'Knock knock'
"Jennie-ssi? Ini aku." Teriak Lalisa cukup keras dari depan rumah Jennie, di sore hari ia datang setelah Jennie baru saja menghubunginya.
'Ceklek' suara pintu itu terbuka dan pemandangan Jennie yang tubuhnya hanya di tutupi handuk putih lalu rambutnya yang coklat terurai terlihat masih basah dan hal itu membuat Lalisa menganga cukup lebar, bahkan gadis jangkung itu tidak berkedip sedikitpun. "Hai, maaf aku baru saja selesai mandi, ayo masuk." Ucap Jennie yang membuat Lalisa masih terdiam, mungkin ini pertama kalinya dia melihat wanita seksi benar-benar ada di depan matanya, bukan hanya melihat dari majalah dewasa miliknya.
Jennie tertawa, lalu melambaikan satu tangannya ke depan wajah Lalisa. "Hallo?" Gumamnya yang membuat Lalisa akhirnya mengerjapkan kedua matanya berkali-kali, air liurnya benar-benar tidak bisa di tahan lagi, tetapi dengan cepat dia menghapus air liurnya sambil membuang pandangannya dari Jennie.
"H-hai, dimana Jennie?" Tanya Lalisa yang justru membuat Jennie menyeringit.
"Jennie? Ini aku disini." Jawab Jennie yang membuat Lalisa menggosok leher belakangnya.
"Ah, maksudku Lily.. dimana dia?" Ucapnya masih terbata, dan Jennie terkekeh mendengarnya.
"Masuklah, dia di dalam." Keduanya pun memasuki rumah Jennie dan berjalan menuju kamar Jennie. "Sorry, jika aku terlihat tidak sopan, aku hanya baru selesai mandi, dan yaa.. kebetulan kau datang." Lanjutnya menjelaskan.
Lalisa hanya tersenyum tipis kedua matanya kembali melirik Jennie. "O-oh, tidak apa, kau terlihat sexy..."
"Sorry?" Jennie bertanya, memastikan bahwa dia tidak salah dengar, namun, Lalisa tiba-tiba saja tertawa.
"Anniyo, maksudku.. Lily terlihat seksi, bukankah begitu? Lihatlah cara tidurnya." Gumamnya mencoba mengelak. Dia menunjuk Lily yang sedang tidur dengan posisi mengangkang, gadis itu berjongkok lalu mengelus bagian perut Lily. "Hai, pretty." Bisik Lalisa lembut, sedangkan Jennie hanya berdecih sambil menyunggingkan sudut bibirnya.
"Cih... Hampir saja aku terkejut dengan ungkapanmu." Ucap Jennie yang hanya di hiraukan dengan Lalisa.
Lily membuka matanya, kucing itu terlihat lemas sore ini. "Perutmu sakit, hum?" Tanya Lalisa lembut.
"Meow~" jawab Lily yang membuat Jennie diam-diam tersenyum tipis, Lalisa memang sangat berbeda jika di hadapkan oleh kucing, dia terlihat sangat lembut dan penyayang.
"Sudah berapa kali dia poop?" Tanyanya dengan Jennie sambil menggendong Lily dengan lembut dan hati-hati.
Jennie menggigit bibir bawahnya, dia menggaruk pelipisnya. "Kurasa empat kali? Dan terlihat sangat cair." Sahutnya dan Lalisa mengangguk-anggukan kepalanya. "Aku yakin tidak salah memberinya makan, semuanya aku ikuti berdasarkan arahan darimu, kira-kira dia kenapa?"
Lalisa menoleh ke arah Jennie, sekali lagi, kedua matanya melirik leher putih serta kedua bahu Jennie yang terlihat jenjang, tenggorokan Lalisa naik turun melambat menatapnya. "U-uh.. itu banyak sebab, Jennie-ssi. Dan kita harus memeriksanya ke dokter hewan." Jawab Lalisa dengan gugup.
Jennie melangkahkan kakinya, memegang dahi Lalisa dengan tiba-tiba. "You tired?" Tanya Jennie lembut dan Lalisa tercengang untuk beberapa detik lamanya, setelah itu dia memundurkan kepalanya.
"N-no, aku baik-baik saja." Jawabnya gugup.
"Tetapi wajahmu merah sekali, seperti sedang terbakar, kau yakin tidak apa-apa?" Kata Jennie yang hendak memegang dahi Lalisa lagi, namun, gadis itu menggeleng kuat, dia menahan pergelangan tangan Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT, GIRL? (GxG JENLISA)
De TodoBercerita tentang seorang gadis yang introvert, lalu di pertemukan dengan wanita dewasa yang justru memiliki sikap keterbalikannya, cerita terinspirasi dari sebuah film berjudul "No hard feelings"