bab 1

41 3 2
                                    

"kenapa lagi??" Tanya Nauval menatap wajah Aira yang sendu

Aira menghembus nafas panjang sambil menatap wajah nauval

"Kenapa dia nggak ngerasa kalau gue suka sama dia, padahal gue perlakuan dia spesial" dumel Aira sambil memanyunkan bibirnya

Melihat tingkah Aira, Nauval tertawa kekeh. Menurutnya, seumuran Aira masih pusing tentang percintaan, itu menurutnya konyol sihh.

Melihat tanggapan Nauval yang menertawakan diri nya, hal itu membuat Aira tambah bete.

"Ish!!" Desik Aira beranjak pergi

"Ehh" tapi Nauval cepat mencegah pergerakan Aira dengan mengajak nya duduk kembali di bangku taman yang sejak tadi mereka duduki.

"Oke... Maaf, gak seharusnya mas ketawa tadi"

"Emang" ketus Aira

Mendengar ketusan Aira, Nauval hanya menghembus nafas pasrah.

"Ya mungkin...?" Nauval menjeda kalimat nya sambil berpikir

"Jangan bilang aku kurang usaha" Aira dan Nauval saling menatap, Aira seakan tahu apa yang ingin di katakan Nauval pada nya, karena menurut Aira kalimat itu selalu keluar ketika dirinya sedang curhat pada Nauval dan Nauval hanya terdiam sambil berpikir lagi kalimat apa yang harus ia katakan pada aira.

"Kurang usaha apa lagi aku? Belajar pintar kayak dia, udah. Rapi kayak dia, udah. Pembersih, juga udah. Kulit? Putih aku pada dia, cantik juga, ia. Kurang apa lagi aku!!" Gerutu Aira heboh

Mendengar ocehan Aira, Nauval hanya menghembus nafas panjang, rasanya pusing tiap ketemu selalu dengerin cerocosan Aira yang menurutnya itu itu saja.

"Mas! Dengerin gak sihh!" Kesel Aira

"Dengerin"

"Apa?"

"Kurang bersyukur"

Mendengar kalimat yang keluar dari Nauval, Aira terbelanga kaget.

"Mas!"

"Bentar mas jelasin" Nauval memotong perkataan aira yang mengerti maksud dari raut wajahnya Aira. Mendengar kalimat cegahan, Aira hanya terdiam mendengar kalimat apa yang akan keluar dari mulut Nauval

"Bener, kamu kurang bersyukur. Kenapa? Kamu udah cantik, mau bagaimana pun kamu mempercantikan diri kamu sendiri kalau dia bukan maunya sama kamu, dia tidak akan tertarik sama kamu, tapi kalau dia mau nya kamu, sejelek apapun kamu, dia akan tetap memilih kamu sebagai pasangan nya. dan menurut mas, kecantikan itu bukan poin penting dalam hubungan. Kenapa?" Tanya Nauval di sela sela penjelasan nya, Aira hanya menggeleng kepala nya dengan mengisyaratkan bahwa dirinya tidak mengetahui.

"Karena cantik itu tidak permanen, cantik dalam diri apa?? Tidak tau?" Nauval kembali memberi pertanyaan kepada Aira, dan Aira kembali menggeleng kan kepalanya

"Cantik dari dalam diri Adalah etika, etitud, sopan, santun dan menghargai perasaan orang lain, karena menjaga perasaan orang lain itu sangat sulit, hal yang paling mulia yang dilakukan oleh nabi Muhammad Saw kepada umatnya, dan kita tidak bisa memaksa untuk orang lain menyukai kita. Dan kalau misalnya dia tidak pernah peka sama perasaan kamu, jangan sedih. Karena masih banyak yang menyukai kamu diluar sana"

"Tapi aku maunya dia" sahut Aira nada sendu

"Dengerin, mencintai orang itu sekedar saja, karena laki laki bukan dia aja, dan perempuan baik akan bertemu dengan laki laki baik pula, kalau misalnya dia gak peka, berarti Allah lagi mempersiapkan laki laki yang pas buat kamu kelak"

Kini Nauval dan Aira sedang berada di atas motor, dengan cepat sedang, Nauval menancapkan gas menuju rumah Aira untuk Mengantarkan Aira pulang dengan selamat. selama di perjalanan Aira tidak mengeluarkan sepatah kata pun, hal itu membuat Nauval tidak enak hati, tapi bagaimana pun Aira harus menerima kenyataan bahwa tak selamanya mencintai seseorang harus dicintai kembali.

Aira perlahan memeluk lingkaran pinggang Nauval dengan menyenderkan kepalanya di punggung belakang Nauval, Nauval menyadari hal itu, hanya membiarkan saja dengan tersenyum sambil menatap Aira di kaca spion motor nya.

Setelah tiba di depan pintu pagar rumah Aira, Nauval menghentikan motornya dengan tidak mematikan motornya agar motor tetap hidup, dan Aira langsung turun dari motor Nauval.

"Langsung tidur, jangan begadang. Cuci kaki cuci tangan, cuciiii..." Nauval menghentikan ucapannya saat jari telunjuk Aira di depan bibir nya

"Iiiya mas...." Bals Aira yang bosan mendengar perintah Nauval

"Udah, masuk!" Perintah Nauval

"Tunggu mas pergi, baru aku masuk" bals Aira

"Engga! Masuk" paksa Nauval

"Ck..." Decak Aira dengan raut wajah mals, dengan terpaksa Aira melangkah memasuki perumahan nya.

Aira yang sudah tiba di ambang pintu, akhirnya Nauval langsung memutuskan untuk meninggalkan perumahan Aira dengan melajukan motornya dengan cepat sedang. Aira yang mendengar suara motor Nauval yang makin lama makin menjauh, menoleh kearah suara suara dengan tersenyum.

Di kampus, Aira sedang duduk di meja nya sambil menunggu kedatangan dosen pembimbing di kelas. Sambil membolak-balik halaman buku, Aira mencuri pandang dengan menatap wajah crush nya, dengan tersenyum tersipu malu.

"Hallo" sapa dosen sambil berjalan masuk menuju mejanya

Mendengar sapaan dosen, seluruh yang ada di dalam kelas, mengubah posisi duduknya, seperti ada yang ngobrol membelakangi meja dosen, berdiri, dan bahkan aku yang duduk seperti biasa aja, juga mengubah posisi duduk ku agar terlihat rapi.

"Oke, kita seperti biasa ya? Mulai dari kamu" tunjuk dosen itu yang paling pojok sebelah kanan bertepatan pintu masuk.

Aira sudah tidak heran, karena dosen Tira selalu memberi nya kelompok setiap masuk kedalam kelas nya, menurut dosen Tira? Dalam kelompok itu adalah komunikasi antara kita dan teman, maka kenapa? Dosen Tira selalu menerapkan hal itu. Dan yang paling heran nya lagi, Aira selalu satu kelompok dengan crush yaitu Arsy Widianto memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi dengan sedikit berisi yang membuat Aira kagum, dan satu lagi senyum nya yang manis dengan pipi chubby.

Kini posisi kursi dan meja sudah berubah, dan kelas itu sudah berkumpul dengan kelompok nya masing-masing. Dalam kelompok berisi empat orang dua cowok dan dua cewek.

"Kita mulai dari mana?" Tanya Tika menatap ketiga temannya

"Gue cari bahan, Lo bertiga urusan deh gimana konsep nya" sahut Zidan yang mals memikirkan konsep makalah nya

"Gue ikut loh dehh, cari bahan. Tapi gue juga bantu kok nulis, tapi Lo udah ringkasan semua jadi gue tinggal ngetik" bals enteng Tika

"Enak di Lo dong! Kalau gitu bukan kerja kelompok namanya!" Kesel Arsy

"Tapi gue bantu ngetik, dari pada Zidan. Cari bahan doang" Tika membela dirinya sendiri ketika Arsy kesel

"Udah gak papa" sahut Aira agar temannya tidak perang mulut

"Gak papa, apaan lu! Kalau semua bahan dia yang tanggung enak, tapi dia juga minta iyuran sama kita, makanya kalau suka sama orang jangan terlalu bego' jadi gini kan" ketusan Arsy membuat hati Aira serasa dicencang berkeping-keping.

Aira hanya terdiam dengan menahan air matanya agar tidak jatuh dihadapan temannya.

"Apa sihh lu, tiba tiba ke jatuh cinta" binggung Tika menatap Arsy dan Aira yang saling menatap.

Next....

Rab, 24.04.24
        26.04.24

mas, hukum!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang