XXXI. A Boy Who Looks Like Me

38 5 0
                                    

"Kakashi-san, apakah besok kita harus ke dokter anak? Aku benar-benar penasaran bagaimana caranya menyapih anak laki-laki berusia 40-an."

Baru 45 menit yang lalu mereka saling berucap manis yang disaksikan televisi. Sekarang yang satu sudah jahil lagi.

Kakashi terkekeh. Dia melepaskan mulutnya dari bagian tubuh Shizune. Tangan itu masih merengkuh wanitanya, masih memeluknya, kemudian ia benamkan wajah pada dada Shizune. Aroma melati yang harum menusuk hidung.

"Shizune, kau membuatku terdengar seperti orang mesum," protes Kakashi. Namun, Shizune hanya membalasnya dengan kekehan kecil. Sudah pukul 11 dan dia mengantuk.

Shizune menyisir surai keperakan itu. Wangi bunga. Ah, pasti lagi-lagi Kakashi menggunakan shamponya.

"Shizune," panggil Kakashi. "Tadi, aku bertemu anak laki-laki yang mirip denganku."

Kelopak mata Shizune yang awalnya terpejam, kini terbuka sempurna.

"Siapa? Anakmu di luar nikah?"

"Husss," Kakashi mendengus kesal. "Bukan—tentu saja bukan. Dia murid akademi yang aku wawancarai tadi. Penampilannya mirip sepertiku. Maskernya, dan bagaimana cara dia menjawab pertanyaanku. Mungkin saat dia sudah menjadi genin, dia akan menggunakan hitai-ate-nya mirip denganku dulu."

Shizune mengangguk. Dia kembali memejamkan matanya. "Ku pikir dia penggemarmu. Sama seperti Nanara."

Kakashi terdiam. Nanara. Dia masih berhubungan baik dengan anak itu, bahkan merencanakan untuk bertemu kembali. Nanara yang menjadi penggemarnya sebetulnya sudah cukup bagi Kakashi. Pria itu masih berpikir bahwa dia bukan siapa-siapa—hanya seseorang yang memiliki kehidupan tak berarti.

"Shizune, aku tidak pantas untuk memiliki penggemar. Seharusnya dia mengagumi Naruto atau Minato-sensei. Bukan aku."

Murid Godaime Hokage yang hampir saja terlelap menghela napas. Kakashi, pada malam ini, lagi-lagi berhadapan dengan krisis kepercayaan diri.

"Mengapa kau selalu berpikir seperti itu? Sungguh, aku masih tidak mengerti. Bukankah memiliki orang yang menjadikan kita sebagai role model mereka berarti—"

"Berarti aku memiliki beban moral untuk terlihat sesuai apa yang mereka pikirkan. Untuk bisa melindungi mereka, untuk menjadi lebih baik agar mereka tidak salah langkah. Itu seperti..." Kakashi memberi jeda untuk menyiapkan hatinya. "Itu seperti... yang dilakukan Ayahku untukku."

"Itu seperti yang dilakukan Ayahku untukku."

Hatake Sakumo, seorang ninja kelas atas yang melalui kacamata Kakashi kecil adalah sosok yang sangat ia kagumi. Seorang ninja yang kompeten, seorang pria yang bijaksana, dan seorang Ayah yang sangat baik. Namun, ketika tragedi itu terjadi, cara pandang Kakashi kecil terhadap Ayahnya berubah.

Dan Kakashi takut kalau anak-anak itu akan membencinya jika sesuatu yang tak ia duga terjadi di masa depan.

"Mungkin ini pengecualian untuk Nanara. Namun, Kakashi-san, if you say that all Konoha citizens are your family, then you are the father of all Konoha children."

"But I—"

"Dan itu adalah posisi serta tanggung jawabmu seumur hidup. Ku harap anak-anak itu akan tumbuh menjadi shinobi yang luar biasa sepertimu, bahkan melampauimu."

Kakashi menghela napas berat. Dia semakin mengeratkan dekapannya pada Shizune, berharap bebannya ikut terbagi.

"Astaga... aku childfree."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Life After ElevenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang