"Lalisa, dia sudah menunggumu sejak pagi, setidaknya, kau temui dia sebentar." Ucap Jisoo yang memasuki ruangan kerja Lalisa.
Lalisa yang baru saja menyelesaikan memasukan data salah satu calon adopter disana itu akhirnya mengalihkan pandangannya, melirik Jisoo sekilas dan kembali menatap adopter itu. "Baik, kalau begitu, kami akan menghubungi anda lagi untuk informasi selanjutnya."
"Terima kasih, aku harap, aku dapat di beri kesempatan untuk mengadopsi Luca." Kata wanita itu sambil tersenyum, kedua nya saling bersalaman setelahnya, Jisoo menunduk sedikit ketika adopter itu melewatinya dan keluar dari ruangan Lalisa.
Setelah itu Lalisa menatap Jisoo dengan tatapan sendu, ia berjalan ke arah jendela ruangannya dan membuka sedikit tirai gorden menggunakan jari-jarinya, dia dapat melihat Jennie yang sedang duduk di ruang tunggu dengan rambut panjangnya yang di gerai serta pakaian casual yang melekat di tubuhnya. "Suruh dia pulang saja, eonnie." Gumamnya lalu hendak kembali ke kursinya, namun, Jisoo menahan tangannya.
"Lalisa, bersikaplah dewasa sedikit, dia sudah menunggumu sejak pagi, dia bahkan hanya duduk disana, aku menyediakan beberapa cemilan dan minum juga dia memilih untuk tidak menyentuhnya, kau tidak kasihan padanya?" Ucap Jisoo yang menggelengkan kepalanya kesal.
Lalisa terkekeh. "Kasihan?" Ia menggeretakan gigi-giginya, kedua rahangnya terlihat mengeras, dia berjalan maju mendekat ke arah Jisoo dan menatapnya lekat. "Dia saja tidak kasihan padaku, eonnie. Dia hanya memikirkan uang, uang dan uang!" Geramnya sambil menyisir rambutnya sendiri ke belakang dan menghentakan satu kakinya kesal, membuat Jisoo sedikit tersentak.
"Ya sudah, kalau begitu biar aku mengusirnya secara tegas." Kata Jisoo yang hendak keluar ruangan Lalisa, namun, Lalisa menahan lengan Jisoo.
"W-wait, biar aku saja." Ucapnya dan keluar begitu saja dari ruangannya dan menarik napasnya sebelum berjalan ke arah Jennie yang duduk membelakanginya, Lalisa berdeham yang akhirnya membuat Jennie sadar akan kehadiran Lalisa, wanita itu segera menoleh ke belakang dan berdiri dengan cepat.
"H-hai, maaf aku mengganggu...,"
"Pulang, Jennie." Sambar Lalisa dengan tatapan dan suara dinginnya.
Jennie menggigit bibirnya sendiri, dia menunduk memainkan jari-jari tangannya sekilas lalu menarik dan membuang napas perlahan sebelum akhirnya memberanikan diri untuk menatap Lalisa lagi. "Lalisa, aku kesini karena ingin menjelaskan semuanya..,"
"Jelaskan apa lagi? Semuanya sudah jelas, kau hanya di bayar oleh orang tuaku agar melakukan apa yang mereka inginkan, bukan?"
Jennie memejamkan kedua matanya. "Please.. jangan potong ucapanku." Gumamnya dengan suara yang bergetar, bahkan kedua matanya terlihat berkaca-kaca saat ia kembali membuka matanya.
Lalisa menarik napasnya dan menghampiri Jennie, setelah itu ia menarik satu tangan Jennie dan membawanya keluar dari sana, Lalisa mendengus sebal lalu melepaskan tangan yang mengenggam lengan Jennie. "Apa? Apa yang ingin kau jelaskan lagi, huh?"
Jennie berusaha menarik tangan Lalisa, namun, Lalisa selalu menepisnya. "Aku mohon, maafkan aku."
"Saat itu aku tidak memiliki pilihan lain, mobilku di sita oleh pengadilan, dan tidak memungkinkan mereka akan kembali suatu saat nanti lalu menyita rumahku jika aku tidak segera membayar pajak properti ku, lalu, temanku melihat lowongan dari orang tuamu dan memberitahuku, aku tertarik karena sungguh.... aku hanya memikirkan bagaimana caranya mempertahankan rumahku, milikku, hartaku, aku bekerja keras dari usiaku delapan belas tahun untuk semuanya, sulit, Lalisa. Semuanya sulit, aku tidak akan memiliki apa-apa lagi jika semua milikku disita." Ucap Jennie menjelaskan semuanya, Lalisa membuang pandangannya dan menatap Jennie lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT, GIRL? (GxG JENLISA)
RandomBercerita tentang seorang gadis yang introvert, lalu di pertemukan dengan wanita dewasa yang justru memiliki sikap keterbalikannya, cerita terinspirasi dari sebuah film berjudul "No hard feelings"