OUR FATE

345 28 16
                                    












Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!












(WARNING! ADEGAN KEKERASAN JUGA BAHASA KASAR)


























Tawa menggelegar keseluruh penjuru ruangan, Kaivan tertawa karena merasa begitu puas atas satu kabar. Sungguh, dirinya kembali merasa diatas awan, bagaimana kemenangan seolah ada di depan mata, ia tinggal meraihnya, menyempurnakan rencananya.

"Dua kali. Hahahahaha..." tawanya tak kunjung reda, "Dua kali pria tua itu menyempurnakan rencana yang bahkan belum kumulai. Pria tua itu seolah membuka jalan untukku menghancurkan keluarga kecil anaknya."

"Apa keluarga baru Tanisha ada di mansion?" Tanya Kaivan pada pria tinggi yang berdiri di hadapannya.

"Benar, Pak. Bersama kedua orang tuanya juga nona Hanni."

"Apa perlu, nanti malam aku pergi mengunjungi mereka?" Kilatan jahat terpancar dari matanya.

Kaivan bersmirk jahat, "Lagipula sudah lama aku tidak menyapa ibu juga ayah 'kan?"

"Bagaimana dengan rencana Anda sebelumnya, Pak?" Pria rapi tanpa ekspresi itu melayangkan tanya saat Kaivan bangkit.

"Kita bisa melakukannya malam ini juga. Aku ingin melakukannya secara terang- terangan di depan mereka semua. Aku ingin melihat sendiri raut wajah mereka."

Wajahnya kini serius, penuh dengan kebencian dari lubuk hati busuknya.

"Biar mereka tau siapa aku, biar mereka tak meremehkanku."

Kaivan menatap pria yang sudah menjadi kaki tangannya serta mata- matanya itu.

"Biar aku urus mereka, Kau kerjakan bagianmu." Pria tinggi itu mengangguk.

"Disana hanya ada para wanita tak berdaya dengan pria tua arogan. Cukup kita saja yang memberi pelajaran pada mereka."

"Baik,Tuan." Ucapnya lagi, "Penjaga rumah berada di gerbang utama yang jaraknya jauh, mereka tidak akan datang jika tuan Samana tak memanggil."

Kaivan tersenyum puas, ia milirik potret ibunya yang kini sudah ada di tempat sampah, di bawah meja kerjanya.

Ia marah serta kecewa pada ibunya sendiri yang bahkan tak pernah membelanya.

Setidaknya ia harus mendapatkan apa yang seharusnya jadi miliknya.


















PYAR!!!

Gelas terjatuh dan pecah, menumpahkan isinya yang baru berkurang setengah. Kavita tak sengaja menyenggolnya.

Kavita terdiam menatap pecahan gelas diantara kakinya. Aida lari dengan heboh setelah mendengar suara gelas pecah, di susul Neena dengan ponsel berdering di tangannya.

"Hati- hati kenapa? Lagi hamil juga!" Omel Aida.

Kavita masih bergeming, netranya masih menatap hasil kecerobohannya.

"Kak." Panggil Neena, "Kak Wilasa VC." Neena memperlihatkan ponsel Kavita yang di bawanya.

Kavita menoleh pelan pada Neena tanpa beranjak dari tempatnya.

Bukankah seharusnya dia senang? Wilasa akhirnya bisa menghubunginya. Namun hatinya menangkap sinyal aneh yang coba alam sampaikan, entah kenapa dadanya terasa nyeri dengan denyut berlebihan. Air mata turun perlahan dari salah satu maniknya. Hatinya di landa cemas tanpa jelas.

HEARTBEAT (WINRINA) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang