OUR STORM

377 28 10
                                    








Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!




















Kesalahan mereka, tidak menilik interkom terlebih dahulu.

Kesalahan mereka, tak berpakaian dengan benar.

Kesalahan mereka, terlalu terlena dengan hari- hari tenang.





Samana mengeraskan rahangnya, ia merasa di pecundangi oleh Kavita, di kecewakan oleh Wilasa. Bagaimana Samana murka dengan keadaan cucunya serta Kavita yang penuh dengan hickey terlihat jelas, serta baju minim mereka. Sudah sangat jelas keadaan mereka menggambarkan apa yang baru saja mereka lakukan.

Emosi Samana mendidih dari dada ke kepala, ia berikan tatapan nyalang pada Kavita. Bagaimana gadis itu tak menggubris perintahnya, bagaimana ia malah semakin menempel pada Wilasa.

Wilasa segera tersadar dari keterkejutan sesaatnya atas kedatangan Samana yang tak terduga. Ia segera menarik Kavita masuk ke kamar karena sadar, Kavita hanya mengenakan camisole dress tipis. Namun Samana lebih cepat, ia menarik tangan Kavita yang di genggam Wilasa. Samana mendorong Kavita lalu menamparnya.

"Kak!" Jerit Wilasa.

Kavita jatuh tersungkur ke samping di area living room, Wilasa segera menghambur ingin menolong Kavita, namun lagi- lagi Samana menahannya.

"Johnny! Bawa pergi Wilasa dari sini!"

Wilasa yang mendengar perintah kakeknya mencoba melepas cengkeraman erat pada tangannya, ia bertambah panik saat Johnny; supir pribadi Samana, mendekat. Pria tinggi itu melepas long coat-nya dan menyampirkan pada pundak Wilasa, menutupi tubuh Wilasa yang hanya memakai celana dan sport bra. Wilasa masih memberontak dan semakin memberontak tatkala melihat Samana bergerak mendekati Kavita. Johnny menahan Wilasa yang nemberontak, Wilasa juga tak kunjung menyerah meski tahu, usahanya sia- sia saja.

"Kakek, kumohon!" Wilasa takut pada apa yang akan Samana lakukan pada Kavita, "Kakek!"

"Bawa Wilasa pergi!" Samana kembali memberi perintah dengan amarah, "Seret bila perlu! Yang penting dia tidak di sini!"

Johnny segera mengangkat tubuh Wilasa, Wilasa terus memberontak dengan menendang- nendangkan kakinya. Johnny bawa tubuh Wilasa menuju mobil Samana, sembari menunggu sang tuan kembali.

Kavita yang duduk bersimpuh dengan tubuh bergetar tak kuasa untuk tak menitikan air mata. Ia takut, ketakutan pada Samana. Kavita yang berniat untuk melindungi Wilasa, tapi dirinya tak berkutik di hadapan Samana. Ia merutuki dirinya sendiri yang pengecut, tubuhnya bahkan gemetar karena ketakutan.

Samana berjongkok di depan Kavita yang bersimpuh, ia tangkup kuat dagu Kavita, hingga gadis itu menahan sakit, air matanya bertambah deras. Kavita benar- benar ketakutan pada sosok Samana.

"Apa ucapanku waktu itu hanya gertakan saja bagimu!?"

"Berani sekali Kamu mempengaruhi cucuku untuk ikut denganmu yang tidak bermoral ini!"

Samana melepas kasar tangannya pada dagu Kavita, lalu ia berdiri.

"Pergi dari Wilasa, atau aku akan menyakitimu." Samana memandang penuh amarah Kavita yang ada di bawahnya, "Jika Kamu masih bersikeras..."

"Maka Wilasa yang akan kusakiti!"

"Wilasa harus menerima hukuman karena berani membantahku."

Samana melenggang meninggalkan Kavita begitu saja. Begitu suara pintu tertutup kembali, Kavita tumbang, tubuhnya lemas. Ia kembali menangis, menangis lebih keras.

HEARTBEAT (WINRINA) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang