"ลิซ่า มีปัญหาอะไรเหรอ?"
(Lalisa, ada masalah apa?)Gadis yang tengah duduk di kursinya dengan tangan yang sedang memainkan pen dan tatapan kosong itu segera mengerjap kala mendengar suara dosennya. "Eoh, prof. Diana, maaf. Aku hanya sedang memikirkan beberapa masalahku saja." Lalisa menjawabnya dengan bahasa korea.
"Pantas saja, ini sudah waktunya break dan kau hanya diam saja."
"Memang, ada masalah apa?" Lanjutnya yang juga menggunakan bahasa korea dan Lalisa tersenyum tipis, dia merapikan buku catatannya ke dalam tas.
"Bukan apa-apa." Jawabnya setelah merapikan bukunya.
"Uhm, baiklah jika kau tidak ingin bercerita." Ucap Diana dan Lalisa hanya tersenyum, keduanya berjalan beriringan keluar kelas. "By the way, apa kau pernah berkunjung ke Thailand?"
Lalisa menggeleng. "Sudah hampir sepuluh tahun aku tidak berkunjung, Prof. Semenjak nenek dan kakekku tidak ada, tapi kalau orang tuaku, masih. Karena masih ada perusahaan disana." Jawab Lalisa dan Diana menganggukan kepalanya.
"Oh, sudah cukup lama berarti...." ucapannya menggantung, sementara Lalisa terlihat canggung. "Kalau begitu, aku akan kembali ke ruangan aku dahulu, silahkan nikmati makan siangmu."
"Baik, Prof...,"
"Eh... dan ada satu hal lagi, jangan panggil aku Prof. ketika kita tidak berada di dalam kelas, panggil saja P' Diana, selamat siang, N' Lalisa." (Phi adalah sebutan untuk tertua, sementara Nong / N untuk seseorang yang lebih muda / adik dalam bahasa Thailand) Lalisa menggigit bibir bawahnya, ia merasa tidak enak di panggil dengan sebutan itu dengan dosennya, namun, dia hanya bisa tersenyum dan mengangguk, keduanya melambaikan tangan setelah mereka berpisah.
Lalisa menarik napasnya dalam-dalam dan berjalan gontai ke arah kantin, gadis itu terlihat tidak bersemangat karena kekasihnya belum memberi kabar sejak kejadian kemarin, bahkan Lalisa juga tidak berusaha menghubunginya.
Sementara di sisi Jennie......
"Eonnie, sudah kubilang jangan di paksa bekerja, seharusnya kau beristirahat saja di rumahku." Cerocos Rosé ketika tengah memapah tubuh Jennie ke belakang ruang istirahat cafe nya, Jennie terlihat pucat, sejak tadi dia terdengar melenguh dan memijat pelipisnya. "Ini pasti karena semalaman kau menangis dan tidak tidur." Sambungnya lagi.
Jennie menggeleng lemah, dia duduk di kursi sambil membuang napasnya kasar. "Gwenchana, Rosie. Aku baik-baik saja hanya perlu istirahat sebentar disini, nanti aku akan kembali."
Rosé berdecak sebal, dia keluar lalu beberapa menit kemudian dia membawakan secangkir air putih hangat dan obat penghilang sakit kepala. "Minum dahulu obatmu, tidak perlu memikirkan pekerjaan, hari ini aku akan menggantikan pekerjaanmu, okay?" Jennie menarik napasnya dan mengambil obatnya, dia meminumnya.
"Terima kasih, Rosie. Maaf, aku selalu merepotkanmu." Gumamnya dengan suara yang lemas.
Rosé mengelus kepala Jennie. "Jangan khawatir, aku akan menjagamu."
Jennie mengangguk dan tersenyum tipis. "Aku akan lanjut bekerja, tidurlah dengan nyaman." Katanya sambil menyusun kursi satu lagi dan menarik kedua kaki Jennie agar berselonjor di kursi satunya, Rosé juga mengambilkan jaket miliknya lalu menyelimutinya di tubuh Jennie. "Aku akan membangunkanmu nanti." Lanjutnya dengan lembut.
Sekali lagi, Jennie hanya bisa berterima kasih, Rosé hendak membuka pintu dan keluar, namun, suara Jennie bikin dia berhenti. "Dia belum menghubungiku, Rosie." Gumamnya dengan suara serak.
![](https://img.wattpad.com/cover/361590944-288-k482765.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT, GIRL? (GxG JENLISA)
AcakBercerita tentang seorang gadis yang introvert, lalu di pertemukan dengan wanita dewasa yang justru memiliki sikap keterbalikannya, cerita terinspirasi dari sebuah film berjudul "No hard feelings"