Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!
Wilasa keluar dari towernya hanya dengan bermodalkan payung di genggaman, ia tak membawa ponselnya karena percuma saja, Kavita tadi membiarkan ponselnya tergeletak di table lamp.
Wilasa cemas, dirinya sungguh cemas, ia mengutuk perkataannya beberapa saat yang lalu. Setan apa yang telah merasukinya hingga ia tega membentak bahkan merendahkan orang yang dicintainya. Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya ia biarkan saja dirinya sakit hati. Bukankah dia sudah terbiasa, membiarkan Kavita bersikap semaunya pada dirinya.
Wilasa menyusuri jalan-jalan serta menengok lorong- lorong di sekitaran tempat tinggalnya. Seharusnya Kavita tak sempat pergi jauh, karena belum ada 15 menit Wilasa langsung berlari keluar. Meski hujan agak lebat, untungnya tak disertai angin, suara petir pun telah berkurang.
Dia berhenti di ujung jalan persimpangan, tak ada sosok mirip Kavita, bahkan hanya ada beberapa orang serta dirinya ditengah hujan. Wilasa memutuskan untuk kembali, melewati kembali setiap gedung serta pertokoan, berharap semoga Kavita berteduh pada salah satunya.
Setelah beberapa saat dan Kavita belum juga di temukan, sementara pakaiannya sudah cukup basah, Wilasa memutuskan untuk kembali. Wajahnya terlihat penuh penyesalan serta kesedihan. Ini bukan negerinya, bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Kavita. Bagaimana dia akan memberitahu papi dan maminya? Lalu bagaimana nanti dirinya tanpa Kavita?
"Miss, the rain hasn't stopped yet, you should stay in your unit." Seorang staf tower menegurnya karena melihat Wilasa sedikit basah.
"It doesn't matter." Wilasa meyakinkan pria itu bahwa memang dirinya baik-baik saja.
"Wait a moment!" Cegah Wilasa saat pria itu pamit, "You see a girl who lives with Me?"
"Miss Kanaya?"
"No. The other, which is higher." Jelas Wilasa.
Pria itu tampak mengingat- ingat, "Oh, yeah. You lover."
"No!" Wilasa segera menyangkalnya dengan panik, kedua tangannya membentuk tanda silang bahwa itu adalah salah. "She's my older sister."
Pria itu tertawa atas reaksi Wilasa, "I saw her earlier in the swimming pool area."
Segera setelah mendapatkan informasi tersebut dari seorang staf, Wilasa langsung saja berlari. Tak peduli dengan apapun nanti yang akan ia dapatkan dari Kavita, entah itu sebuah tamparan lagi atau pun caci maki. Ia hanya ingin memastikan bahwa Kavita baik-baik saja.
Wilasa menemukan Kavita tengah duduk dipinggiran kolam, memasukan kedua kakinya ke dalam kolam. Wilasa melihat punggung Kavita, hatinya serasa teriris saat menyadari dirinyalah yang membuat gadis itu menangis.
Tidak apa-apa, tidak apa-apa dirinya yang sakit asal Kavita selalu bahagia. Dia bodoh, bukankah cintanya tulus selama ini, kenapa harus ada rasa cemburu yang berakhir menyakiti hati Kavita. Cintanya tulus, seharusnya ia tak mengharapkan balasan atau marah akan hati yang tersakiti. Sungguh, tidak apa jika hanya dirinya yang harus menanggung sakit.
Wilasa berjalan perlahan mendekati Kavita, ia ikut duduk ditepi kolam memasukan kedua kakinya kedalam air. Tidak jauh namun juga tak cukup dekat, mereka duduk bersebelahan. Kavita yang menyadari kehadiran Wilasa segera menoleh kearah lain dan menghapus air matanya.
Untuk beberapa saat Wilasa tak membuka suara, ia ingin Kavita terbiasa dengan kehadirannya dulu atau setidaknya membiarkan emosi Kavita berkurang.
"Jelek." Celetuk Wilasa tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBEAT (WINRINA) ✔️
RomancePenjaga jiwa itu muncul dari belahan jiwa. Di mana penjaga jiwa akan menunjukan cintanya pada belahan jiwanya. Cerita ketiga dari Heavy Heart series.