8. Kenyataan

350 235 3
                                    

~~~Room Chat~~~

👤 Asyaqila

3 Mei

"Mas ?"

"Ada apa ?"

"Bisa minta tolong ?"

"Apa ?"

"Jemput aku di stasiun."

"Stasiun mana ?"

"Batu"

"Udah sampai ?"

"15 menit lagi."

"Otw"

Kini mereka telah bertemu di stasiun Batu, Malang.

"Langsung ke rumah ayah atau istirahat dulu di rumah mas ?" Tanya Fayruz

"Langsung aja mas." Jawab Aqila

Fayruz hanya mengangguk dan segera mengemudikan mobilnya.

Rumah Aqila, Malang Selatan

"Assalamualaikum" Ucap Aqila sambil mengetuk pintu.

"Wa'alaikumsalam" Ucap remaja laki-laki sambil membuka pintu

Laki-laki yang setahun lebih tua dari Aqila, Artha Fadhilah

"Fadhil ? Kamu kok-" Ucapan Aqila terpotong

"Masuk dulu, aku jelaskan didalam." Ucap Fadhil

Aqila pun menurut dan segera masuk ke dalam rumah dengan Fayruz yang mengekorinya dibelakang.

"Siapa nak ?" Tanya laki-laki paru baya sambil berjalan menghampiri mereka

"A-Ayah ?" Ucap Aqila

Aqila menangis dan segera berlari memeluk ayahnya. Kini mereka melepas rindu setelah sekian lama tak bertemu dan tak ada komunikasi selama 5 tahun. Aqila melepas pelukannya secara perlahan dan menghapus air matanya. Ayahnya masih tak percaya dengan kehadiran perempuan cantik didepannya ini, gamis navy dengan hijab hitam yang menambah kesan cerah pada kulitnya. Ayahnya sangat menyesal setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya, dia pikir putrinya akan sangat membencinya dan tidak akan pernah mau bertemu dengannya lagi. Tapi kini Aqila datang kembali ke rumahnya dan ini semua terasa mimpi.

"I- ini Aqila ?" Tanya ayahnya tak percaya

Aqila mengangguk dan tersenyum.

"Maafin ayah Aqila, ayah menyesal setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Ayah berpikir jika kamu memang pantas untuk membenci ayah." Ucap ayahnya

"Aqila udah maafin ayah kok, kata ayahnya Aqila kan gak baik nyimpen dendam sama orang." Ucap Aqila mencairkan suasana

"Masih ingat aja Aqila, ini baru anak kesayangan ayah." Ucap ayahnya

"Ayo duduk dulu, biar enak ngobrolnya." Pinta ayahnya

Kini mereka duduk di sofa ruang tamu, Aqila duduk diantara Fayruz dan Fadhil dan ayahnya duduk didepan mereka. Rumah Aqila cukup besar dan mewah karena ayahnya adalah CEO di sebuah perusahaan. Berbeda dengan rumah Aqila di Surabaya, karena mereka hanya mampu untuk membeli rumah sederhana.

Sepupuku-Suamiku [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang