PATIENCE

379 27 5
                                    











Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!



















"Jangan ngelunjak, Kavi!" Kata Irene dengan tegas.

Begitu mendapat kabar tentang bagaimana kondisi keluarga Kanaya, kedua orang tua Kavita bergegas membagi tugas. Sadajiwa bersama Janu terbang ke Amerika, untuk ikut mengurus Wilasa dan yang lainnya. Irene di temani Jennie terbang ke Bali, Irene yakin, Kavita akan berbuat nekat seperti melarikan diri menemui Wilasa. Liana, pacar Janu, yang di tugaskan untuk mengurus sementara YASA cafe & resto.

"Tapi Wilsa pasti butuh aku, Bund." Kavita masih bersimpuh di bawah Irene yang duduk manis di single sofa.

"Siapa yang bilang?!" Sewot Irene.

Kavita mengeratkan genggamannya di pangkuan Irene, "Kamu itu lagi di hukum, gak ada yang namanya ketemu Wilsa dulu." Irene melembutkan suaranya, ia juga membelai surai hitam sang putri sulung.

"Nurut ya sama bunda? Kasih Wilsa waktu, biarin dia sama keluarganya dulu."

Namun Kavita seperti enggan mendengar saran dari bundanya, "Tapi Wilsa kasihan disana, Bund..." rengek Kavita, air matanya siap tumpah.

"Ya ampun, Kavita... dengerin bunda!" Irene kembali menaikan nada bicaranya, "Kamu itu udah ngecewain ayah sama bunda. Mau bunda nikahin Kamu sama orang lain?!" Kavita menggeleng kencang.

"Makanya nurut! Kamu tuh harusnya bersyukur, kami restuin Kamu sama Wilsa."

Aida dan Neena yang duduk di seberang mereka, saling merapatkan diri saat mendengar bentakan Irene pada Kavita. Mereka juga takut, wanita yang kepribadiannya begitu lemah lembut ternyata bisa menyeramkan juga, jika sudah marah.

"Kavita-nya jangan dibuat stress dulu."

Jennie masuk membawa segelas susu yang kemudian dia letakan di meja. Ia bantu Kavita berdiri dan menuntunnya duduk di sebelah Aida, ia kembali mengambil susu tadi dan menyerahkannya pada Kavita.

"Kamu juga nurut dulu sama bundamu. Inget pesen yang di sampein ibunya Aida waktu itu, jaga kandunganmu sampe Kalian bisa ketemu lagi."

"Dengerin!" Irene masih kesal dengan anaknya, "Wilsa punya tanggung jawab di sana."




















Pemakaman Samana telah di lakukan 2 hari yang lalu. Berita mengenai tragedi di keluarga Kanaya muncul di beberapa berita di Amerika, juga menjadi headline di Indonesia. Tak hanya membahas tragedi yang menimpa keluarga tersebut tapi juga turut terbongkarnya aib keluarga Kanaya yang coba di tutupi Samana.

Keadaan perusahaan, baik di Amerika juga di Indonesia mengalami konflik internal. Masalah terus bermunculan, diantaranya proses merger yang belum selesai.

Namun meski begitu, banyak juga yang mengulurkan bantuan. Bukan karena Samana, uluran bantuan bermunculan untuk Tanisha juga Wilasa. Salah satunya bungsu dari keluarga Thomasina, Samsara Ann Thomasina, yang sudah mengambil alih KEY-nspiration, sekarang maju membantu Tanisha.



















Wilasa sejak kemarin masih murung, dia masih meringkuk di bawah ranjang unit apartmentnya. Ia masih menangisi kakeknya, setelah sekian lama, baru 2 tahun ini dia merasa di terima oleh keluarga besarnya sendiri, meski Samana tak pernah bersikap lembut padanya. Tak ada niatan bagi Wilasa meninggalkan Samana, dia hanya ingin kakeknya membuka hati untuk hubungannya bersama Kavita.


TOK TOK TOK

Ketukan pada pintu yang tak sepenuhnya tertutup, membuyarkan lamunan kesedihannya. Nampak Janu berdiri di depan pintu membawa segelas susu. Janu masuk dan duduk di tepi ranjang, mengulurkan segelas susu pada Wilasa yang duduk di bawah.

"Kalo Lo gak mau makan, se-enggaknya minum ni susu."

Wilasa tak juga menyambutnya, ia kembali menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan setelah tadi sempat menengok ke karibnya.

Janu menghela nafas, dirinya merosot, ikut duduk di bawah, meletakan gelas berisi susu di bawah di dekat kaki Wilasa yang di tekuk.

"Minum dulu susunya, ntar gue kasih kabar bagus." Bujuk Janu.

"Apa?" Tanya Wilasa dengan suara serak, ia mengintip Janu dari balik lengannya.

"Kak Kavita." Jawab Janu dengan senyum penuh arti.

"Apa?" Tanyanya lagi, kali ini dengan menegakan tubuhnya.

"Minum dulu sampe habis, baru gue kasih tau." Kekeh Janu.

Wilasa masih menatap Janu, menerka apa yang akan sahabatnya katakan. Perlahan tapi pasti tangan Wilasa terulur meraih gelas berisi susu coklat tadi. Ia meneguknya perlahan, menghabiskan tanpa sisa. Setelahnya, Wilasa menyerahkan gelas kosong itu pada Janu, yang lalu ia simpan di sampingnya.

"Apa?" Tanya Wilasa dengan suara pelan, "Apa yang mau Lo kasih tau soal kak Kavi?"

Janu menyeringai dengan semangat, "Kak Kavita hamil." Ucapnya kemudian.

Bukannya merasa senang dengan kabar yang diberikan oleh Janu, bibir Wilasa malah melengkung ke bawah, belum sempat Janu kembali berucap, air mata Wilasa kembali mengalir.

"Kak Kavi hamil sama siapa...?" Tanya Wilasa yang kembali menangis.

Janu melongo dengan ekspresi tak percaya. Sekarang dia tahu, kenapa Wilasa juga Kavita begitu cocok, mereka sama- sama bodoh. Makanya dulu mereka tidak bisa bersama, Kavita yang tidak peka dengan Wilasa yang pemalu.

"Kak Kavi hamil anakmu, Wilasa sayang..." jelas Janu yang tentu saja gemas.

"Lo gak inget ngejalanin program apa sama kak Kavita?"

Wilasa semakin mengeraskan suara tangisannya, "Kak Kavi gak bilang...!"

Janu mendengus, "Ngewe aja gercep, giliran punya anak lupa!"


















Benar apa yang di katakan oleh Janu, bahkan Sadajiwa pun sempat menasehati Wilasa. Selesaikan dulu urusan yang menjadi tanggung jawabnya. Tidak mengapa ia menumpuk rindu di dalam dada, tidak mengapa ia harus berjauhan lebih lama lagi dengan Kavita. Agar setelahnya, hanya perasaan yang membuncah diantara mereka ketika dapat saling kembali berbagi peluk.

Begitu juga dengan Kavita, harus sabar menunggu Wilasa, seperti juga yang pernah Wilasa katakan waktu itu. Menunggunya dengan kepastian, kepastian Wilsa-nya akan kembali bersama restu semua orang.

Segala rintangan telah mereka lalui bersama, sedikit lagi, sedikit lagi saja. Bersabar untuk dapat kembali bersama.

Mereka masih bisa saling mengabari lewat sambungan telephone, mereka masih bisa menatap satu sama lain lewat panggilan video. Memastikan satu sama lain baik- baik saja.

Hanya kesabaran yang mereka butuhkan.

Sabar menyambut yang terkasih kembali.

Sabar menyambut calon keluarga baru mereka.


















TBC

Other kind of feedback would be very much appreciated.

HEARTBEAT (WINRINA) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang