Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!
Kaivan menyeret Wilasa dengan mencengkeram lengannya begitu kuat saat kantor dalam keadaan sepi karena sudah jam pulang. Ia hempaskan Wilasa begitu saja ke dalam ruangannya, yang membuat Wilasa terhuyung ke belakang. Lantas ia tutup keras pintu besar ruangannya.
Kaivan melipat tangannya angkuh dan memandang Wilasa yang tak mengucapkan sepatah kata apa pun. Pria itu mengeraskan rahangnya, tampaknya ia marah pada sesuatu yang tak Wilasa lakukan.
"Sejak Kamu datang kemari, kehidupanku jadi lebih buruk." Ucap Kaivan penuh penekanan.
Ia berjalan mendekati Wilasa, tangannya ia turunkan dan memasukan salah satunya ke saku celana, sedangkan tangannya yang lain mendorong bahu Wilasa.
"Semua impianku hancur, gara- gara anak sialan sepertimu."
Kali ini dengan telunjuknya, ia mendorong dahi Wilasa.
"Kemarin pertemuan penting dengan Rosewell Enterprises pun, Mehendra itu yang pergi atas perintah kakekmu. Gak ada harganya aku jadi CEO di sini."
"Dan!"
Kaivan menjeda ucapannya lalu menghela nafas panjang.
"Kemarin malam, aku bahkan mendengar kalo pria tua itu melakukan merger dengan Vergara ent. hanya buat cucu kesayangannya."
Kaivan sejak tadi melecehkan Wilasa dengan berkali- kali mendorong dahi Wilasa.
"Tapi, bahkan saya tidak tau." Jawab Wilasa, karena memang ia pun tak tahu dengan rencana sang kakek.
Kaivan yang emosi dengan jawaban Wilasa, segera melayangkan tamparan pada kepala Wilasa, pelipis Wilasa sobek karena cincin yang di pakai CEO tersebut.
"Karena Kamu tak tau, makanya aku lampiaskan ke Kamu!"
Kaivan meninggikan suaranya, ia tak peduli dengan gadis kecil di hadapannya. Nyatanya, amarah membuatnya buta dengan melakukan kekerasan terhadap wanita, ataukah sifat tamaknya yang membuat ia takut pada gadis kecil itu?
Kaivan kembali menyiksa Wilasa, ia mencengkeram kedua pipi Wilasa hanya dengan satu tangan, lalu ia bersmirk. Kilatan jahat dari sorot matanya tampak di sepasang netra Wilasa. Tapi sekali lagi, Wilasa tak pernah merasa takut padanya, yang ada hanya rasa belas kasih. Baginya, sungguh menyedihkan pria tamak ini.
Bahkan saat pipinya di cengkeram secara kuat pun, Wilasa tak meringis kesakitan.
"Aku tak 'kan pernah berterima kasih padamu, karena Kamu tak sama sekali mengadu pada kakek tua itu." Kaivan mendengus, "Aku juga tak takut padanya." Ia lalu melepas secara kasar cengkeramannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBEAT (WINRINA) ✔️
RomancePenjaga jiwa itu muncul dari belahan jiwa. Di mana penjaga jiwa akan menunjukan cintanya pada belahan jiwanya. Cerita ketiga dari Heavy Heart series.