Aku telah mengambil pilihan. Jalan inilah cara terbaikku
***
"Bagaimana itu bisa menjadi salah satu hari terburuk? Kau pergi selama dua hari satu malam dengan Calvin Williams." Melanie mengerutkan kening tak percaya. Hera ini sulit dimengerti jalan otaknya. Ada yang tak beres.
"Apa dia begitu ingin bertemu denganmu sampai kau ditahan tidak boleh pulang?" Mata abu-abu Melanie melakukan penyelidikan. Otak mesumnya mengalir tanpa bisa dikontrol.
"Apa kalian tanpa sadar melakukan cinta satu malam?" cetus Melanie tanpa pikir panjang.
Hera menggeleng lesu. "Apa pun yang kau bayangkan sama sekali tidak terjadi." Hera mengambil guling kecil untuk dipeluk. "Bagaimana bisa kau tahu aku pergi dengan dia?" tanya Hera memicingkan mata.
Saat dikampus Melanie terkenal orang yang serba tahu berita gosip apapun. Bahkan perselingkuhan antar mahasiswa dengan dosen agar nilainya bagus pun Melanie tahu sehingga menjadi bahan mading.
Anggap mading kampus adalah majalah gosip yang terang-terangan dibuat.
"Makanya punya teman banyak, Hera." Melanie memukul paha Hera yang diselonjorkan. "Semakin banyak kau punya relasi semakin banyak juga informasi yang kau dapatkan. Percayalah dunia ini sempit sekali. Aku berteman dengan Zico ternyata Zico mengenalkanku pada Ashley lalu dia punya teman ternyata temanku juga. Dalam roda pertemanan biasanya hanya berputar pada itu-itu saja kenalannya." Melanie berceloteh panjang lebar.
"Hidupmu beruntung. Kenapa bisa kau berpikir bertemu dengan Calvin adalah bilang hari terburuk. Padahal gosip yang aku dengar, pria itu tidak pernah muncul lagi ke Amerika Serikat. Mungkin sudah tiga sampai empat tahun aku lupa pastinya. Banyak orang penting ingin bertemu dengan sosok Calvin." Melanie meneruskan, terkekeh singkat lalu bergerak memegang pakaian Hera yang masih melekat.
Jaket punya Calvin sudah dilepas dan digantung depan pintu. Dia masih bingung memikirkan ingin dicuci pakai mesin, tangan, apa jasa laundry.
"Lihat pakaian yang kau kenakan, baru dua hari lalu digunakan oleh artis Hollywood Leora Bright saat tiba di bandara dan semua barangnya sudah terjual habis di website." Melanie mengedikkan dagu. "Pasti baju itu dari Calvin. Benar?"
Kata beruntung bagi Hera selalu berpikir harus punya materi dalam artian kekayaan yang melimpah. Tidak munafik dia ingin punya uang banyak. Apa pun bisa dilakukan jika punya uang.
"Apa lagi yang kau ketahui tentangnya?" tanya Hera. Tak menutupi kalau dia penasaran juga.
"Well, kau bisa membacanya di internet. Tapi sebagai teman yang baik aku akan meringkas padamu," Melanie menyengir, jauh terlihat lebih excited.
"Calvin Williams baru berusia 28 tahun. Digandang gandang akan menjadi pewaris perusahaan karena dia laki-laki satu-satunya dalam garis keturunan klan Williams. Dia punya satu sepupu dan satu kakak perempuan. Kudengar dia baru aktif tiga tahun menjabat dan bekerja mengurus perusahaan keluarga berfokus mengurus cabang perusahaan di Argentina yang awal mula dirintis menjadi anak perusahaan paling bawah hampir bangkrut kini performa setelah dipimpin Calvin melejit pesat hampir menyamai pusat kantor yang ada di Brooklyn. Ngomong-ngomong aku mencoba peruntukan."
"Peruntukkan?"
"Kenalanku yang bekerja sebagai kepala keamanan memberitahu ada lowongan di sana. Tadi sore aku sudah memberikan CV kita ke Marco." jelas Melanie.
"Kita? Aku dan kau maksudmu?"
Melanie mengangguk tanpa beban. "Selain orang dalam kepala HRD, terkadang perusahaan tidak mau menerima perektrutan karyawan baru. Marco sudah lama bekerja selama sepuluh tahun akan berusaha memasukkan kita ke Williams Corporation."
KAMU SEDANG MEMBACA
MADDEST OBSESSION
RomansaCERITA INI MENGANDUNG UNSUR ADEGAN DEWASA, KEKERASAAN DAN KATA-KATA KASAR. BIJAKLAH DALAM MEMBACA! DARK ROMANCE 21+ | Semula terjadi karena Calvin Williams tiga tahun terakhir selalu mencari keberadaan sosok gadis bernama Hera. Gadis cantik jelita i...