Jieren

1.9K 206 23
                                    


"Eoh? sepertinya aku sering lihat mobil itu"
heran Chenle pada satu mobil sedan hitam berkaca jendela begitu gelap, terparkir dihalaman tempat Renjun melakukan pengambilan gambar untuk project selanjutnya.
 
  
"Chenle-ya mobil begitukan banyak" komentar Renjun saat melihat kearah yang ditunjuk si manager, mobil bentuk seperti itu sangat pasaran digunakan banyak orang, tidak ada yang berbeda.
  
 
  
"Iya aku tau, tapi Plat nomor nya juga sama 323-RJ"
dulu sewaktu Renjun berhasil membeli salah satu mobil pribadi idamannya dengan menyisihkan sebagian pendapatan, Chenle sempat memberi saran menggunakan plat nomor modifikasi. Meskipun terlihat sedikit berlebihan, namun hal ini biasa dilakukan pada kendaraan kesayangan. Setelah memutuskan menggunakan tanggal lahir dan inisial nama sebagai kombinasi, mereka bertanya kepada pihak terkait. Namun sayang angka dan huruf tersebut sudah ada yang lebih dulu menggunakannya. Jadi saat melihat mobil sedan itu, Chenle langsung berpikir 'ternyata benar ada mobil yang lebih dulu pakai nomor 323-RJ'.
  
   
Ketika beberapa kali setelah itu, dia melihat mobil yang sama terparkir diarea sekitar mereka melakukan kegiatan, Chenle semakin cepat menyadarinya. Apa mungkin ada mobil yang sama secara kebetulan berpapasan dengan mereka?
Tapi Chenle sendiripun tidak pernah melihat pemiliknya keluar dan masuk ke mobil itu, jadi tak pernah ia gubris lagi.
  
  
  
"Tempat yang kita kunjungi rata-rata yang memang sedang trend dikalangan netizen, mungkin pemiliknya juga suka berkunjung ketempat seperti itu". Iya kemungkinan penjelasan Renjun memang ada benarnya.
  
  
"Ohiya hyung, tadi malam aku menerima lagi undangan makan malam pribadi dari seorang pengusaha. Apa kau mau?"

"Dia mengundang dalam rangka apa?"

"Tidak ada, hanya berkenalan mungkin?"
 
  
Renjun menggeleng tidak menerima, karena hal-hal seperti ini pasti akan membuat rumit dan ada maksud tertentu nantinya. Biasanya Renjun hanya mau menerima undangan dari kenalan dekat atau jika ada urusan kerja saja. Itupun ia pasti akan mengajak salah satu dari timnya. Bukan bermaksud sombong atau apa, tapi belakangan ini isu para influencer yang menjadi sasaran dan alat pencucian uang semakin marak. Renjun tidak mau terlibat dengan hal-hal seperti itu, walau pastinya akan menghasilkan uang yang lebih banyak, tapi bekerja dijalan yang benar dan aman akan jauh lebih baik.
  
  
 
"Oke, aku akan menolaknya. ayo masuk kedalam, tim lain sudah menunggu" keduanya pun melangkah masuk ke ruangan yang sudah di reservasi sebelumnya. Semua sudah siap dengan konsep yang rangkaian untuk project konten baru kali ini.




...

"Astaga, kenapa mereka menunjuk kearah sini?!"
kaget seorang pria yang sedang berada dalam mobil sedan hitam, sambil menunduk sembunyi dibalik stir mobil. Tidak ada orang yang bisa tau keberadaannya saat ini, terlebih seseorang disana yang sedang diperhatikannya sejak tadi.




 Tidak ada orang yang bisa tau keberadaannya saat ini, terlebih seseorang disana yang sedang diperhatikannya sejak tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Disisi lain Jaehyun sedang duduk menikmati makan malam bersama kedua orangtuanya. Beberapa kali mereka melakukan hal ini, entah Ibu Jung yang mengajak atau Mr Suho yang meminta. Selalu tidak pernah ada percakapan panjang antara Jaehyun dan Suho kecuali masalah pekerjaan. Rasa canggung antara ayah dan anak itu memang masih terlihat jelas. Sebatas obrolan mengenai perkembangan perusahaan mereka dan beberapa permasalahan saja yang menjadi topik.
  
  
Bicara soal Ibu Jung dan Mr Suho, dulu memang tidak pernah benar-benar resmi bercerai, namun mereka juga tidak bisa bersatu kembali sebagai suami istri. Keadaannya kini sudah berbeda, ditambah mereka sudah berumur, jadi keduanya setuju untuk bersama hanya sebagai 'orangtua' Jaehyun dan mantan yang saling menjaga satu sama lain, tidak lebih. Ibu Jaehyun memang tinggal dikediaman utama keluarga Jung dengan segala fasilitas mewah didalamnya yang dipenuhi, namun memiliki paviliun yang terpisah dengan Mr Suho. Terlebih sang pimpinan perusahaan itu juga selalu sibuk berpergian ke luar negri mengurus bisnisnya, walau sebagian besar pekerjaan sudah dilimpahkan pada Jaehyun.
  
  
  
  
"Sudah-sudah jangan bicara pekerjaan terus! Jaehyun, kamu kapan mau cari pasangan? Ibu tuh iri lihat teman seumuran ibu udah punya cucu semua ck" protes Ibu Jung membuat suasana semakin canggung, terlebih Jaehyun yang tersedak saat menenggak wine miliknya. Bahkan Mr Suho juga ikut menggangguk setuju sambil menatap kearah Jaehyun penuh harap.
  
  
"Maaf bu, tapi aku belum bisa"
  
  
"Belum bisa gimana? kamu udah kepala tiga lho, apalagi sih yang kamu tunggu?". Entah apa yang dicari oleh anak satu-satunya ini, ia sudah tampan dan mapan saat ini. Mau sebanyak apalagi harta dicari, tidak akan pernah cukup.
  
  
   
"Ehmm, apa kamu trauma karena sakit hati dulu nak?" ikut campur Suho karena kembali teringat masa dulu ketika bertemu Jaehyun sedang menangis dipinggir sungai setelah disakiti hatinya oleh seseorang. Saat itu Jaehyun terlihat begitu lesu dan tidak percaya diri.
  
  
"Maafkan ayah yang membuat kalian hidup berkekurangan dan tidak membimbing kamu dimasa tumbuh dewasa" sesal Suho, jika saja saat itu anaknya dari golongan berkecukupan, pasti tidak akan ditolak oleh seseorang yang katanya dikagumi semua orang dikampus itu.
  
  
  
Jaehyun menggeleng, dirinya bukan trauma akan urusan cinta, karena setelah kejadian berpisah dengan Renjun dirinya mencoba menjalin hubungan dengan beberapa wanita, namun entah mengapa hatinya dingin. Tidak ada perasaan menggebu seperti saat bersama dengan pria mungil satu itu. Padahal sudah jelas ia sudah berhasil membalas perbuatan Renjun.
 
  
Wajah cantik itu masih mengganggu hati dan pikiran Jaehyun sampai saat ini, ditambah baru ia ketahui fakta dibalik sikap Renjun. Rasa menyesal, itu yang makin menghantui Jaehyun saat ini. Ditambah lagi kehadiran Jieren, yang merupakan hasil perbuatan dirinya pada Renjun. Sampai saat ini ia masih dilanda kebingungan atas apa langkah selanjutnya. Bisa saja Jaehyun masa bodo dan tidak peduli akan kehadiran kedua orang itu, toh Renjun tidak pernah memintanya untuk bertanggungjawab. Tapi Jaehyun tidak mau, terlebih melihat Eyen yang begitu menyukakan hatinya, ia begitu senang bersama anak itu.
  
  
  
Ada perasaan hangat ketika anak itu tersenyum ketika melihat kedatangannya dan memanggil nama Jaehyun walau dengan sebutan 'paman'. Telinga Jaehyun akan selalu siap terbuka mendengar celotehan anak itu. Beberapa kali Jaehyun memang diam-diam berkunjung ke panti asuhan, dengan tujuan bermain dengan anak kandungnya itu. Ya anak kandung, tanpa harus melalukan tes DNA sekalipun, Jaehyun sudah yakin jika dalam diri Jieren mengalir darahnya.

QUANTUM (us) | JaeRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang