maybe that was my fault, to loving you with no doubt
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✧༺♥༻∞
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Raut wajah Jenan tidak berubah sejak pagi tadi, tepat di penghujung senja, mereka semua tiba di negara benua pulau itu.
"senyum kek, muka lo nantang banget buat gue tonjok keknya" ucap Raja sembari menyusuri lorong.
Jenan tak menggubris, dan tetap berjalan lurus, melihat gadis yang tengah berbicara tak henti di depannya.
"Mel--Mel, waahh--lo tau gak gue dari dulu pengen banget kuliah di sini tau" Gaby berucap antusias mengamati pemandangan langit Australia dan jalanan ramai di hadapan gedung tinggi tempat mereka menginap.
Melvin hanya terkekeh, Haekal yang berjalan tak jauh dari gadis itu menyahut, "yaudah lo tinggal aja di sini sekalian"
Gaby melihat sinis, "gue mau, tapi lo bayarin"
Haekal melirik sekilas, "lo jadi tkw aja di sini"
Gaby semakin kesal, tangannya menarik jaket leather yang Haekal pakai sampai laki-laki itu hampir terjengkang.
"lo!" Haekal terpancing emosinya
"ck, lo berdua bukan anak kecil lagi, tau tempat" Melvin sedikit meninggi sembari menarik gaby menjauh dari Haekal.
"gue udah bilang jangan ajak tuh anak" Jenan menyahut tiba-tiba
"belum sejam kita sampai di sini, udah bikin masalah kan?"
Gaby hanya melirik sinis, sementara Melvin memberi isyarat agar Jenan berhenti membahasnya.
Mereka memasuki kamar hotel masing-masing. Melvin, Jenan dan Jaevan mengambil kamar paling besar di ujung lantai 27 itu, di sampingnya kamar Jesa dan Raja, dan kamar bagian depan terdapat kamar Haekal, dan kamar Gaby di sampingnya.
