6. Reason, Secret.

2.6K 320 28
                                    

"Eonnie, kau sedang sakit?" Rosé yang baru saja tiba di rumah Jennie meletakan tas jinjingnya di atas meja.

"Eoh? Tidak, ada apa memangnya?" Jawab Jennie sambil melangkah menuju Rosé.

"Sudah hampir lima hari kau tidak bekerja di cafe, lalu kau juga tidak ada kabar, kukira kau sakit, tetapi syukurlah kalau ternyata tidak." Ujarnya sambil menyicip sosis yang berada di atas meja makan Jennie.

Jennie terkekeh. "Aku baik-baik saja, aku hanya sibuk meluluhkan bocah Thailand itu."

"Wait.. wait.. wait.. bocah Thailand, apa?" Tanya Rosé yang bingung sambil menyeringit, sedangkan Jennie berdecak.

"Ck, bukankah terakhir kali kamu yang memberitahuku, lowongan itu, Rosie."

Rosé terbelalak, mulutnya sedikit terbuka, dia menepuk lengan Jennie lembut. "Kau mencobanya?"

Jennie mengangguk. "Yeah, sudah kukatakan aku akan mencobanya, 'kan? Ingat, semuanya hanya demi hadiah."

Rosé duduk di kursi makan Jennie dan menarik Jennie untuk duduk di sebelahnya. "Lalu, bagaimana hasilnya?" Tanyanya penasaran, namun, mulutnya terus mengunyah makanan.

Jennie memutarkan kedua bola matanya, dia beranjak dari kursinya lagi lalu menuangkan air putih dan memberikannya untuk Rosé. "Telan dahulu makananmu, kau bisa tersedak jika banyak bicara." Cibir Jennie yang membuat Rosé mengerucutkan bibirnya main-main, wanita blonde itu akhirnya meneguk air putihnya.

"Aku hanya penasaran, bagaimana hasilnya?" Cecarnya bertanya lagi setelah selesai minum.

"Cih, dasar kau ini...."

"Ya, kami mulai dekat, bahkan malam ini, dia baru saja pulang setelah mengantarku ke dokter hewan, dia mandi... dan makan malam bersamaku." Sambung Jennie yang menceritakan. "But, ya.. ini cukup susah, kau tahu? Biasanya orang-orang yang mengejarku, sekarang, aku yang harus mengejarnya, dia terlalu pemalu dan sedikit pendiam." Lanjutnya sambil menghelakan napasnya.

Rosé mendengarkan. "Ayolah, eonnie.. jangan lemas seperti itu karena aku yakin kau pasti bisa, hanya cukup menjadi kekasihnya, 'kan?"

Jennie menggeleng kali ini. "No, mereka bahkan ingin aku melakukan seks pada putrinya itu, dan mengenalkan dunia luar, alkohol juga salah satunya."

Rosé yang sedang hendak mengambil sosis lagi dari meja makan itu terbelalak mendengar ucapan dari Jennie, bahkan sosis itu di jatuhkannya begitu saja dari tangannya. "M-mwo?! Seks?!"

Jennie duduk di sebelah Rosé, dia mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya, raut wajah cemas tergambar cukup jelas. "Hmmm.." dia hanya bergumam sebagai jawabannya.

Rosé menyentuh kedua bahunya. "Kalau begitu, kau harus menghentikannya."

Jennie melirik sekilas tangan Rosé yang tengah menyentuhnya, lalu dia membawanya ke dalam genggaman tangannya. "Rosie, aku baik-baik saja....,"

"Tidak, eonnie! Kau tidak baik-baik saja, aku tahu itu, sorot matamu bahkan masih sama seperti dahulu, kau memiliki trauma, eonnie. Jangan di paksakan." Rosé menyambarnya bahkan wanita blonde itu menggeleng tegas.

"Rosie, kau tahu aku tidak memiliki apapun untuk sekarang, aku butuh hadiah itu, aku butuh uang, aku butuh kendaraan." Kata Jennie dengan wajah sendunya.

Rosé menarik napasnya dalam-dalam. "Sudahku bilang jual saja rumahmu, 'kan?"

Dahi Jennie berkerut tidak suka, dia menatap Rosè dengan wajah yang tidak percaya bahkan dia melepaskan tangannya yang sejak tadi masih mengenggam tangan Rosé. "Rosie...?" Ucap Jennie tidak percaya.

INTROVERT, GIRL? (GxG JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang