BAB DELAPAN

2.3K 415 12
                                    

"Alfredo's adalah tempat kakakmu dan istrinya—Rex dan Benny—sering berkencan, apa kamu tahu?" tanya Norah kepada Ares yang mendongak melihat logo tempat piza yang sangat populer di tengah kampus Harvard.

"I don't like pizza," kata Ares kepada Norah.

"Siapa yang tidak suka piza di dunia ini?" tanya Norah sama sekali tidak percaya kalau Ares tidak menyukai piza sama sekali. "Aku," jawab pria itu lagi dengan polos, membuat Norah sebal dengan jawabannya yang begitu jujur.

"Bohong," kata Norah yang tidak percaya.

"I don't eat pizza, Miss Imogen."

"Kamu belum memakan piza Alfredo's."

"Miss Imogen—" baru saja Ares akan menolak dan berbalik, Norah telah menarik tangannya memasuki restoran piza itu yang penuh dengan mahasiswa Harvard. "Ugh, it's smells bad here."

"It smells like dough, cheese, and pepperoni, Ares. Don't be a baby."

"It smells like oil, greese, and fat."

Norah memutar kedua bola matanya dan dengan kesal berkata, "Apa bedanya tiga kata itu? Cari tempat duduk, aku akan memesan makanan untuk kita. Also can you give me twenty dollars?"

"Untuk apa?" tanya Ares mengerutkan dahinya dari balik kacamata tebal yang ia kenakan.

"Karena kamu akan membeli makan siang kita berdua, Ares."

"Aku?" tanya Ares dengan bingung.

Wanita itu menunjuk dirinya sendiri sebelum membalas, "Apa kamu mengharapkan aku untuk membayar makan siang kita, Ares? Kalau aku adalah Nara, apa kamu akan membiarkanku membayar makan siang kita?"

"But you're not Nara," kata Ares, tapi pria itu menyerah dan mengeluarkan dua puluh dolar dari dompet bergambar Dart Vader, salah satu karakter dari Star Wars dan Norah mentertawakannya. "What now?" tanya Ares.

"Star Wars? Really?" Norah menyipitkan matanya.

"I-Ini," kata Ares dan dengan cepat memberikan Norah uang yang diminta wanita itu sebelum mengembalikan dompetnya ke dalam saku celana.

"You're a kid, really," Norah berkata dan berjalan untuk memesan piza untuk mereka berdua. Lima belas menit kemudian Norah mencari Ares dan melihat pria itu telah mendapatkan meja di sudut ruangan. Pria itu terlihat sibuk membaca buku matematika dan ketika Norah mendekat, Ares Escara sama sekali tidak mendongak.

Norah menaruh dua piring berisi potongan piza dengan keju mozzarella di atas meja dan Ares Escara sekali lagi tidak melihatnya ataupun memedulikannya. "Okay, enough reading, it's not polite when the food is ready and you're ignoring it."

"Aku tidak makan piza," kata Ares yang mengatakan kata-kata itu dibalik bukunya.

Norah telah kehilangan kesabarannya dan mengambil buku yang sedari tadi dibaca pria itu dan menutupnya. Pria itu mendongak dan terlihat marah kepadanya, tapi Norah tidak peduli, "You're going to eat the pizza, Ares Escara. You're not five anymore, okay? So, you better eat what you just bought with your twenty dollar bill."

Norah duduk berhadapan dengannya sekarang dan menunggu hingga Ares mengambil piza dari atas piring kertas. Ares terlihat tidak yakin dengan makanan yang sekarang ia dekatkan dengan bibirnya dan melihat Norah. "Am I going to die eating this?"

"Aku akan membunuhmu kalau kamu tidak memakannya," kata Norah kepada Ares.

Ares mengangguk dengan patuh dan memakan piza yang tidak pernah menjadi makanan favoritnya itu. Perlahan ia menggigit potongan piza dengan keju yang sangat besar itu dan ketika ia terkejut dengan rasanya, ia menatap Norah dengan mata membelalak dan wanita itu tertawa. "It's good, right? Aku tidak tahu selama ini kamu memakan piza dimana, tapi tidak ada satu orangpun di kampus ini atau sekota Boston yang pernah mengatakan piza Alfredo's tidak enak. Everbody likes pizza, okay?"

"Not all pizzas are good, but I must ad-admit, Alfredo's made it to the top of the list," balas Ares yang sekarang melahap habis pizanya dengan cepat.

Norah memakan pizanya, tapi ia tidak memakannya dengan cepat. Ia menggigit pizanya dengan pelan, sementara Ares sudah menghabiskan potongannya. "You should get some more," kata Norah kepada Ares yang sekarang terlihat masih sangat lapar.

"A-Aku... sebaiknya jangan."

"Kenapa?" tanya Norah yang kembali menggigit pizanya dengan perlahan-lahan sehingga ia tidak menghabiskannya dengan cepat.

Ares hanya menggeleng dan Norah mengambil kesempatan itu untuk bertanya, "You're really bullimic?"

"..."

"..."

"Ya, aku sakit... bulimia," jawab Ares. Norah terkejut dengan jawaban pria itu yang begitu jujur. "I will self purge all of the foods I consumed. Jadi sebaiknya aku tidak makan sama sekali."

"..."

"..."

Norah membalas Ares, kali ini dengan nada simpati, "Tidak banyak yang akan mengakui hal ini dengan jujur. Tidak banyak yang akan mengakui mereka kesulitan dengan masalah ini—terutama seorang pria. You're brave for admitting it. Aku tidak akan mengatakan kepadamu akan mudah untuk menyembuhkan ini. Aku juga bukan dokter yang tahu cara menyembuhkanmu. But, can we try something? Can we always be honest to each other? Can we also try to enjoy food? Kalaupun kamu harus memuntahkannya lagi—untuk alasan apapun—kamu harus tetap memakannya. Slowly, perhaps one day, you'll stop throwing them up again. Bagaimana?"

"And if I can't do it? What if I failed you because I don't like eating and I self purge a lot?"

"Ya, kalau pada akhirnya itu yang terjadi, apa yang bisa kuperbuat? But can we try? Can we try to be different starting from today? Mulai dari piza yang kamu makan, apa kamu bisa tidak memikirkan cara mengeluarkannya lagi dari perutmu?" tanya Norah kepada Ares.

"What should I do to not think about throwing them up again?"

"Pikirkan gigitan pertama piza yang kamu makan baru saja. Enak, bukan? Pikirkan betapa kamu masih lapar ketika kamu menghabiskan pizamu dan menginginkan lebih. Pikirkan uang yang kamu keluarkan untuk membeli pizamu tadi. Jangan pikirkan apapun alasan yang membuatmu ingin mengeluarkan makananmu lagi.

"Think about nothing actually," kata Norah. "Maybe don't think at all, Ares. Some things don't need an explanation. Like eating, you shouldn't think that much."

Norah tersenyum kepada Ares dan mencoba untuk terus meyakinkan pria itu. Ares tidak tahu betapa beruntungnya pria itu untuk dapat menikmati sepotong piza Alfredo's. Tidak semua orang dapat membeli piza itu dan menikmatinya. Seperti ibu Norah, yang selalu menginginkan piza Alfredo's tapi uangnya tidak pernah cukup. Norah berdiri dari tempat duduknya dan berkata dengan santai, "Sebentar, aku akan mengambil takeaway cardboard untuk pizaku."

"You barely eat your pizza," kata Ares yang menyadari kalau makanan wanita itu hampir tidak tersentuh. Norah dengan santai membuat alasan kepada Ares, "Aku tidak akan membiarkanmu berpikir untuk mengeluarkan makananmu, Ares. Don't think about it, okay? Sekarang satu-satunya hal yang boleh kamu pikirkan adalah membeli pakaian baru. We're going to the mall for new clothes. Tunggu sebentar, aku akan membawa pulang pizaku. I'll eat it later."

Aku akan memberikannya kepada Eomma, pikir Norah kepada diri sendiri.

Ares Escara beruntung karena dapat menikmati piza Alfredo's dan Norah Imogen tidak akan pernah mengizinkan pria itu untuk mengeluarkan makanannya lagi mulai dari hari ini.

Shall We Dance? | CAMPUS #03Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang