan bikini dan memamerkan tubuhnya yang selalu membuat penasaran.

"Aku setuju," kata Kakashi. "Kapan kita ke sana?"

"Kita?" Shizune mengulang untuk mengonfirmasi.

"Kau mau liburan sendirian? Yah, itu tidak masalah. Aku bisa mengikutimu dari belakang."

Shizune bergidik ngeri. Kakashi terdengar seperti penguntit mesum atas ucapannya barusan.

"Musim panas tahun depan."

"Hm?"

"Liburan. Pantai. Kita berdua."

Baiklah. Kakashi akan mengalami mimpi indah malam ini.

Life After ElevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang