Chapter 19 - Enter lion's den

167 5 1
                                    

Mengucapkan terima kasih pada orang yang berbuat jahat, sepertinya Hera tidak akan pernah mau bahkan jika pria itu meminta maaf langsung secara tulus. Tidak mau berangan-angan hal tidak pasti, hal itu tidak mungkin terjadi.

Apakah orang berkuasa seperti Calvin Williams akan melakukannya hal kecil itu, meminta maaf sambil berlutut? Rasanya tidak mungkin. Hera pun tak harap akan hal itu.

Jika Calvin tak menolongnya, Hera sudah bersama Caden dan Carol hidup bahagia di taman surga bermain dengan Buldogers— kucing kesayangannya yang mati satu bulan lalu.

Hera yang bingung ada di mana, hanya diam ditempat, memperhatikan sekitar. Setelah matanya menangkap sosok kakek neneknya ia mulai berlari senang hendak memeluknya. Namun, tak sampai satu menit, apa yang dipeluk terhempas seketika digantikan oleh keringat menetes dari pelipis. Sebelum bangun, ia berpikir saat di taman, semua harapan indahnya untuk bertemu dengan kakek neneknya lagi terhempas begitu saja menjadi butiran angin berhembus cepat kala panggilan mengudara dari langit.

Cepatlah sadar, Hera. Aku yang masih hidup menunggumu. Sederet kalimat itu menghilangkan jejak Caden, Carol dan Buldogers, seolah menariknya ke dunia sebenarnya.

Sampai keesokan harinya Hera tidak bisa melupakan momen video telanjangnya. Masih terbayang-bayang tidak pernah bisa dia lupakan. Ingin bodo amat masih tetap kepikiran. Bahkan ketika ke kamar mandi untuk buang air kecil, sikap waspadanya pun mencul. Di sana ia mengingat trauma akan dirinya yang direkam diam-diam. Ia gelisah, takut ada yang memasang kamera pemintai. Ia gunakan matanya seteliti mungkin mencari kamera-kamera di setiap ujung bahkan meminta tolong Melanie untuk membeli alat pengacak.

Melanie tak dapat karena benda yang diminta sulit diperjualkan belikan apalagi sudah malam hari, toko sudah pada tutup. Untungnya Reins mempunyai alat seperti itu dan rela datang pada pukul setengah sebelas malam karena melihat Hera yang cemas.

Berkat Reins, paling tidak mengurangi pemikiran tentang ada kamera pengintai.

Kala Hera terbangun pukul sepuluh pagi, selesai mencuci muka dan menyikat gigi, suster yang kemarin mengambil darahnya sudah berada dalam kamarnya. "Rupanya Anda sudah membaik, Nona Hera. Sudah dapat berjalan juga." katanya dengan nada perhatian, tak lupa menampilkan senyum ramah.

"Berkat bantuan para dokter dan suster." Hera pun ikut tersenyum ramah. "Lagi pula yang terluka hanya bagian tangan." Hera melepas handuk yang dililitkan agar perbannya tak basah pelan-pelan.

"Kedatangan saya ke sini hanya memberitahu bahwa Anda diperbolehkan pulang oleh dokter Tiffany. Dan dia sudah menjadwalkan agar Nona Hera bisa kembali ke rumah sakit tiga hari lagi untuk berkonsultasi dengan psikiater. Dia termasuk psikiater yang hebat. Dokter Gianna namanya."

Hera telah rapi memasukkan kembali peralatan mandi ke dalam tas kecil. Melanie subuh tadi sudah balik mengantar Reins hanya sampai menemukan taksi. Hanya saja sampai saat ini sudah lima jam lamanya temannya itu tidak datang dan alasan belum balik mungkin sedang bercinta di suatu tempat.

Tiada hari tanpa seks untuk dua sejoli itu. Bahkan Hera sempat memergoki mereka bercinta di dapur saat di apartemen. Kalau diingat lagi kejadian memergoki orang bercinta sangatlah memalukan. Dapur yang mulanya rapi menjadi berantakan dengan piring dan gelas pecah ke lantai. Berserakan pula isi hamburger tak bisa dimakan. Mereka tak pernah tahu kedatangan Hera, hingga asik melakukan kesenangan duniawi.

Hera tak menonton, hanya sekilas melihat Melanie ada di bagian atas. Ia langsung balik badan cepat bergegas keluar. Untungnya ia hanya memandang punggung Melanie yang terbuka, bukan bagian yang lain. Celana Jeans Reins pun masih terpasang hanya dibuka bagian resleting.

Walau dalam hatinya ingin tahu kegiatan seks seperti apa, Hera cepat-cepat menutup mata. Sepertinya menyenangkan. Hera pernah berpikir demikian. Namun siapa yang akan menjadi partnernya di ranjang sedang ia tak pandai dan buta dalam hal itu.

MADDEST OBSESSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang