1. Kehidupan Leanor

154 54 8
                                    

Langit yang cerah saat pagi hari menyinari kamar Eleanor Faradilla Gian atau Leanor. Leanor masih tidur diranjangnya yang empuk. Leanor memang malas untuk bangun pada hari minggu. Abang Leanor masuk ke kamarnya yang berniat membangunkan Leanor. Dia bernama Luzio Qays Yasser atau sering dipanggil Luzio.

  “Leanor bangun, dah jam berapa ini!!” teriak Bang Luzio dengan keras.

  “Apa to bang? masih pagi ini, jangan teriak teriak” jawab Leanor yang masih mengatuk.

  “Masih pagi, masih pagi, udah jam 09.00 ini, jadi ikut gak? ke sungai cari ikan gak katanya mau ikut cari ikan” tanya Bang Luzio.

  “Jadi!!” jawab Leanor yang dengan cepat bangun.

*****

Sesampainya di sungai Bang Luzio menyiapkan alat untuk mencari ikan. Sungai tidak terlalu dalam dan air juga tidak terlalu deras jadi aman untuk mancari ikan.Setelah kak Luzio selesai menyiapkan alatnya aku langsung masuk ke sungai karena sudah tidak sabar. Aku bersenang senang begitu pula Abang.

  “Nor, ayo pulang pasti Paman nyariin kita” ajak Bang Luzio.

  “Yah, padahal aku masih mau main, tapi ya udahlah” jawab Leanor.

Kami memasukkan alat kedalam keranjang sepeda. Kami pulang menggunakan sepeda dan tentu saja aku hanya membonceng. Sesampainya dirumah Paman dan Bibi sudah menunggu di depan rumah.

  “Kalian darimana saja, kami mencari kalian takut kalian kenapa – kenapa?” tanya Paman dengan nada marah.

  “Kami dari sungai, mencari ikan” jawab Bang Luzio

  “Kenapa gak bilang-bilang? orang tua kalian yang sudah meninggal mempercayakan kalian ke kami untuk merawat dan menjaga kalian. Jadi kalian harus beritahu kami kalau kalau kalin ingin pergi!” kata paman yang sedang marah.

  “ Ya orang tua kami sudah meninggal 5 tahun lalu karena kecelakaan. Mereka menitipkan kami ke paman dan bibi. Mereka tidak mempunyai anak itulah sebabnya mereka menganggap kami seperti anak mereka sendiri.
Keluargaku sekarang hanya tinggal Bang Luzio. Aku sangat sayang kepada Bang Luzio dan begitupun sebaliknya. Karena itu Bang Luzio sangat posesif kepadaku.” Kataku di dalam hati.

  “Lebih baik kalian masuk, biar Bibi yang menenangkan Paman kalian” saran Bibi.

  “Baiklah Bibi” jawab kami serentak.

Kami memasukan sepeda dulu dalam garasi, lau kami masuk ke dalam rumah. Kami mandi secara bergantian, Abang mandi dulu setelah itu Leanor.

*****

Sore harinya kami bersiap – siap karena ingin pergi beribadah di Gereja. Kami pergi ke Gereja menggunakan mobil. Sesampainya kami di Gereja aku bertemu sahabat yang satu kelas denganku. Namanya Freya, dia baik dan juga ramah. Kami sudah bersahabat lama, dia sering membantuku jika aku kesusahan.

  “Leanor, ayo sini duduk bareng aku!” ajak Freya yang sambil menarik tangan Leanor.

  “Bang aku duduk bareng Freya boleh gak?” tanyaku pada Bang Luzio yang diajawab dengan anggukan.

  “Ayo!” Tarik Freya yang tidak sabaran
Kami duduk di bangku no 5 dari depan. Selesai beribadah kami langsung pulang dan Freya juga pulang Bersama keluarganya. Sesampainya dirumah Leanor langsung menggunakan piyama dan tidur.

*****

   “Leanor ayo bangun kamu sekolah tidak?” suara Bibi yang lembut membangunkanku

  “Iya Bi” jawab Leanor

Leanor bangun dan berjalan menuju ke kamar mandi. Setelah selesai mandi Leanor bersiap siap dan sarapan Bersama Bang Luzio. Setelah selesai sarapan Leanor dan Bang Luzio berangkat ke sekolah menggunakan sepeda. Kami bersepeda bersama. Sesampainya di sekolah kami memarkirkan sepeda di parkiran sepeda. Kami berpisah, Leanor masuk ke kelas 7-2 dan Bang Luzio masuk kelas 9-4. Leanor masuk dan langsung disambut sahabat – sahabatnya. Disana ada Freya, Bellona, Cheryl dan Zemira. Mereka adalah sahabat baik Leanor yang selalu membantu Leanor saat dibully. Mereka berkumpul di sekitar meja duduk Leanor dan berbincang bersama.

My Best Brother (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang