'Kring~' bunyi suara yang berasal dari lonceng yang terpasang di pintu cafe itu baru saja berbunyi.
Menandakan ada seseorang yang baru saja membuka pintu cafe tersebut. "Sorry, we're close." Gumam Jennie sambil membelakangi pintu masuk.
"Ekhem, aku bisa membayar berapapun untuk cafe asal kau mau melayaniku."
Jennie berdesis sambil menoleh ke belakang, dia tahu betul pemilik suara tersebut. "Dasar bocah nakal!"
Lalisa yang baru saja mengerjainya itu lantas tertawa. "Hai."
"Hm, ada perlu apa?" Tanya Jennie, lalu ia kembali merapikan area kitchen set itu, sedangkan Rosé sedang membersihkan ruang belakang.
Lalisa duduk di kursi depan meja bar. "Mengajakmu pulang bersama." Ucapnya, kedua matanya turun menatap bokong Jennie yang sedang sibuk bergerak ke kanan dan ke kiri, kepalanya menggeleng setelahnya lalu gadis berponi itu berdeham untuk memecahkan lamunannya.
Jennie yang mendengar dehaman itu lantas menengok lagi ke belakang, dan melihat Lalisa yang sedang sibuk menengok ke sembarang arah. "Apa yang sedang kau lihat?"
"H-huh? Itu.. tidak. Hanya sepasang dua bantal bulat, sepertinya itu empuk?"
Jennie semakin menyeringit. "Bantal? Bulat?"
Lalisa semakin menggelengkan keras kepalanya. "Tidak! Maksudku..,"
"Eonnie, sudah selesai?" Ucapan Rosé membuat kedua nya mengalihkan pandangan dan tentu saja hal itu dapat menolong situasi Lalisa yang sempat salah ucap, Lalisapun menarik napasnya lega merasa dirinya tertolong.
"Eoh? Sudah, sebentar lagi." Kata Jennie yang melanjutkan pekerjaannya.
"Oh, kau datang lagi?" Sapa Rosé dengan senyum tipisnya.
"Ya, annyeong." Sapa Lalisa balik.
"Dan, ya.. Kita belum sempat berkenalan, so.. namaku, Lalisa." Sambungnya sambil mengulurkan tangan kanannya ke arah Rosè.
"Don't worry, aku sudah banyak mendengar ceritamu dari Jennie eonnie.. Roséanne Park Chaeyoung, kau bisa memanggilku Rosè atau Chaeyoung." Sahutnya sambil mengenggam tangan Lalisa.
Lalisa terkekeh. "Really? Jadi.. Jennie suka menceritakan tentangku?"
Jennie berdeham, dia menginjak satu kaki Rosè untuk memberi peringatan, Rosè segera meringis. "Ah, hanya cerita bahwa kau teman yang baik."
Jennie yang sudah menyelesaikan pekerjaannya mencuci kedua tangannya, lalu dia berbalik ke belakang tersenyum ke arah Lalisa. "Tolong jangan dengarkan temanku itu." Kata Jennie yang membuat Lalisa hanya terkekeh.
"Tetapi, aku sudah terlanjur mendengarnya." Balas Lalisa yang hanya membuat Jennie memutar kedua bola matanya.
"Tunggu disini, aku akan mengganti pakaianku."
"Dan kau Rosie, tolong jangan bicara macam-macam, karena aku bisa mendengar suaramu!" Lanjutnya kepada Rosé, wanita blonde itu lantas tertawa dan menunjukan dua jari tangannya.
Lalisa tertawa dan melihat Jennie yang sudah memasuki ruang belakang. "Lalu, apa lagi yang dia ceritakan?"
"Itu..,"
"Rosie!" Kedua nya terbahak kala mendengar teriakan Jennie dari ruangan belakang yang memperingati Rosé.
.
.
.
Lalisa melihat arloji di tangan kirinya, dia membasahi bibirnya lalu berdeham. "Masih pukul sepuluh malam, bisakah kita keluar dahulu sebelum kau pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT, GIRL? (GxG JENLISA)
RandomBercerita tentang seorang gadis yang introvert, lalu di pertemukan dengan wanita dewasa yang justru memiliki sikap keterbalikannya, cerita terinspirasi dari sebuah film berjudul "No hard feelings"