STRICT GRANDPA

552 32 4
                                    






Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!





















"Jadi Gantari itu sepupu Kamu?" Kavita bertanya pada Sana yang saat ini tengah duduk di sofa di living room Wilasa.

Lengannya mengampit posesif tangan Wilasa, seolah menegaskan bahwa Wilasa adalah miliknya. Dan Sana, sebenarnya sejak tadi menahan diri untuk tak tertawa melihat sikap posesif Kavita.

"Kak lepasin dulu, biar aku jelasin." Wilasa melepas tangan Kavita meski sempat menolak Kavitanya, Wilasa merasa malu sendiri.

"Lepasin dulu itu Wilasa-nya." Kavita masih tidak terlalu suka pada Sana. "Wilasa gak suka sama aku, tenang aja, udah." Sana masih memberikan pengertian pada Kavita yang masih menatapnya tajam.

"Ehem!" Wilasa berdehem untuk mencairkan suasana, "Jadi..." Wilasa melirik Kavita.

Wilasa menarik nafas terlebih dulu, "Sekitar satu mingguan abis kak Gantari nyamperin Kakak..." ucap Wilasa hati-hati, entah kenapa dia was-was dengan reaksi Kavita.

"Lanjutin!" Perintah Kavita.

Wilasa menelan salivanya susah, "Kak Gantari nyariin aku di kostan bareng sepupunya, yang ternyata Miss Mehendra." Sana mengangguk membenarkan.

"Itu juga pertama kalinya aku ketemu sama Wilasa." Sahut Sana kemudian.

"Terus?" Tanya Kavita yang mulai penasaran.

"Aku sama Wilasa ciuman." Jawab Sana.

Sontak saja Kavita berdiri dan langsung melempar bantal sofa kearah Sana. Sana bukannya takut malah tertawa atas sikap cemburu Kavita. Wilasa jadi memijit pelipisnya, tiba-tiba pening melihat mereka berdua.

"Boleh aku lanjutin?"

Kavita kembali duduk juga kembali menarik tangan Wilasa untuk digenggam secara posesif, Wilasa pun pasrah saja.

Wilasa akhirnya melanjutkan, "Kak Gantari minta Miss Mehendra buat nemenin dia minta maaf..."

"Wait! Kok, dia tau rumah Kamu, Wil?" Potong Kavita.

"Aku kenal Joanne!" Jelas Sana.

"Janu?" Tanya Kavita memastikan yang diangguki Wilasa.

"Intinya...!" Wilasa gemas pada Kavita yang sering menyela, "Dia minta maaf sama aku karena udah nampar waktu itu. Katanya kak Gantari juga ngerasa bersalah dan dia juga mau minta maaf sama Kakak."

"Tapi dia keburu meninggal." Lanjut Sana dengan wajah sendu.

"Waktu tau apa yang terjadi sama Tari, aku bener- bener marah. Cowok itu baik banget pas aku ketemu dulu, gak taunya brengsek banget." Rahang Sana mengeras saat menceritakannya. "Tari terlalu polos buat cowok brengsek bermulut manis itu." Tambah Sana.

"Mirip seseorang." Sindir Wilasa.

"AARRGH!" Jerit Wilasa saat jemari Kavita mendarat di pinggangnya.

Wilasa mengelus pinggangnya yang dicubit Kavita, Kavita sendiri memberikan death glare-nya.


TING!


"Siapa, Wil?" Tanya Kavita yang melihat pesan masuk di ponsel Wilasa.

Wilasa mengambil ponselnya di meja, ia membuka pesan itu.


"Kakek."






















Malam ini Kavita berada bersama keluarga Kanaya, dirinya turut diajak oleh Wilasa atas perintah tante Tanisha. Setelah tadi Wilasa sempat mengirim pesan pada tantenya, bahwa sang kakek mengajak untuk makan malam bersama. Sang kakek, Samana Kanaya, duduk di tengah paling ujung meja makan mereka. Tanisha berada di samping kanan ayahnya, lalu tante Fanny dan Hanni di sebelahnya. Wilasa duduk di sisi kiri kakeknya dengan Kavita di sebelahnya.

HEARTBEAT (WINRINA) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang