"Ekhm," Kakashi membetulkan suaranya.
Pria itu duduk di sana, bersama Shizune dan Tsunade. Di hadapannya terjejer rapi makan malam dari layanan pesan antar.
Menyadari tidak ada yang memulai, yang tertua menyatukan kedua tangannya. "Ittadakimasu!" serunya sebagai permulaan. Kakashi dan Shizune mengikuti.
Tsunade makan dengan riang seperti tidak diberi makan puluhan tahun. Berbeda dengan Kakashi dan Shizune yang mengunyah makanan mereka dengan tidak tenang. Suasana sepi, hanya ada keceriaan cucu Hashirama di sana.
"Apa ini? Kalian memang biasanya sepi begini?" tanya Tsunade yang baru menyadari keanehan atmosfer ruangan itu.
Kakashi tidak menjawab, begitu pula Shizune. Wanita yang duduk di sebelah Kakashi hanya memberi helaan napas singkat.
Tsunade meletakkan sumpitnya di atas meja. Dia memundurkan tubuhnya, mimiknya berubah seketika, menjadi sedih dan merasa bersalah.
"Apa aku mengganggu kalian?" Suaranya terdengar lirih. Kakashi dan Shizune menganggapnya serius, padahal Tsunade murni berniat menggoda mereka.
"Ti-tidak, Tsunade-sama. Memangnya kami mau melakukan apa...." Shizune menyangkalnya.
Tsunade menghela napas lega. Dia kembali mengambil sumpitnya.
"Jadi bagaimana, Kakashi?"
Kakashi terkesiap. Pertanyaan baru saja dilontarkan kepadanya.
"Maksud Anda?"
"Shizune. Bagaimana kinerjanya selama belasan tahun kalian bekerja bersama?"
"Oh," Kakashi mengusap dagunya. "Saya hanya bisa bilang.... saya tidak bisa melakukan apa-apa tanpanya."
Tsunade tersenyum penuh arti. Dia menatap Shizune yang tersipu. Sudah lama Tsunade memperhatikan bahwa sebetulnya masing-masing dari mereka memandang satu sama lain dengan cara yang bukan lagi sekadar Hokage dan asisten. Hanya saja, baik keponakan Katou Dan maupun putra Hatake Sakumo itu terlalu tidak peka dengan perasaan pribadi mereka.
"Jadi itu alasanmu tetap menemuinya meski kalian sudah bukan lagi menjadi atasan dan bawahan?" Tsunade menyimpulkan.
"Saya tidak pernah menganggap Shizune sebagai bawahan saya." Sesuatu yang mengejutkan, Kakashi. Bahkan perkataan itu bisa menarik perhatian Shizune sehingga kini kepalanya menoleh ke arahnya, bibirnya sedikit terbuka, pupilnya sedikit membesar.
"Lalu, selama bertahun-tahun, kalian itu sebenarnya apa?"
Kakashi dan Shizune merasa déjà vu. Seperti pertanyaan yang pernah diberikan Kakashi beberapa waktu lalu.
Karena tak kunjung diberikan jawaban, Tsunade ingin menebak. "Teman?"
"Tidak ada teman yang—"
"SHUT UP!"
Shizune tidak menyukai ketidaksopanan. Itu tidak beretika. Namun, kali ini dia melanggar prinsip hidupnya yang bermoral. Kedua tangannya melayang menuju mulut Kakashi, membekapnya dengan kedua tangan. Dia panik karena seolah tahu apa yang ingin disampaikan mantan bosnya. Tindakannya membuat terkejut semua orang.
Kakashi menutup matanya sejenak. Lidahnya baru saja tergigit di balik maskernya karena Shizune yang tiba-tiba membekapnya. Lalu dia kembali membuka matanya, menurunkan tangan Shizune yang menutupi mulutnya.
"Entahlah," Kakashi melanjutkan, tetapi kabur dari perkataan sebelumnya. "Partner? Dalam banyak hal, maksudnya. Untuk diskusi, makan bersama, sekadar berbincang, apapun itu."
"Oh, aku mengerti," Tsunade mengangguk paham. "Maksudmu seperti suami-istri, ya?"
Ayolah, ini yang kedua kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After Eleven
Fanfiction' Kakashi Hatake x Shizune fanfiction ' Tidak ada yang baik-baik saja setelah berpisah dengan cara yang baik-baik saja. Apalagi bersama fakta bahwa sebetulnya mereka berdua tidak terikat oleh hubungan apa-apa. Hanya bertemu, bersama untuk waktu yang...