10. Want to be your friend

2.1K 286 34
                                    

Lalisa POV

"Lala, where are you going on?" Ibuku bertanya karena aku hanya meminum susu coklatku dengan buru-buru tanpa memakan roti panggang yang sudah di sediakan di atas meja.

"Mom, Sorry.. i have to go, aku memiliki sedikit urusan." Jawabku tergesa.

"Urusan apa sepagi ini? Kau ingin mendahulukan matahari terbit?" Sarkas ayahku.

Aku tertawa. "Yang benar saja, ini sudah jam enam pagi, dad. Tentu saja matahari sudah lebih dulu terbit." Balasku dan mencium pipi kedua orang tuaku. "Aku berangkat, ini urusan wanita, ada seorang wanita yang harus kuurus."

Ya! Yang benar saja Lalisa, dimana keberanian yang kau dapatkan itu, bicara dengan lantangnya di depan kedua orang tuamu, kau sudah gila? Aku berkecamuk dengan pikiranku sendiri setelah mengatakan hal konyol itu kepada kedua orang tuaku.

"W-what? Kau apa?" Kata ibuku yang terkejut.

"Ya! Lalisa! Jawab dulu pertanyaan ibumu!" Teriak ayahku, tetapi, aku memilih untuk tidak menghiraukan mereka dan hanya melambaikan tanganku ke belakang karena sekarang aku sudah berlari keluar rumahku.

Kalian pasti bertanya apa yang aku lakukan sepagi ini, 'kan? Ya, aku ingin kerumah Jennie, karena semalaman aku tidak bisa tidur memikirkan dirinya, dan, ya. Aku perlu jawaban dari mulut wanita itu.

Ingin berteman denganku atau tidak?

Presetan dengan usia kami! Yang kutahu, aku menyukainya, maksudku..

Suka sebagai teman, catat itu!

Dan pagi ini, aku harus mendapatkan jawabannya meski aku harus memaksanya!

•••••

Jennie POV

Siapa yang sangka, bahwa seorang gadis yang memiliki selisih usia sepuluh tahun lebih muda dariku kini sangat bertekad mengejarku hanya untuk berteman denganku?

Kukira, dia marah dengan perkataanku terakhir kali kemarin, tetapi ternyata, tidak.
"Jennie-ssi, ayo naiklah, biar ku antar." Nah, itu adalah suara gadis berponi alias Lalisa Manoban, sudah sepuluh menit dia mengikutiku yang sedang berjalan kaki menuju cafe tempat kerjaku, ya, aku memutuskan untuk bekerja lagi karena hanga itulah penghasilan ku saat ini, lagipula, aku tidak memiliki kesibukan lain sekarang, Lalisa masih terus mengikutiku, dia bahkan tidak peduli oleh klakson dari beberapa pengendara yang sedang melaju karena dia terlalu pelan mengendarai mobilnya.

"Ssh, Lalisa! Berhenti mengikutiku, aku ingin bekerja." Ucapku kesal.

Aku kesal karena setiap kali aku melihatnya perasaan bersalahku muncul, bersalah bahwa aku berpura-pura ingin dekat dengannya yang sebenarnya aku hanya mengincar hadiah yang akan diberikan oleh kedua orang tuanya.

Andai dia tahu, dia pasti marah denganku, jadi lebih baik, aku sudahi semuanya karena, ya. Jujur saja, dia gadis polos yang memang sangat baik.

Aku melihat dia turun dari mobilnya, bukan hanya itu dia bahkan mengenggam pergelangan tangan kiri ku dan memaksaku agar menghadapnya, meski usiaku lebih tua darinya, namun, postur tubuhku jauh lebih pendek di banding dengan dirinya dan itulah yang membuatku berhasil gugup sekarang, berhadapan dengan seorang gadis muda, cantik dan lebih tinggi dariku, aku mengerjap untuk menyadarkan lamunanku. "Wae?" Tanyaku dingin.

"Please, ikut denganku, aku akan mengantarmu, hm?" Tangannya yang dingin mengelus pergelangan tanganku, sadar Jennie, kendalikan dirimu, kenapa jantungku harus berdebar seperti ini? Terlebih lagi melihat mata coklatnya.

INTROVERT, GIRL? (GxG JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang