as people say, avoiding wounds will only add to new ones
⋆ ˚。⋆୨♡୧⋆ ˚。⋆
Gadis itu masih diam, menatap laki-laki yang baru saja meminta izin atas hal yang tak pernah gadis itu bayangkan.
"Jen, maaf, tapi gue gak bisa"
"hati lo masih gak bisa ngelepasin dia?"
Vasya hanya bisa diam.
Jenan menggenggam tangan gadis itu dengan kedua tangannya, menggengganya erat seolah membangun kepercayaan atas dirinya.
"gue gak pernah jatuh cinta sama orang selain lo Sya, gue gak bisa harus ngalah lagi dan lagi" tutur laki-laki itu.
Vasya menatap Jenan penuh rasa sesal, amarah atas sifat egois sendiri, "gue pun gak pernah Jen, gue gak pernah jatuh cinta sama orang sampe segila ini"
"gue juga mau lepas Jen, gue juga udah muak sama perasaan gue yang bahkan gak bisa gue atur! gue bisa ngelihat masa depan yang gue impikan di lo Jen, tapi--"
"hati gue gak pernah mau nerima orang baru lagi, meskipun gue maksa buat nyoba"
Jenan ganti terdiam, genggamannya perlahan lepas, tunduknya lesu, "gue setelat itu ya Sya?"
"andai gue bukan pengecut, yang bisa ngungkapin ini dari dulu, mungkin sekarang gue gak perlu denger ucapan lo tadi---ucapan lo--" laki-laki itu tak sanggup menyelesaikan tuturnya.
Gadis itu meluruh, menenggelamkan kepalanya menunduk erat pada kedua lututnya yang meringkuk di lantai dingin kamar gadis itu.
"gue terlalu jadi luka buat kalian, gue emang gak seharusnya di sini" ucapnya
Jenan menatap Vasya, laki-laki itu masih berdiri di tempatnya, tangannya mengepal merasakan seluruh asanya yang terbuang sia-sia.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTY AND THE BADBOY2
Fanfictionwe never know what will happen, but we can create our own stories. "terima kasih karena darimu aku tau cinta abadi itu nyata" - April 2024