Bagian - 1

890 127 10
                                    

"Saya akan ketik makanan apa aja yang sebaiknya tidak dikonsumsi dulu selama jerawat Mbak masih terus muncul." Sekali lagi Gemma menyentuh wajah pasiennya untuk merasakan struktur jerawat batu yang sedang dialami. "Ayam goreng, atau ayam yang dimasak pakai santan, sebaiknya dihindari dulu. Lalu, minuman manis, susu, itu juga dihindari. Kacang-kacangan, jangan dikonsumsi selama jerawat terus muncul."

Si pasien mengangguk. "Baik, Dok."

"Saya akan kasih obat dalam, diminum sehari sekali. Dan juga obat luar. Kayak salep, dioles di bagian yang ada jerawatnya saja."

"Siap, Dok."

"Oke, cukup itu dulu dari saya. Ada yang mau Mbak konsultasikan lagi?"

Si pasien menggelang. "Sudah, Dok, cukup."

Gemma berdiri dari tempat duduknya. "Baik. Terima kasih, Mbak Nurina. Semoga lekas sembuh."

"Sama-sama, Dokter, amin-amiiiin."

Selang beberapa menit, pasien selanjutnya masuk ke dalam ruangan. Gemma kaget, saat namanya dipanggil dengan cara akrab.

"Mbak Gemma! Eh, sekarang sudah jadi dokter. Gimana ya? Dokter Gemma kali ya manggilnya. Hehehehe."

"Arwinda?!" Beo Gemma, tidak ingin menutupi rasa terkejutnya. Gemma langsung menghampiri si pasien, dan keduanya lantas berpelukan. "Apa kabar? Sehat ya, Win?"

"Alhamdulillah sehat, Dok. Ya beginilah aku, lagi banyak jerawat." Keluh adik dari mantan pacar Gemma ketika masih kuliah dulu.

"Aduh, kenapa tuh bisa jerawatan?" Gemma menatap si pasien saksama. "Look make-up kamu bikin aku pangling loh, Win. Jadi makin cantik."

"Tapi gara-gara make-up nih, Dok, yang bikin aku jadi jerawatan."

Gemma mengibas kecil. "Panggil aku seperti biasanya aja."

"Emang nggak apa-apa? Sekarang Mbak Gemma kan sudah jadi dokter." Sahut Arwinda dengan nada jenaka.

"Nggak apa-apa, aku justru seneng dipanggil nggak pakai embel-embel. Yuk, duduk! Coba deh ceritain gimana kok bisa muncul jerawat? Seingatku dulu, kulit wajahmu itu mirip ibu. Sehat. Nggak ada jerawat. Nggak ada flek."

"Iya, Mbak. Satu-satunya keadaan yang bikin wajahku muncul jerawat itu kalau lagi mens. Tapi setelah aku pikir-pikir, selama satu tahun ini aku rutin make-up. Dan aku memang lagi gandrung banget pake make-up setelah ikut kelas dan sudah cukup jago. Terus, karena aku tiap hari pakai make-up, muncullah satu jerawat. Posisi nggak lagi mens, atau mau mens. Aku pikirin, tapi juga aku abaiin. Toh, sekarang sudah pinter make-up, nanti jerawatnya bisa ditutup pakai itu. Tapi kok lama-lama makin banyak. Kalau aku lagi nggak pakai make-up, ini wajah kelihatan kusam banget. Tiap ketemu teman atau orang yang kenal aku, pas lihat wajah ini nggak pakai make-up, mereka komen, aku risi jadi pusat perhatian terus."

Gemma tekun menyimak sambil manggut-manggut paham. "Yang bikin kamu akhirnya mutusin ke dokter, ya."

"Iya, Mbak. Soalnya kan aku selama ini nggak pakai skincare. Aku cuma pakai sabun cuci muka sama serum dari produk korea yang terkenal itu. Rutin maskeran sendiri dua kali seminggu. Aku juga rajin eksfoliasi. Aku juga sudah double cleansing."

"Oke, aku akan coba jelasin kenapa wajahmu bisa muncul jerawat setelah pakai make-up, padahal sebelumnya bebas dari jerawat." Gemma menatap saksama. "Jadi begini, Win. Alur bermake-up itu cukup panjang, ya. Kamu akan menggunakan foundation, atau cushion, atau two way cake, terlebih dahulu. Lalu kamu akan menambahkan contour, blush on, setelah itu bedak, dan lain-lain sampai make-up bisa sempurna. Kamu coba bayangin, produk-produk ini, yang memiliki jenis dan fungsi berbeda-beda menempel di wajahmu sampai berjam-jam lamanya. Nggak mungkin kan, kamu pakai make-up cuma sejam? Pasti lebih dari itu."

Jendela Kedua (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang