Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!
"Mr. Kanaya!"
Dua penjaga gerbang mansion masuk setelah mendapat pesan singkat dari Tanisha. Melihat kondisi tuan rumah mereka dalam keadaan terancam, mereka langsung beraksi. Salah satu dari mereka langsung menubruk Kaivan, menjauhkan tubuh pria itu dari majikannya.
Fanny yang juga terlepas dari Kaivan segera menolong Tanisha berdiri di bantu oleh penjaga lainnya.
"Second floor! Save Wilasa!" Tanisha menjerit pada penjaga yang telah menolongnya.
Penjaga tersebut langsung berlari menjauhi mereka menuju Wilasa di lantai dua.
"Pergilah ke anak- anak!"
Tanisha menyuruh Fanny segera pergi menolong yang lainnya, Fanny pun langsung berlari menyusul penjaga tadi yang lebih dulu sampai di atas.
Ajeng yang melihat Tanisha bersusah payah untuk berdiri, menghampirinya dan mengulurkan tangan, namun segera di tepis oleh Tanisha. Tanisha lebih memilih menghampiri ayahnya yang mungkin sudah tak bernyawa. Dengan susah payah merangkak meraih tubuh Samana.
Sementara itu Kaivan dan penjaga mansion berkulit gelap sedang baku hantam, yang tentu saja dengan mudah di kalahkan oleh penjaga yang tubuhnya jauh lebih besar dan tinggi dari Kaivan. Kaivan sudah tersungkur di antara kaki meja ruang tengah dengan wajah lebam.
Penjaga lainnya yang di perintah Tanisha menolong Wilasa segera melayangkan tendangan hingga membuat Johnny bergeser menabrak pintu kamar Hanni.
Fanny yang baru saja sampai, membantu Wilasa menjauh.
"Uhuk... uhuk... ugh..." Wilasa terbatuk, dia mengambil udara sebanyak- banyaknya.
Terdengar suara tangisan Taeny dari dalam kamar, mungkin karena terkejut oleh suara dobrakan keras pada pintu tadi.
Johnny melayangkan tinju yang sayangnya dapat di cekal lebih cepat, di putarnya tangan Johnny kebelakang oleh sang penjaga, dengan serta menariknya menjauh dari pintu kamar.
Begitu melihat 2 orang itu menjauh, Fanny berlari, menggedor kamar putrinya itu meninggalkan Wilasa yang masih mengatur nafas.
"Hanni! Hanni buka pintunya!"
Mendengar suara mommy-nya, Hanni dengan sang adik dalam dekapan, membuka pintu tersebut. Dengan wajah yang basah oleh air mata karena ketakutan, ia kembali menangis lebih keras setelah melihat Fanny. Fanny pun segera memeluk kedua putrinya.
Wilasa dengan tertatih menghampiri mereka.
"Hubungi polisi." Setelah mengatakannya, Wilasa kembali menutup pintu kamar itu.
Wilasa kembali berjalan tertatih, melewati Johnny yang sedang berusaha melepaskan diri dari penjaga mansion. Wilasa ingin melihat keadaan kakeknya yang sempat membuatnya shock.
Wilasa telah sampai di bawah, ia melihat Tanisha yang memeluk kepala Samana di pangkuannya.
Dan Ajeng yang menangis, tak berani mendekati mereka.
Dia jatuh terduduk, Wilasa menangis melihat bagaimana kakeknya bersimbah darah di dekapan Tanisha. Meski pun kejam, Samana tetaplah kakeknya.
Polisi lain datang lebih dulu, mereka polisi yang di bawa Krystal dan sang suami. Mereka ikut, mengekor di belakang mobil polisi menuju ke mansion Kanaya.
Begitu mendapat pesan dari Kavita mengenai ke khawatirannya, Krystal langsung menuju kantor polisi bersama sang suami. Di susul Jasper bersama Sana, tak lama setelah mereka sampai, juga Mahesh yang tiba paling akhir menggunakan mobil Wilasa.
Keadaan ruang tengah mansion Kanaya terlihat sangat kacau begitu mereka tiba. Wilasa yang menangis memeluk dirinya sendiri tak jauh dari Tanisha yang masih mencoba membangunkan sang ayah seperti orang gila.
Samana tak lagi bergerak, Samana tak lagi bernafas, kenyataan yang di tolak oleh Tanisha.
Dia yang menangis paling keras saat ayahnya terkapar bersimbah darah, melupakan perkataannya tempo hari, dia yang akan tertawa paling keras saat Wilasa meninggalkan Samana.
Tapi nyatanya, Wilasa tak pernah meninggalkan kakeknya, justru sekarang, dengan begitu mengejutkan juga mengerikan Samana pergi meninggalkan semuanya. Itu juga menjadi yang pertama dan terakhir Samana menggendong anaknya Tanisha.
Polisi berpencar, satu orang polisi menangkap Kaivan yang mengerang di bawah tekanan penjaga tadi.
"BRENGSEK!" Teriak Kaivan pada akhirnya.
Dua polisi mengikuti Joko yang berlari keatas, di mana Johnny telah duduk terikat dengan sabuk dari penjaga mansion lainnya.
Mahesh membuka kamar yang ada di belakang mereka, tampak Fanny yang masih memeluk kedua putrinya. Hanni segera berlari memeluk Mahesh, setelah dengan hati- hati menyerahkan adiknya pada Fanny.
Di bawah, Krystal membantu Tanisha yang tetap menolak melepas Samana dari dekapannya.
Jasper mengangkat tubuh Wilasa yang menangis sesenggukan, setelah dirinya menyempatkan diri menghubungi ambulance.
Sana mengambil alih tubuh Wilasa dari Jasper di bawa ke dalam dekapannya. Ia menepuk pelan berkali- kali punggung Wilasa.
Bali, vila keluarga Yasawirya...
Kavita tak bisa menghentikan tangisannya, bahkan kaos yang di pakai Neena sudah sangat basah di bagian pundak. Mereka sedang menunggu Aida yang sedang menghubungi ibunya, Krystal.
Kavita semakin histeris saat ia tak bisa juga menghubungi Wilasa kembali. Neena juga Aida kembali masuk kamar Kavita saat mendengarnya menangis meraung- raung.
"Berhenti kenapa nangisnya Kak, baju gue udah tembus pandang ini..." keluh Neena.
Kavita malah semakin mengeratkan pelukannya, tangisnya pun kian keras. Mungkin efek dari hormon ibu hamil juga.
"Gue belum sempet bilang, hiks... sama Wilsa... kalo gue hamil anaknya, hiks... ha..."
Neena memutar bola matanya malas, "Makanya kalo temu kangen tu ngomong, bukan malah adu nanges..."
"Ha... hiks!" Kavita makin terisak dengan perkataan Neena.
Aida kembali, wajahnya terlihat di selimuti mendung. Ia pun menghela nafas panjang sebelum bergabung duduk di depan mereka.
Kavita melepaskan pelukannya pada Neena, Neena menengok pada bahunya, kaosnya benar- benar basah oleh air mata dan ingus Kavita. Dia mencebik pasrah.
Aida mendesah sebelum mengatakan apapun, yang tentu saja membuat jantung Kavita makin tak karuan. Rasa takutnya belum hilang.
"Kakeknya Wilasa meninggal." Kata Aida akhirnya.
"Wilsa-nya gimana?!" Kavita tak sabar dengan kabar Wilasa, ia tak peduli dengan Samana yang kejam.
"Gimana lagi?!" Geram Aida, "Tentu aja Wilasa hancur, gak cuman Wilasa, tapi semua keluarganya."
"Meninggalnya kenapa, Kak?" Kali ini Neena yang melayangkan tanya.
"Di bunuh." Neena dan Kavita tercekat, "Di bunuh sama anak haramnya, kata ibu tadi."
"Wilsanya gimana, Aida...?" Rengek Kavita, hatinya belum tenang.
"Wilsa mati." Ceplos Aida.
Mendengarnya, Kavita langsung jatuh pingsan.
"Kak!" Pekik Neena.
Aida panik dan ikut menolong Kavita yang sudah terjatuh.
"Aduh... salah ngomong gue! Hampir mati, anjirrr!"
TBC
Other kind of feedback would be very much appreciated.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBEAT (WINRINA) ✔️
RomantizmPenjaga jiwa itu muncul dari belahan jiwa. Di mana penjaga jiwa akan menunjukan cintanya pada belahan jiwanya. Cerita ketiga dari Heavy Heart series.