TOO HOT

798 38 7
                                    










Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!

Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















Sepanjang perjalanan pulang, Kavita diam seribu bahasa, ia benar- benar tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Senang karena ternyata Wilasa selama ini diam- diam menyukai dirinya? Ataukah harus sedih, karena selama ini tanpa sadar dia telah melukai hati Wilasa.



"Kak!" Wilasa menarik tangan Kavita begitu mereka masuk ke dalam unit.

"Kenapa diam aja dari tadi?" Wilasa bingung dengan Kavita yang tiba-tiba diam, biasanya Kavita akan bersikap manja atau posesif.

Kavita menghela nafas lalu menggeleng, tapi dia tidak menatap Wilasa. Wilasa sendiri tak suka dengan Kavita yang tak bersemangat itu. Padahal tadi niatnya ingin membuktikan perasaan Kavita, tapi bagaimana ia bisa menanyakan hal itu kalau Kavita sendiri malah bungkam. Wilasa benar- benar tidak tahu ada apa dengan Kavita saat ini.

Wilasa meraih Kavita dan memeluknya di pinggang, ia tenggelamkan kepalanya pada dada Kavita. Kavita yang terkejut sontak berusaha mendorongnya, namun Wilasa malah semakin mengencangkan kedua lengannya. Wilasa memejamkan mata, dia dengarkan detak jantung Kavita. Benar saja, detaknya semakin cepat. Apakah Kavita juga memang menyukainya? Wilasa tersenyum kecil.

"Kakak... menyukaiku, 'kan?"

"Apa, Wil?!"

Kavita segera menangkup kepala Wilasa, memaksanya mendongak, mereka bersitatap. Wilasa dengan wajah juga tatapan polosnya, Kavita dengan raut tak percaya.

"Kak, kupingku sakit, keteken."

Kavita yang terkejut memang tak sadar telah menekan kepala Wilasa di bagian telinga. Ia pun perlahan menurunkan kedua tangannya dan ditaruhnya dikedua bahu Wilasa.

"Darimana Kamu tau?"

"Jantung Kakak berisik. Kakak sendiri 'kan yang bilang waktu itu... apa namanya kalo bukan suka?"

Wilasa hanya beralasan, dia bahkan tak pernah menangkap sinyal yang di berikan Kavita. Dia baru tahu saat tadi sang papi yang memberitahunya.

Wilasa masih setia menatapnya, Kavita yang ditatap seperti itu dengan jarak yang begitu dekat pula, tentu saja membuatnya salah tingkah. Ia lantas memalingkan wajahnya kesamping, tapi Wilasa dapat melihat kedua telinga Kavita yang memerah.

"Panas, Wil... hidupin dulu itu AC-nya."

Namun Wilasa enggan menuruti permintaan Kavita yang terdengar seperti rengekan. Wilasa betah menatap wajah Kavita yang kini turut memerah, menurutnya sangat menggemaskan. Tak mendapatkan respon apa pun, Kavita perlahan melirik Wilasa yang kedua tangannya pun masih setia melingkari pinggangnya.

HEARTBEAT (WINRINA) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang