Jennie Kim:
"Lalisa, serius.. kenapa Lily selalu mengikutiku, bahkan saat aku pergi ke toilet? Lihatlah."*Sendpicture*
"Bukankah dia kucing betina? Kenapa dia terlihat berbinar ketika melihatku sedang telanjang dan mandi, atau mungkin.. kucing ini lesbian?"
Lalisa terbatuk susu hangatnya ketika membaca pesan dari Jennie, ini baru pukul delapan malam, dia memang memutuskan untuk menjadi mentor Jennie sementara hanya untuk mengawasi dan mengajari bagaimana caranya Jennie bersikap dengan kucing yang baru saja ia adopsi itu.
"What's wrong?" Tanya sang ibu yang sedang sibuk memotong buah-buahan untuk putri semata wayangnya itu.
"Gwenchana, Mom." Tukasnya dengan lembut sambil tersenyum.
Dia segera mengetik ponselnya.
Bocah mentor:
"Tidak perlu berlebihan, Jennie-ssi. Dia bukan lesbian, dia hanya kesepian dan butuh teman, atau mungkin.. dia ingin mengenalmu lebih jauh maka dari itu dia mengikutimu."Di sisi lain, Jennie yang sedang menyikat giginya sambil menghadap cermin itu tertawa membaca pesan dari Lalisa, dan segera membalasnya.
Jennie Kim:
"Oh, lalu.. bagaimana denganmu? Apa kau seorang lesbian?"Lalisa menaikan satu alisnya membaca pesan masuk dari Jennie, dia mendengus setelahnya yang di dengar oleh ibunya.
"Why, daughter?" Tanyanya lembut sambil menyuapkan potongan buah ke mulut Lalisa dan Lalisa menerimanya dengan baik.
"Mom, apakah menurutmu salah jika seseorang menjadi lesbian?" Bisik Lalisa di akhir, sejujurnya, dia belum pernah mengatakan ini pada kedua orang tuanya secara terang-terangan, dia tidak pernah melakukannya karena dia takut, yang padahal.. kedua orang tuanya sudah mengetahui itu karena salah satu dari mereka pernah menemukan majalah dewasa di kamar Lalisa, namun berisikan tentang perempuan-perempuan seksi.
"Tentu tidak ada yang salah." Sambar sang ayah yang mendengar dari ruang santai, ia sedang menikmati teh hangat sambil menonton acara televisi favorit nya.
"Iya, itu tidak ada yang salah, ada apa memangnya? Dan... siapa seorang lesbian yang kau maksud?" Sahut ibunya, Lalisa berdeham, dia memutuskan untuk menggelengkan kepalanya.
"A-anni, mom, dad." Ucapnya menutupi rasa gugupnya.
"Kau masih tidak mau jujur pada kami?" Ucap ayahnya dan berdeham di akhir.
"M-maksud, daddy?"
Ibunya mengusap sudut bibir Lalisa menggunakan tissue untuk membersihkannya, setelah itu wanita paruh baya itu tersenyum. "Kami sudah tahu sejak lama, tidak apa-apa, katakan saja yang sejujurnya, kami sangat menghargai kejujuranmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT, GIRL? (GxG JENLISA)
عشوائيBercerita tentang seorang gadis yang introvert, lalu di pertemukan dengan wanita dewasa yang justru memiliki sikap keterbalikannya, cerita terinspirasi dari sebuah film berjudul "No hard feelings"