"Baiklah, Kakak-kakakku. Kali ini aku tidak akan kalah lagi bermain poker" hari-hari biasa kulalui. Seperti kegitan bermain poker menjadi tradisi kami untuk saling mendekatkan diri.Kami bahkan saling berbagi cerita tentang hal-hal yang lain seperti hobi, makanan kesukaan, gosip seputar artis dan lain-lain. Sesekali sering membicarakan Jisoo, tetapi tidak masalah di ranjang.
"Jennie.. kamu selalu mengatakan seperti itu tapi kalah dalam putaran pertama" Bona mulai tertawa meledekku.
"Kali ini aku akan menang" jawabku meyakinkan.
"Bagaimana kalau kita ganti taruhan kali ini" Rosie bersuara. Kami semua melirik dengan rasa penasaran. Rosie tersenyum sinis sambil membalas tatapanku.
"Yang kalah tidak boleh bercinta dengan Jisoo malam ini"
Itu taruhan yang memang di tunjukan untukku, karena aku memang selalu kalah, ada apa dengannya? Kenapa dia begitu membenciku? Bukankah dia juga pernah mengalami masa-masa indah sepertiku? Kenapa dia tidak membiarkan aku juga menikmatinya.
"Rosie, kamu.."
"Sayang.." suara Jisoo memanggil.
Tapi mendengar panggilan sayang itu aku tahu siapa yang dia panggil. Tentu saja aku, karena hanya aku yang di panggil sayang selama ini. Tidak wanita bernama Rosie ini tidak juga yang lain.
"Aku ingin mandi" Lanjut Jisoo.
"Pergilah Jennie" suara Irene.
Aku menoleh ke arah Irene yang terdiam, tiba-tiba aku menyadari suasana canggung. Ya Tuhan, sejenak aku merasa puas karena hanya aku yang di panggil sayang, hanya aku yang di perlakukan istimewa, hanya aku yang Jisoo ajak bercinta saat ini. Aku tidak memikirkan perasaan keempat wanita ini. Ya Tuhan, betapa kejinya aku, betapa hinanya aku, betapa jahatnya aku pada keempat wanita ini.
Ekspresi Irene, Krystal, dan Bona masih seperti bisa tidak terpengaruh. Tapi Rosie, semakin terlihat ekspresi kesedihan di sana. Ya Tuhan, aku wanita hina, keji dan tidak berperasaan.
"Jennie..?" Suara Jisoo terdengar di ambang pintu. Aku menoleh padanya dan langsung berdiri menghampirinya. Tidak berani untuk melirik keempat wanita itu.
Jisoo tidak tersenyum melihatku mendekat padanya, matanya menatap serius. Tanpa berhenti aku berjalan melewatinya, perasaanku penuh akan rasa bersalah karena itupun aku tidak berani menatap Jisoo.
Aku berjalan masuk ke dalam kamar dan langsung menyiapkan air panas untuk Jisoo.
Jisoo menarik lenganku dan memandangku serius.
"Ada apa?" Tanyanya.
"Tidak ada"
Aku memeluknya, membuang semua perasaan bersalah itu dengan memeluknya.
Aku memang egois dan tidak berperasan pada keempat wanita yang baik itu, tapi aku tidak bisa menjauh dari Jisoo untuk menghormati mereka.
Tuhan, aku harus bagaimana? Kenapa harus serumit ini? Tolong jangan hukum aku karena keserakahanku ini, Kumohon Tuhan.
•
•
Tuhan menghukumku, ini sudah hari ke tujuh Jisoo tidak pulang dan tidur bersamaku. Atau lebih tepatnya aku tidak melihat Jisoo sebelum tidur dan sesudah bangun.
Beberapa hari yang lalu aku melihat Jisoo masuk ke kamar Irene dan tidak kembali ke kamarku lagi seperti biasanya. Hari berikutnya dan berikutnya Jisoo tidak kembali lagi padaku. Entah dia mengunjungi istrinya yang lain lagi atau ke perempuan lain, aku tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
♡ ONESHOOT ♡ • [ JISOO ] •
FanficBerisikan tentang cerita sekali tamat yang menjadikan Kim Jisoo sebagai tokoh utamanya. ♡