"Bro, bentar, ada yang mau aku ngomongin sama kamu. Agak serius ini." Virgo menghadang bergerakan Magani yang hendak melangkah keluar dari ruang rapat. Keduanya dan tim baru saja melakukan rapat yang rutin dilakukan setiap minggu sekali.
Magani duduk kembali di kursi, Virgo menyebelahinya.
"Ada rencana nyariin Mama buat Laura nggak? Saudaranya ibuku, ada yang nanyain kamu. Dia pernah lihat kamu pas acara seribu harian bapakku. Waktu itu dia sudah langsung pengin ngejodohin kamu sama anaknya. Tanya-tanya tentang kamu, ya aku kasih tahu aja kalau kamu baru aja nikah. Pupuslah harapannya. Terus, pas kemarin Diandra pergi, aku sempat cerita juga ke tanteku ini. Syok dia. To the point saja, dia belum nemu calon yang cocok untuk anaknya sampai detik ini, aku disuruh jadi perantara, kamu gimana? Ada berniat cari calon istri dalam waktu dekat?"
Magani belum merespon. Ternyata, bukan hanya rumah yang membuatnya harus menghadapi masalah perjodohan, tapi saat di kantor pun masih ada saja makcomblang.
"Tenang, Bro. Adek sepupuku ini pecinta anak kecil kok. Kamu jangan khawatir dia nggak tresno sama Laura. Dia guru SD, PNS, wanita baik-baik. Insya Allah kalian cocok." Lanjut Virgo.
"Laura dari lahir sudah ada baby sitter yang urus. Kalau pun aku berniat cari istri, alasannya bukan buat urus anakku, tapi karena aku memang membutuhkan pendamping hidup." Respon Magani setelah jeda diam beberapa saat.
"Ya aku tahu itu. Tapi kan kamu harus juga cari yang bisa luwes sama anak kecil. Gawat loh kalau kamu dapetnya sama yang nggak suka anak kecil, bisa-bisa nanti Laura diterlantarkan. Biar juga anakmu nggak ngerasa diabaikan. Kalau nanti kamu punya anak lagi dari istrimu yang baru, kan kasian Laura. Anak cewek cenderung sensitif, Bro." Virgo diam sejenak. "Atau, kamu mau balikan sama Gemma? Kalian jalan bareng kan? Dia mau?"
Magani menatap Virgo. "Lagi proses."
"Aku punya kenalan anak club motor. Namanya Rajendra. Dia ditolak sama Gemma. Ibunya yang ngejodohin mereka. Aku pikir cewek kayak Gemma ini nggak butuh laki-laki di hidupnya. Dia pernah gagal, sekarang kehidupannya sudah lebih baik. Dia sukses dan bisa ngelakuin apa pun sendiri. Dia nggak butuh siapa-siapa sudah."
Virgo salah, alasan Gemma belum siap membuka hati lebih ke urusan masa lalu dan kesakitan yang di dapat ketika menikah dengan orang yang salah. Jiwa Gemma butuh diobati, dan itu yang tengah Magani upayakan.
"Ibunya Gemma sibuk nyariin jodoh, tapi nggak ada yang digubris. Aku sempat godain dia juga, tapi emang dasar Gemma, dimentahin semua omonganku. Digodain nggak ada baper-bapernya loh. Wajahnya flat aja. Dia benar-benar nggak berubah, dari yang dulu aku kenal, sampai sekarang."
Magani berdecak meremehkan. "Gemma nggak bakalan mau sama kamu. Dia aja dari dulu ilfeel sama kamu."
"Ya kan itu dulu, sekarang kali aja mau."
"Kenapa tiba-tiba dia cerita soal Gemma?" Magani kembali ke topik anggota club motor Virgo.
"Dia ngelihat motorku diparkir di depan kliniknya Gemma. Dia hafal banget sama Harleyku. Mau dibeli sama dia, tapi nggak aku kasih. Aku dapat motor itu ada crazy rich Malang, cuma ada tiga di Indonesia, nggak mungkinlah aku lepas."
"Dia mau nyamperin Gemma di klinik?" Tanya Magani lebih lanjut.
"Nggak. Selama ini dia jadi stalkernya Gemma. Itu anak naksir parah. Pas kamu ambil alih balik, dia sempat tanya ke aku, ya aku bilang aja, dulu kami pernah satu kampus. Jadi memang teman lama."
Magani mengerutkan kening bingung. "Maksudmu, dia nanyain aku?"
"Ya kan dia lihat kamu jalan bareng Gemma naik mobil keluar klinik." Beber Virgo.
"Astaga, dia nggak ada kerjaan?" Magani tidak habis pikir.
"Dia memang kayak pengangguran. Dia kan bos. Ngelola perusahaan keluarganya. Sekarang dia coba-coba nyaleg. Lagi buang-buang duit dia. Eh, gimana? Nggak minat sama sepupuku? Emang nggak secantik Gemma sih, tapi dia nggak kalah kok sama Diandra."
Magani beranjak dari tempat duduknya dan melangkah keluar ruang rapat sambil berkata. "Nggak, Bro. Aku lagi proses sama Gemma. Sekalian aja aku ngasih tahu. Biar nanti kalau ada yang nanya-nanya lagi, kamu bisa ngasih jawaban tegas. Belakangan ini aku cukup terganggu sama orang-orang yang sibuk ngejodohin. Di rumah, aku sudah diributkan sama ibu dan adekku masalah jodoh, di kantor kamu lagi nambahin."
"Hohohoho, sori." Virgo tergelak kencang. "Kalau gitu kita sama. Tapi mungkin aku sudah terbiasa, jadi nggak aku ambil hati. Dibilang perjaka tua, atau apalah itu. Mereka nggak berhenti ikut campur urusan orang, padahal keluargaku sendiri nggak sebawel itu."
"Kebalikanku, ini ibu dan adekku yang heboh banget nyariin jodoh."
"Begitulah cewek-cewek, Bro. Bawel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jendela Kedua (TAMAT)
Romance"Jodoh nggak akan salah tempat. Cukup percayai itu."